3

2.8K 487 145
                                    

HomeTiga


Hari ini aku terbangun dari tidur nyenyakku, seperti setiap harinya.

Dan seperti biasanya, aku terlambat.

Shit. Kesiangan aja terus.

Aku bangkit dari kasurku, lalu beranjak mengambil spidol hitam di meja belajarku.

Aku melihat kalenderku yang sengaja kutempel di dinding, lalu menandai satu angka yang tertera di situ. Itu sudah menjadi kebiasaanku setiap terbangun dari tidur nyenyakku.

"Hm, 2 minggu lagi Louis ulang tahun, My boy is gonna be 17 next month!"

Aku tersenyum mengingat sosok dia. Segala tentang dia.

Duh, gue kenapa sih?

Aku segera mandi dan mengganti pakaianku dengan seragam dengan almamater sekolahku.

Aku memakai kemeja putih sesiku, rok biru dongker berpolet merah selutut, dan dasi, kuikat rambutku dan kubalut dengan pita warna biru senada.

Aku melihat pantulanku di cermin, dan tersenyum. Aku bersyukur Tuhan memberiku fisik yang sempurna, tidak kekurangan.

Itu tepat sebelum,

"OLIVIAAAAA! Lama banget sih! Louis udah nunggu, turun sayang!" teriak Mama.

Aku balas berteriak, "Iyaa Maa! Bentar!"

Aku bergegas turun ke bawah.

"Sayang kamu daritadi ko lama ngapain aja sih? Kamu meditasi, hah?" tanya Mama, mengoleskan selai stroberi ke roti miliknya.

Mama menuangkan susu untukku, "Louis udah nunggu daritadi tuh! Kamu nih ya, Mama gak ngerti deh," ucap Mama.

"Gak ngapa-ngapain kok Ma, iya iya udah ah, aku langsung berangkat aja ya Ma!" ucapku.

Aku melihat jam tanganku, "Udah telat nih, Ma."

Aku meneguk susu di gelasku setengahnya, lalu mengambil 2 roti dengan selai coklat.

Satu untukku, satu untuk Louis.

"Yaudah, hati-hati ya, Liv." ucap Mama, mengantarkanku sampai depan rumah.

"Oke, Ma!" balasku.

"Louis, tante titip anak tante ya, kalo nyusahin atau ngerepotin ato kalo bawelnya kambuh, cium aja nanti dia diem kok," ucap Mama dengan entengnya.

Aku membelalak,

"Mama ishhhh apasihh," aku memutar kedua bola mataku.

"Iya tante, tenang aja, Louis pasti selalu jagain anak tante kok, ye ga Liv?" ucap Louis, dia tersenyum miring lalu merangkulku.

Aku menyingkir dari rangkulannya,

"Idiiihh, apasi lo!" ucapku, meninju lengannya.

"Aduh kalian, berantem mulu deh, heran tau, kalian kalo deket berantem mulu, giliran jauh kangen-kangenan, hahhahaa." Mama tertawa.

"Ihh nggak!"

"Ihh nggak!" ucapku, berbarengan dengan Louis.

Aku mengalihkan pandanganku ke Louis, "Kaga usah ngikutin gue napa ish! Pea lo!"

"Eh, lo tuh yang ngik--" ucapan Louis dipotong oleh Mama.

"Eh udah udah. Sana berangkat, katanya tadi udah telat?" ucap Mama.

"Yaudah deh, dah Ma!"

"Berangkat dulu ya tant!"

»»»«««

"Louis!! Mau sampe kapan lo ngumpet di belakang gue njir?!" sahutku, karena sedari tadi Louis membuntutiku.

Aku dan Louis sedang mencari Megan, aku ingat untuk memperkenalkan sahabatku ini ke Megan.

"Nah, tuh Megan! Ayo!" Aku menunjuk perempuan yang kini sedang melihat mading sekolah, lalu menarik tangan Louis.

"Megan?" panggilku, menepuk pundak perempuan itu.

Dia membalikkan tubuhnya,

Dia tersenyum, "Eh, hai! Olivia? Lo yang anak musik itu kan?"tanyanya sedikit ragu.

Gosh. Pantas saja Louis bilang kalau dia menyukai Megan, bahkan dia bilang dia jatuh cinta pada Megan.

Megan cantik. Tubuhnya tinggi, kulitnya putih dan mulus, matanya berwarna coklat hazelnut, rambutnya ia gerai dan ia pakai bondu. Dia memakai lip gloss warna baby pink.

Shit, man. Kalo Louis suka yang feminine kek gini gue yang kek babon bisa apa jir.

"Iya gue Olivia, dan iya gue yang anak musik hehe," jelasku.

"Suara lo bagus banget, Liv! Main pianonya juga keren banget!" puji Megan.

Aku paling tidak bisa menanggapi pujian seperti ini.

"Aduh haha, bisa aja sih lo, thanks ya!" Ucapku, diiringi senyumku.

Aku mendengar Louis berdehem dari belakangku, sontak membuat aku dan Megan menoleh,

"Ada apa ini, Liv?" tanya Megan.

Believe me, I have no idea.

»»»«««

a/n;

How was it? Biasa aj y. Da aq mah ap atlah:(

Btw, Good morning, babes! Buat readers gue, me love u!

Apasi anjing so asik bgt

home » lwtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang