BAGIAN DUA PULUH: SEE YOU AGAIN

960 98 97
                                    

 
  
 
This is the last chapter before epilogue.
 

Maggie's POV
 
 
Apa aku sudah mati?

Aku seolah terbangun dari mimpi panjang selama bertahun-tahun. Seolah-olah ada yang berusaha membuatku kembali terjaga.

Aku mencoba duduk, mengembalikan sisa kewarasanku yang sudah hampir direnggut virus sialan itu. Ini danau itu, tempat di mana aku mencoba bunuh diri. Busur, anak panah, dan ranselku masih ada di sana. Tidak berpindah sedikit pun.

Apa yang sebenarnya terjadi? Apa aku tak boleh mati?

Kau akan mati sebentar lagi, Maggie.

"Hentikan" kataku pada suara-suara yang kerap muncul di pikiranku.

Entah sudah berapa banyak luka baru yang muncul saat aku tertidur, ya begitulah aku menyebutnya. Luka lama di tengkuk dan kaki, luka baru di lengan kanan, punggung, perut.

Rasanya aku benar-benar ingin mati.

Aku memungut senjata dan ranselku lagi.

Sepertinya aku memang harus hidup beberapa hari lagi. Baiklah Flare, kau menang. Aku menyerah.

Aku memeriksa perbekalanku. Well, kurasa burung-burung sudah mengobrak-abrik ranselku dan memakan rotiku. Tak ada cara lain, selain berburu.

Aku berjalan menyusuri hutan itu, berjalan terseok-seok seperti mayat hidup. Atau aku memang seorang mayat hidup? Kurasa beginilah nasib seseorang yang akan bertransformasi menjadi seorang crank.

Aku butuh seseorang. Aku butuh teman. Aku tak bisa terus-terusan seperti ini. Aku ingin mati, tapi tak bisa. Tolong katakan aku harus apa. Apa aku harus diam saja dan membiarkan diriku mati kelaparan? Atau aku harus menusukkan anak panah ke perutku sendiri? Aku harus apaaa?????!!!!

Aku menabrak pohon hingga aku terjatuh, dan yea, aku menangis. Kurasa ini air mata terakhirku sebagai manusia. Uh, aku terlalu paranoid.

Aku benar-benar seorang crank sekarang. Aku sudah gila. Mungkin tingkat kewarasanku hanya tinggal 15%. Luka-luka sudah memenuhi tubuhku, rambutku juga sudah banyak yang tercabut, bajuku sudah banyak yang kusobek untuk menutup lukaku, dan aku juga sudah tak bisa berburu lagi.

Aku berdiri sigap karena mendengar sesuatu yang tak jauh dari tempatku berada. Ahaha, seekor rusa. Aku langsung mengambil sebuah anak panah lalu menerjang rusa itu. Menusuknya berkali-kali hingga binatang itu mati.

And it's time to eat.

Tanpa pikir panjang, aku menguliti rusa itu dan menyantapnya.

Hmm, ini benar-benar lezat. Kenapa tak dari dulu aku melakukan hal ini?

***

Setelah menghabiskan daging rusa itu, aku kembali berjalan. Entah aku mau ke mana, dan entah mengapa aku membawa belatiku, maksudku belati pemberian Sean, bersamaku. Padahal aku sudah tak perlu berburu lagi. Busur dan ranselku? Masa bodoh dengan barang-barang itu, aku meninggalkannya di tempat aku makan rusa tadi.
  
  
Sean's POV
 
Aku tak akan menyerah sebelum aku menemukan gadisku. Ini sudah hari keempat sejak pencarianku yang pertama. Kenapa menemukan gadis satu saja susahnya luar biasa? Apa ia invisible alias tak terlihat?

Ya, setiap hari aku keluar Hearth, tak peduli jadwalku berburu atau tidak. Aku juga sudah mendiskusikan hal ini dengan Minho dan ia menyetujuinya. Awalnya ia berniat membantu, tapi kurasa itu bukan ide yang bagus.

Hearth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang