Home • Sebelas
Sorry kalo kepanjangan, and sorry for typos. Enjoy and I hope you guys like it:)
--------
Luke's POV (My baby's POV ashik)
Aku memperhatikan Olivia dari atas sampai bawah, dia mengenakan gaun hitam tanpa lengan selutut, ia menggerai rambutnya, dan dia memakai heels.
Gosh, she's so beautiful.
Dia sangat cantik bahkan saat dia tidak melakukan apa-apa. Dia tidak seperti kebanyakan gadis. Dia tidak mengenakan make up tebal, dia tidak memakai banyak accessories, dia hanya memakai anting bintang yang kulihat selalu menghiasi telinganya.
Baru kali ini aku melihatnya memakai heels. Jauh membuatnya terlihat lebih anggun.
Dari pertama kali aku bertemu dengannya, aku masih ingat rambutnya berantakan, dia seperti menghindar dari sesuatu yang aku tidak tahu itu apa.
Itu saat pertama kali aku menggenggam tangannya, pertama kali aku jatuh untuknya.
Aku tahu dia akan berarti khusus di hidupku.
Aku deg-degan sekarang, tanganku berkeringat, entah kenapa ketika Olivia menutup matanya tadi, jantungku berdegup lebih cepat.
Apakah dia mengira aku akan menciumnya?
Apakah itu berarti dia tidak akan menolak jika saja tadi aku jadi menciumnya?
Aku menutupi kegugupanku dengan tertawa, kencang.
---------
Olivia's POV
"Tadi lo kenapa merem? Lo kira gue mau ngapain tadi?" ucap Luke ketika kita sampai di Hotel tempat Louis merayakan ulang tahunnya.
Aku berbohong, "Ngga.. Tadi itu.. Gue..."
Aku melihat Louis berdiri tidak jauh dari aku dan Luke.
"Itu Louis! Ayo kesana," ajakku pada Luke, God untung saja, jadi aku tidak perlu menjawab pertanyaannya yang membuatku kicep.
Aku lalu menarik tangan Luke untuk menghampiri Louis. Dia sedang meneguk minuman dari gelasnya.
Louis menyadari keberadaanku dan tersenyum padaku.
"Hi babe, you look gorgeous," puji Louis.
Aku hanya tersenyum, "Thanks, you too,"
"Hi, Luke," sapa Louis melihat ke Luke yang berada di sampingku.
Luke membalas, "Hi there, birthday boy,"
Aku lalu memeluk Louis, dan dia membalas pelukanku, "Happy Birthday, I love you, Tommo,"
Dia berbisik di telingaku, "Thank you so much, baby, I love you too,"
Betapapun aku menginginkan ucapan itu lebih dari sekedar ucapan pada 'sahabat', itu tetap tidak akan berubah.
Aku harus kuat. Aku tidak boleh menangis. Tidak disini. Tidak di hadapan orang yang selalu membuat aku lebih lemah setiap detiknya.