BAGIAN SEMBILAN

749 113 28
                                    

Vote before read, girls. Jangan PHP'in gue (?) #abaikan

Bacanya online ya, soalnya ada audionya. Thanks :)




"Kau tak akan memilih apapun, Mag"

"Apa maksudmu?"

"Kau tak akan memilih Minho ataupun aku. Kami berdua adalah temanmu dan kami tak akan meninggalkanmu. Jika kau memilih salah satu di antara kami, maka kau juga akan kehilangan satu di antara kami"

Aku tercengang oleh ucapannya. Seorang Sean Sangster bisa berbicara sebijak ini? Hebat.

"Sekarang beristirahatlah, Mag. Aku menyayangimu"

Ia mengecup keningku lalu pergi.

Sean memang benar, tapi entah mengapa aku sedikit kecewa mendengar perkataannya.

Masa bodoh, yang terpenting adalah Minho dan Sean adalah temanku dan aku menyayangimu kedua makhluk indah itu.

***

Pagi itu aku bangun tiga puluh menit lebih awal, kurasa. Kami tak terlalu pandai mengira-ngira waktu karena kami masih belum mempunyai jam, haha.

Annabeth belum bangun. Well, ia memang selalu bangun siang. Aku tak tahu bagaimana orang-orang di children trainers bisa betah dengan sikapnya.

By the way, aku jadi merindukan jabatanku dulu.

Aku memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak, mencari udara segar di pagi hari.

"Mag!!"

Yang dipanggil menoleh. Sean memberiku memanggilku dengan menggunakan isyarat tangannya dan aku pun berjalan mendekatinya.

"Ada apa, Sean?"

"Tak ada apa-apa, hanya ingin menyapamu saja. Tumben sekali kau bangun pagi?"

"Aku memang selalu bangun pagi, Sangster. Memangnya kau pernah melihat aku terlambat bekerja?"

"Aku tak pernah melihatmu terlambat karena saat kau bekerja, aku sedang ada di hutan"

Aku terkekeh.

"Benar juga ya" kataku di sela tawaku.

Thomas' POV

Aku senang sekali melihat Mag tertawa. Entahlah, tingkat kecantikannya meningkat tiga kali lipat saat ia tertawa.

"Hey, Mag"

"Minho" kata Mag sembari memeluk Minho.

Mag memang mencintai Minho dan aku tak punya hak untuk melarang perasaannya. Aku dan Mag hanya sebatas teman.

"Sean, apa kau siap?"

"T-tentu saja. Ayo berangkat" ajakku.

"Hati-hati, Minho. Doaku akan selalu menyertaimu" bisiknya pada Minho yang jelas-jelas terdengar olehku.

"Baiklah Mag, sampai jumpa nanti malam"

Minho membelai rambut Mag.

"Ehem"

"Eh? Oh, kau juga Sean. Hati-hati saat berburu"

"Kau tak ingin memelukku atau menciumku atau?"

"Baiklah, Sangster. Kau ini manja sekali" katanya sembari memelukku.

Pelukannya begitu hangat. Minho sangat beruntung sering merasakan pelukan ini.

"Jaga dirimu baik-baik, Mag. I'll be right back"

Hearth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang