3. Om ganteng

8.9K 659 47
                                    

Mark Yien Tuan

Tubuhku ambruk begitu saja saat nama itu keluar dari mulutku sendiri. Mark Yien Tuan. Benarkah dia? Segera kuhapus pikiran negatif yang terus menerus berputar di dalam benakku. Mungkin saja hanya nama yang kebetulan mirip. Ya, belum tentu itu ayah biologisnya Nathan. Tapi saat aku melihat wajahnya dia mirip sekali dengan Nathan. Matanya, bibirnya, hidungnya, bahkan warna kulitnya sangat mirip.

"Nak, kamu kenapa?" Mama sudah berada di depanku. Wajahnya terlihat begitu khawatir. Mama memegang lenganku memastikan aku baik-baik saja. Aku berusaha tersenyum walau mungkin tidak berhasil. Mama membantuku berdiri kemudian membawaku ke dalam ruangannya.

Saat sampai di ruangan Mama, aku melihat Dylan dan Nathan yang sudah tertidur pulas di sofa. Mama menyuruhku untuk duduk, aku menurut dan membalas dengan senyum. Kemudian Mama pun pergi meninggalkan ruangan untuk mengambil air minum katanya.

Aku beranjak dari tempat duduk dan menghampiri dua malaikat kecilku. Kupandangi wajah polos mereka dan mengecup kening mereka satu persatu. Mataku menangkap wajah Nathan yang begitu tenang saat sedang tertidur. Kejadian empat tahun lalu merambat di benakku dengan cepat. Menemukan nama Mark Yien Tuan benar-benar mengganggu kerja otakku saat ini.

Pintu terbuka, menampakkan wajah Mama yang sedang membawa segelas air ditangannya. Aku tersenyum hangat dan kembali ke tempat dudukku. Mama duduk di sampingku sambil menyodorkan segelas air yang di genggamnya. Aku meneguknya tak tersisa. Mama masih diam tidak mengeluarkan kata sama sekali, sepertinya Mama masih mencoba membuatku tenang terlebih dahulu.

Hingga beberapa menit kemudian. "Apa yang terjadi?" tanya Mama lembut.

Aku tak mau Mama khawatir. "Bambam tak sengaja menjatuhkan kopi ke baju salah satu pelanggan," Jawabku jujur tanpa membawa-bawa nama 'Mark' disana.

Sepertinya Mama terlihat percaya. "Jangan terlalu dipikirkan. Kamu sudah minta maaf, kan?" tanyanya.

"Tentu," jawabku sambil tersenyum.

"Sudah jam 10 malam, sebaiknya kalian pulang. Kasihan Nathan dan Dylan," ucap Mama perhatian.

"Iya, tadi Bam sudah telpon Jackson buat jemput. Beberapa menit lagi mungkin sampai, Ma."

Pintu terbuka, disana terlihat Jackson dengan setelan kemeja santai yang sangat pas di badannya. Dia baru saja selesai melakukan pertemuan dengan rekan kerjanya. Dia bilang hanya makan malam dan reuni biasa saja hingga tidak perlu memakai pakaian yang terlalu formal.

Jackson menyalami Mama kemudian beralih menatapku. Dia mendekat dan mencium keningku sayang lalu matanya tertuju pada dua bocah kecil yang tertidur pulas di sofa.

"Mau langsung pulang sekarang?" tanyanya padaku. Aku mengangguk mengiyakan. Jackson mengangkat tubuh Nathan pelan-pelan dan menggendongnya. Aku pun melakukan hal yang sama pada Dylan. Kami pamit pulang dengan Mama. Sebelumnya kami memawarkan Mama untuk ikut bersama kami tapi Mama menolak, menunggu restoran tutup saja katanya.

***

"Kamu kenapa?" tanya Jackson memecah keheningan.

Kami sedang berada di mobil menuju ke rumah. Aku menolehkan pandanganku yang sedari tadi hanya memperhatikan luar jendela ke arahnya. Aku tidak ingin membuatnya khawatir.

Mencoba tersenyum aku membuka suara. "Tidak, hanya sedikit lelah."

Dia mengusap punggung tanganku pelan. "Jangan terlalu memaksakan diri, Bam. Seharusnya kau langsung tidur dan tak ke Restoran," cemasnya.

"Tak apa. Aku senang membantu Mama," jawabku sambil balas tersenyum padanya.

Dia kembali fokus menyetir. Ku alihkan tatapanku ke arah belakang, disana Nathan dan Dylan sedang tertidur. Kemudian aku kembali memalingkan wajahku keluar jendela, kembali larut dalam pikiranku sendiri.

Ma Babies [ MarkBam JackBam ] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang