BAGIAN SEMBILAN BELAS

723 92 101
                                    

Vote!

Sean's POV

Aku menyeka air mataku lalu pergi. Menyiapkan barang bawaanku, tak peduli apa yang terjadi, aku akan menyusulnya dan membawanya pulang.

Aku tak tahu harus mulai mencari dari mana. Kurasa aku hanya akan mengikuti arah hatiku, siapa tahu hatiku bisa menemukan Maggie.

Aku menyusuri hutan yang sudah seperti rumah kedua bagiku. Semua pohon di sini seperti memberiku arah, entah bagaimana caranya.

Maggie, kau di mana??!!

"Maggie!! Maggie!! Maggie!! Maggie!!" teriakku.

Semoga teriakanku bisa terdengar olehnya dan ia akan mendatangiku kemari meskipun aku tahu itu hampir tidak mungkin terjadi.

"Maggie! Maggie! Ini a--"

"Sean"

Seseorang menepuk pundakku dari belakang, dan itu pasti Maggie.

"Maggie, kau ke mana saja? Kau benar-benar gila, kau meninggalkan Hearth. Bahkan kau tak mengucapkan perpisahan padaku. Kau hampir membunuhku. Aku tak bisa hidup tanpamu, love" kataku sambil memeluknya dan mengecup keningnya berulang-ulang.

Aku tak akan pernah membiarkanmu pergi lagi, Maggie.

"Sean, aku Kayla"

Aku langsung melepas pelukanku dan entahlah, situasi menjadi awkward seketika.

"Aku, aku aku maafkan aku. Tadi kukira kau adalah Mag" ujarku sambil menahan air mataku yang sudah hampir tumpah.

"Memangnya Maggie ke mana?" tanya Bob.

"Maggie tak ada di Hearth, jadi kukira ia di sini. Dan aku memutuskan untuk mencarinya. Jangan katakan keberadaanku pada Minho"

"Baiklah, semoga kau bisa menemukan Maggie" kata Kayla.

"Terima kasih"

Kayla dan Bob pergi.

Sial, bagaimana aku bisa mengira Kayla adalah Maggie? Padahal Maggie berambut cokelat dan Kayla berambut pirang. Ayolah Maggie, muncullah di hadapanku.

Aku terus melangkahkan kakiku dan tak sengaja aku sampai di danau di mana aku mencium Maggie untuk pertama kalinya. Aku masih ingat caranya membalas ciumanku. Ciumannya masih terasa nyata dan aku bisa merasakannya.

GRESS

"Maggie?"

Aku mendekati sumber suara itu. Hanya seekor babi liar. Kupikir itu gadisku. Huh. Ngomong-ngomong, kenapa tidak aku buru saja si babi ini? Lumayan, untuk tambahan makanan. Lagipula hari ini seharusnya aku berburu.

Aku mundur beberapa langkah, merogoh saku untuk mengambil belati, mulai membidik babi itu yang tengah mengorek-ngorek tanah. Satu, dua, tiga!

NGGIIIKK (anggep suara babi)

I got you! Aku mendekati babi itu, mengikat kaki-kakinya dengan tali yang kubawa.

SRET

"Siapa di sana?"

Tak ada siapapun. Uh, aku terlalu paranoid.

Aku kembali mengikat kaki-kaki babi itu dan mulai menyeretnya. Tak mungkin aku menggendong seekor babi, kan? Lebih baik aku menggendong Maggie.

Maggie's POV (at the same time)

Danau ini. Danau penuh kenangan, tempat di mana kekasihku memagut bibirku untuk pertama kalinya. Bibir manisnya, tubuh shirtlessnya, rambut kuning keemasannya. Aku benar-benar merindukan laki-laki itu, laki-laki yang berhasil membuatku terpikat setelah Minho.

Hearth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang