Home • Epilog
Semuanya hadir disini. Menyaksikan gadis bernama Olivia itu tampil di konser tunggalnya.
Beberapa bulan sejak dia dan kedua temannya ikut berpartisipasi di project dari guru mereka yang mengharuskan mereka untuk tampil bagus, akhirnya pihak yang mengadakan acara itu memutuskan untuk merekrut gadisnya.
Dan sekaranglah, dia menjadi pianis. Dan hari ini, adalah hari yang sudah dia tunggu-tunggu, konser tunggalnya.
Dia masih di backstage, menunggu sebelum acaranya itu dimulai. Dia sangat gugup, keringat dingin bisa ditemukan si beberapa bagian tubuhnya. Jantungnya tidak bisa dia kontrol lagi, jantungnya tidak bisa dia ajak kompromi.
Dia menggenggam kedua tangannya, berdo'a supaya acaranya diberi kelancaran sehingga bisa memberikan yang terbaik dan membanggakan siapapun yang mengenalnya.
Tiba saatnya, sekarang dia duduk di kursi tepat di depan piano. Piano klasik. Yang indah dan benar-benar bisa memanjakan telinga siapapun yang mendengarnya.
Dia melihat siapa saja yang hadir, orang tuanya, Luke, teman-temannya, dan orang tua Louis.
Dia pun menarik nafas dalam dalam, memejamkan matanya sejenak dan menghembuskan nafasnya lagi.
Sekarang, dia sudah siap, dia tersenyum,
Louis, gue tau, dimana pun lo sekarang, pasti lo bisa liat gue dimana pun lo berada, dan ini, buat lo.
Gadis itu mulai memainkan jari jemarinya, dengan lihai menekan tiap tuts tuts berwarna hitam dan putih itu yang kini membentuk melodi indah.
Dia memejamkan matanya lagi, begitu menikmati setiap detiknya. Melodi itu seperti menyatu dengan jiwanya. Diam-diam dia bisa merasakan kehadiran Louis.
Walau tidak kasat mata, dia tahu Louis disana.
Ikut menyaksikan apa yang saat ini dia lakukan, dan tersenyum bangga atas apa yang dia peroleh.
Mereka sama-sama bahagia. Dengan jalan mereka sendiri.
⚫⚫⚫
Bukan dia lagi, bukan aku lagi, tapi sekarang itu kita.
Dengan kepergiannya, justru bukan menjauh, tapi mendekat, menjadi satu denganku.
Dia pergi, tapi tidak pernah benar-benar pergi.
Aku masih bisa merasakannya hampir di setiap hal yang aku lakukan.
Dia selalu memperhatikanku, menjagaku, aku tahu itu.
Dia tetap Louisku.
Walau kini kita di dimensi berbeda.
Louis.