4. I remember

7.4K 588 42
                                    

Mark POV

Aku memijat pelipisku pelan berkali-kali. Kusandarkan punggungku di kursi kerja sambil terus menatap tumpukan dokumen yang harus aku tanda tangani. Aku menghela napas mencoba sedikit melepas rasa lelah yang terus menerus menggerogoti tubuhku. Aku kembali menegakkan tubuhku dan mulai memeriksa dokumen di depanku kemudian mulai menandatanganinya.

Menjadi seorang CEO di salah satu perusahaan besar bukanlah hal mudah. Ditambah lagi menjadi satu-satunya anak laki-laki di keluarga 'Tuan' yang begitu membebaniku.

Aku, Mark Yien Tuan. Terlahir dari keluarga kaya pemilik Tuan Corp. Di umurku yang ke 23 tahun aku sudah ditugaskan oleh orang tuaku untuk menjadi seorang Direktur Utama. Hingga sekarang umurku sudah menginjak 26 tahun, aku mencoba bertahan untuk memenuhi keinginan mereka.

Aku anak kedua dari dua bersaudara. Ya, aku anak bungsu. Aku memiliki satu kakak perempuan yang aku saja tidak pernah melihatnya lagi hampir lima tahun belakangan ini. Tammy Tuan namanya. Aku jarang berkomunikasi dengannya, hubungan kami kurang begitu baik kurasa.

Aku Taiwanese, tapi aku lahir di Los Angeles 26 tahun yang lalu. Kemudian aku pindah ke Korea Selatan di usiaku yang ke 17 tahun. Aku kuliah di Seoul National University. Empat tahun kuliah disana, aku pun lulus dengan nilai Cumlaude. Kemudian di umurku yang ke 21, kami sekeluarga pindah ke Thailand karena salah satu cabang Tuan Corp di Thailand sedang tidak baik pada saat itu menyebabkan Papa mengurusnya langsung dan kami pun ikut Papa tinggal disana.

Di Thailand aku sedikit membantu pekerjaan Papa. Aku bekerja di perusahaan Papa sebagai seorang Manager. Hingga di usiaku yang ke 22, aku dikagetkan dengan ucapan Papa yang menginginkan aku mundur dari posisi tersebut dan menugaskanku untuk menjadi seorang CEO di Tuan Corp. Tentu saja aku terkejut karena kupikir masih terlalu dini untuk menjadi seorang CEO, walaupun aku tahu aku mampu tapi setidaknya aku butuh proses.

Papa tidak mau mendengar protesku. Dia memaksa dan terus memaksa. Katanya "Papa sudah tua dan penyakitan, apa kamu tidak kasihan sama Papa? Lagi pula kamu anak laki-laki Papa satu-satunya. Cuma kamu harapan Papa, Mama, keluarga, dan perusahaan."

Pada akhirnya, aku menuruti keinginan mereka. Aku berusaha menikmati posisiku dengan tulus tidak ada unsur paksaan.

Dan disinilah aku, seorang CEO muda, kaya, pintar, tampan, dan banyak lagi kelebihan lainnya yang aku saja tidak mampu untuk menjelaskan. Hei, bukan aku terlalu percaya diri mendeskripsikan diriku sendiri, tapi itu nyata. Itu kenyataannya.

Semua dokumen sudah selesai aku tanda tangani. Aku melihat jam di pergelangan tanganku, sudah hampir jam setengah sembilan malam. Sebaiknya aku pulang. Aku mengambil barang-barang penting yang ada di meja kemudian aku melangkahkan kaki keluar. Disana masih ada Aom yang sedang fokus menatap layarnya. Mungkin karena dia mendengar langkah kaki mendekat, dia pun mengalihkan pandangannya ke arahku. Dia berdiri sambil tersenyum kemudian menyatukan kedua telapak tangan dan sedikit menunduk sopan. Aku membalasnya dengan menganggukkan kepalaku.

Aom Ahnatchaya, namanya. Dia adalah sekretarisku selama aku di Thailand.

"Sudah mau pulang, Phi?" tanyanya.

"Iya."

Aku kemudian melangkahkan kakiku menuju keluar kantor. Beberapa menit kemudian aku sampai di depan kantor dan disana mobil mewah sudah menungguku. Aku masuk ke dalam mobil dan memerintahkan supirku untuk segera menjalankan mobilnya.

"Ke Kimju Restoran," perintahku.

"Baik, Tuan."

Aku tidak langsung pulang ke rumah. Sedikit menghangatkan pikiran dengan secangkir kopi tidaklah buruk. Kimju Restoran adalah tujuan utamaku. Karena tempatnya yang strategis, tidak terlalu jauh dari kantor, dan nyaman tentu saja itu alasan utamanya.

Ma Babies [ MarkBam JackBam ] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang