~~~~~:*~~~~~
BAMBAM POV
Hening menyapa ruang yang sedari tadi aku singgahi. Sudah seminggu sejak Nathan keluar dari rumah sakit. Dan seminggu pula Jackson membisu. Berulang kali aku mencoba berbicara, namun selalu saja di abaikan olehnya. Bahkan mungkin dia menolak. Ya, menolak berdekatan. Bahkan bukan hanya aku yang menjadi korban amarahnya. Nathan dan Dylan juga.
Mama dan Papa semakin bertanya-tanya apa yang terjadi pada kami. Namun, aku selalu bilang tidak apa-apa. Aku tahu mereka takkan percaya begitu saja. Kurasa mereka mencoba mengerti dan tidak terlalu jauh ikut campur dalam masalah kami.
Sekarang Jackson bukanlah Jackson yang sebenarnya. Bukan tentang wajah dan fisik. Tapi sikap dia kepada kami. Tidak masalah jika Jackson acuh padaku. Akan tetapi, sikapnya berubah terhadap Nathan.
Dingin.
Bahkan bocah empat tahun itu terlihat takut saat mata bulatnya menangkap perubahan sikap Jackson. Entah aku harus seperti apa dan bagaimana lagi.
"Jack." Suaraku parau memanggilnya. Benar saja, yang kudapat hanya suara jam yang berdetik, terdengar jelas di telinga. Mungkin karena kami diselimuti sunyi dan Jackson yang tak repot membalasnya.
"Jack." Sekali lagi aku mencoba.
Menatap, aku mendapatinya sedang fokus mengetik sesuatu disana. Hembusan napasku terdengar jelas. Memberi sinyal keputusasaan. Bagaimana tidak. Hampir setiap hari, bahkan jam, menit, detik, aku seperti ini padanya. Membujuk Jackson mendengarkan penjelasanku. Memintanya berbicara dan menyelesaikan masalah ini secepatnya.
"Bisakah kau keluar? Aku sedang sibuk."
Mungkin nanti.
***
MARK POV
Kurasa memang salah. Ya, pilihanku mengunjungi Nathan pada waktu yang tidak tepat. Tatapan Jackson penuh dengan amarah, aku tahu itu. Auranya yang hitam dan gelap membuatku sedikit khawatir pada Bambam.
"Aaah.. Bodohnya, Nathan-lah yang harusnya aku khawatir kan, bukan dia," racauku sendiri.
Baris-baris kalimat di depan layar terlihat kosong. Aku hanya menatap nanar dengan pikiranku yang jauh entah dimana. Pesan terakhir dari Bambam adalah seminggu yang lalu. Mengabarkan kalau Nathan sudah keluar dari rumah sakit. Aku senang tentu saja. Ingin melihat wajah anakku lebih sering lagi.
Tapi Bambam kembali mengirim pesan, aku tidak boleh bertatap dengan Nathan untuk sementara. Aku tahu hal ini akan terjadi. Cepat atau lambat semuanya akan tercium juga.
Akhirnya, dengan terpaksa aku turuti keinginannya. Walaupun berat, aku berusaha tidak menunjukkan seberat apa beban itu.
"Masuk," kataku saat ketukan pintu terdengar.
"Permisi, Pak. Pertemuan anda dengan Mr. Chou hari ini setelah makan siang." Sekretarisku berbicara. Aku mengangguk mengerti. Salah satu rekan bisnisku itu memang berbuat sesuka hatinya. Membatalkan jadwal pertemuan kami sebelumnya, yang harusnya beberapa menit lagi terlaksana.
Kalau bukan karena aku membutuhkan kerjasamanya, tidak sudi aku berhubungan dengan orang yang tidak menepati janji.
***
"Sampai kapan kau mengaduk minumanmu, huh?"
Aku hanya mengangkat kedua bahuku tanda tidak tahu. Jaebum memandangku sinis. "Kau aneh."
Sudah kuduga, dia pasti mengeluarkan kata-kata itu. "Aku tahu," jawabku setengah sadar.
"Hei! Kembalikan!" Aku sedikit berteriak kesal melihat minumanku diambil paksa olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Babies [ MarkBam JackBam ] √
FanfictionCompleted √ 011115 - 021016 (Beberapa chapter di unpublish. Jika ingin baca lanjutannya silahkan download aplikasi Fizzo. Buat akun, lalu masukkan kode undangan A51530651. Cari akun Chumybam_ lalu pilih cerita yang akan kalian baca) ______ Kunpimook...