Home • Tujuh Belas
I'm sorry for late update babes:) Enjoy:)
------
Aku baru saja masuk ke lift ketika sebuah tangan memegang pergelangan tanganku, Luke?
Aku berbalik, "Luke? Lo belom pulang?"
Dia melepaskan pegangannya dari tanganku, matanya terlihat sembab.
"Belom," ucapnya, lemas.
"Lo udah makan? Sorry gue ketiduran di kamar Louis," ucapku, merasa bersalah padanya.
Dia mengangguk mengerti, "Gak apa apa," hanya kalimat itu yang terucap darinya sebelum dia melewatiku dan melangkahkan kakinya ke lift.
Dia kenapa?
Aku menyusulnya dan aku tepat waktu, sebelum lift itu tertutup. Hening. Tidak ada satu pun dari kami yang memulai percakapan. Ugh, kenapa harus hanya aku dan dia? Kenapa tidak ada orang lain?
Demi Tuhan, ini canggung. Dan kenapa lift sialan ini bergerak sangat lama. Aku sudah tidak tahan, "Mhmm, Luke?" aku berdeham.
Yang dipanggil menoleh ke arahku, "Ya?" tersungging senyuman di kedua sudut bibir indah berlip-ring itu.
Gue diabetes please.
"Is there anything that bothering you?" tanyaku ragu, karena aku merasa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
Dia hanya menggeleng lalu kembali mengarahkan kepalanya ke depan.
"What are you thinking?" tanyaku lagi, kali ini pertanyaanku keluar secara spontan dari mulutku.
Dia tidak menoleh lagi, tapi dia menjawab, suaranya sedikit gemetar,
"You,"
Jantungku berdegup lebih cepat sekarang. Kenapa? Kenapa harus aku?
Dari sekian banyak gadis kenapa harus aku?
Luke, astaga.
Aku menghembuskan nafasku lagi, seiring dengan dentingan dari lift yang kembali terbuka.
Luke mendahuluiku ke arah keluar, tapi bukan ke arah mobilku.
Aku mengejar Luke, dan mencegahnya pergi lebih jauh, "Luke? Lo pulang sama gue,"
Luke berhenti, "Gue naik taxi, Liv, gak apa apa," lalu melanjutkan lagi langkahnya.
Aku mendengus, "Luke!" aku menepuk pundaknya dari belakang.
Dia berbalik ke arahku, "Liv, udah,"
"Lo kenapa sih, Luke?"
"Ayo pulang sama gue, gue yang anter lo,"
-------------
Luke's POV
Kenapa pula dia memaksaku untuk pulang bersamanya? Padahal aku hanya ingin berada sejauh mungkin darinya kini.
Aku menunggu dia sedari tadi hanya untuk memastikan dia pulang sebentar, dan beristirahat setelah menunggu Louis dari beberapa jam yang lalu.
"Gue gak apa-apa," jelasku, suaraku gemetar.
Entah kenapa begitu sakit saat aku mengucapkannya, karena bukan itu yang benar-benar kurasakan.
Mata indahnya membuatku luluh hanya dalam hitungan detik, aku mendengus pasrah, "Fine,"
"Lo masih inget janji gue?" tanyanya tiba-tiba.
Aku yang menyetir sekarang, karena aku tahu dia tidak akan fokus. Dan dia membiarkanku, jika tidak pun, aku akan memaksa.
Aku hanya menggelengkan kepalaku, mataku masih terpaku dengan jalanan di depanku, "Yang mana?"
"Waktu lo nganterin gue pulang, gue janji mau traktir lo, kan?"
"Masih mau?" tanyanya.
Aku meliriknya dari ekor mataku, dia menyanderkan kepalanya ke jendela, dan melihat keluar.
"Why not?"
Dia langsung duduk tegak, dan melihat ke arahku, lalu menunjuk sesuatu di ujung jalan, "Itu! McD," sahutnya, bersemangat.
Dasar. Kalo makan aja, semangat.
Aku memarkiran mobilnya tepat di depan tempat makan yang ditunjuknya itu.
"Biasa aja makannya," ledekku ketika melihat cara makannya yang terlihat sama sekali tidak seperti gadis pada umumnya, duh.
Tapi bagiku dia malah terlihat lucu.
Dia mendengus, "Bodo," lalu kembali menyantap makanannya. "Gue lapar,"
Dia memberhentikan aktivitasnya, lalu mengernyitkan dahinya. "Ko liatin gue mulu? Makan ih, Luke,"
"Liatin lo makan aja udah bikin gue kenyang, Liv,"
Dia hanya mengangkat kedua bahunya, "Lah?"
Aku terkekeh melihat ekspresinya.
"Dih, malah ketawa, makan woy, gue ambil juga nih makanan lo," ancam gadis di hadapanku ini.
Aku terkekeh lagi, "Ambil aja ambil, gue gak laper,"
Dia mengambil French fries milikku. Aku terbelalak, "Oliv ya ampun, jatah gue itu balikin!" sahutku lalu tertawa kecil.
"Ketawa mulu anjir, kesambet lo?" tanyanya, malah ikut tertawa.
Aku berdecih, "Sekarang lo ikut-ikutan," lalu memutar bola mataku.
Dia hanya nyengir, "Abis lo kalo ketawa manis banget, jadi pengen ketawa juga,"
Sialan. Kenapa?
Kenapa aku semakin jatuh, di saat aku seharusnya menjauh?
:)
-------
Luvia moment dulu yak he he:)
Lagi apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
home » lwt
Fiksi Penggemar"Home is whenever I'm with you" [[cringe bgt aww mngis]]