Liburan akhir pekan dimanfaatkan oleh Aura dan Steff untuk menyegarkan pikiran. Menikmati waktu hanya berdua saja. Bisa dibilang seperti bulan madu yang super singkat. Bukan ke tempat yang jauh, masih ada di pinggiran ibukota.
"Kamu senang?" Steff bertanya sembari merangkul pinggang ramping Aura.
Wanita itu menoleh pada Steff. Mengangguk sambil memberikan senyum tulus. Secepat kilat memberikan kecupan singkat di pipi suaminya sebagai ungkapan terima kasih.
"Kita balik ke hotel?" tanyanya lagi.
"Hm." Aura mengangguk. Sudah beberapa jam mereka berdua menikmati keindahan kota. Dan sepertinya itu sudah cukup baginya.
Keduanya kemudian melangkah menuju hotel yang letaknya tidak jauh dari tempat mereka jalan-jalan. Memilih seperti ini -tidak mengemudikan mobil- supaya tidak terjebak dalam kemacetan akhir pekan yang biasanya lebih sibuk.
Aura yang merasa sedikit lelah memilih langsung merebahkan tubuhnya di kasur empuk hotel. Memejamkan mata dan menghirup nafas panjang.
Saat ia membuka mata, dilihatnya Steff yang berdiri menjulang tepat di hadapannya. Memandangi dirinya dalam diam, dengan sorot mata yang -entahlah. Aura tidak tau.
Ia segera duduk. "Ada apa? Kamu butuh sesuatu?" tanyanya. Khawatir jika Steff butuh bantuannya.
Sudut bibir Steff terangkat. Menggeleng pelan dan berkata," Aku cuma butuh kamu."
"Ya, aku di sini untuk kamu."
"Hei, ada apa denganmu sebenarnya?" Aura bertanya lagi saat Steff hanya memandanginya. Ada sedikit perasaan aneh akan sikap suaminya.
Pria itu menunduk dengan kedua tangan menopang tubuhnya pada pinggiran kasur. Mensejajarkan wajahnya dengan Aura. "Aku benar-benar jatuh cinta padamu, lagi dan lagi. Sampai aku tidak mampu untuk bangkit lagi." Ia berbisik, namun dipastikan Aura mampu mendengarnya dengan jelas.
Aura mengangkat kedua tangannya, membingkai wajah Steff. Tatapannya tepat mengenai manik coklat Steff. "Aku juga mencintaimu," balasnya. Dilanjutkan dengan mengecup kening Steff.
Bukannya membalas kecupan Aura, Steff malah memajukan dirinya hingga tidak ada pilihan lain bagi Aura selain mengalungkan kedua tangannya di leher Steff. Dan perlahan-lahan punggungnya kembali menyentuh kasur, dengan Steff yang berada di atas tubuhnya.
Hening. Tidak ada pembicaraan lagi di antara mereka. Hanya saling memandang dalam diam. Seolah sedang berbicara hanya dengan tatapan mata saja.
"Hm, sebaiknya aku mandi dulu," kata Aura memecah keheningan. Diputusnya tatapan pada suaminya.
Steff tersenyum tipis. Dalam hati menertawakan dirinya sendiri, yang menurutnya juga sedikit aneh. Namun ia tetap memenuhi keinginan istrinya. Segera menyingkir dan membiarkan Aura melarikan diri ke kamar mandi. Berbalik, kini dirinya yang terlentang di atas kasur.
Entah dia tertidur atau hanya larut dalam lamunan, saat ia membuka mata, Aura sudah selesai dengan kegiatan membersihkan dirinya. Wanita itu terlihat duduk di depan cermin. Tetapi hanya diam, memandangi pantulan dirinya yang sudah segar kembali.
Menyadari hal itu, Steff langsung bangkit. Berjalan mendekati Aura dan menyentuh pundak itu lembut. "Kamu sudah cantik dari dulunya," katanya. Bukan hanya gombalan semata seperti anak-anak muda jaman sekarang. Ia tulus mengucapkannya.
Aura menyentuh tangan Steff yang masih bertengger di pundaknya. Membalas tatapan suaminya melalui cermin. Kemudian membalikkan tubuhnya, mendongak menatap Steff.
Di luar dugaan Steff, Aura malah mengalungkan kedua tangannya di leher suaminya itu. Menarik tubuh kokoh itu semakin dekat padanya, dan akhirnya mendaratkan ciuman di bibir Steff. Hanya sesaat. "Aku milikmu sepenuhnya," katanya tepat di bibir Steff.