8. He knew

5.7K 572 83
                                    

Vote dulu sebelum dibaca ^^

Jangan jadi Silent Reader!
Cekidootttt XD

~~~~~~~~ :* ~~~~~~~~

BAMBAM POV

Aku sedang di Siam Square. Mengajak Nathan jalan-jalan dan membelikannya sesuatu. Dylan sedang bersama Mama. Papa dan Jackson seperti biasa sibuk dengan pekerjaannya. Sudah lama sekali aku tidak kesini, mungkin hampir dua tahun semenjak aku pindah ke Hong Kong. Biasanya, aku akan kesini bersama sahabatku. Dan sudah seminggu aku disini, baru kali ini aku menyempatkan diri.

"Pa, beliin sepatu baru, dong," pinta bocah tampan di sampingku.

Aku mengangguk dan segera menuju ke toko sepatu di sekitar sini. Hingga kami berada di depan toko, Nathan masih kugenggam erat, aku takut dia hilang. Kami masuk ke toko dan mulai memilah-milih sepatu mana yang cocok untuk Nathan. Aku pun melepas genggaman tanganku pada Nathan karena harus memegang sepatu dan memilihnya.

Saat aku ingin bertanya sepatu mana yang Nathan suka, dia sudah tidak ada di dekatku. aku mengedarkan pandanganku ke segala sudut, tapi tetap tidak ada. Dasar bocah bandel. Dapat kupastikan dia keluar tanpa sepengetahuanku.

Aku pun meninggalkan toko sepatu dan mulai mencarinya. Beberapa menit kemudian, aku melihat wajahnya. Aku bergegas menghampiri Natham dan tanpa basa-basi langsung memarahinya panjang lebar. Dia hanya diam dan memandangku dengan tatapan polosnya. Huh. Kalau dia bukan anakku, sudah aku tenggelamkan bersama ribuan ikan di Siam Ocean World. Berlebihan. Aku tau, aku tidak akan bisa melakukan itu. Aku sangat menyayanginya.

Menit berikutnya aku terkejut melihat seseorang di samping Nathan. Dia Mark. Aku tidak tahu kenapa Tuhan memberikanku kesempatan untuk melihatnya berkali-kali beberapa hari ini. Padahal aku sangat berharap tidak akan dipertemukan lagi dengan si sialan Mark. Tapi, kenyataan berkata lain. Mark sedang bersama seseorang, aku tidak mengenalnya, namun detik berikutnya seseorang tersebut mengenalkan diri sebagai Mamanya Mark. Cantik. Satu kata yang terlintas dalam benakku saat melihatnya.

Kami berkenalan. Mama Mark sangat baik, ramah, dan sedikit humoris. Dia mengajakku untuk memakan es krim sambil mengobrol sebentar. Jelas saja aku menolak. Tapi si bocah penggila es krim di sebelahku malah merajuk menginginkannya. Aku lihat Mark sangat tidak suka dengan ajakan Mamanya itu, dia terlihat kesal dan memaksa untuk segera pulang. Kalau bukan karena Nathan dan merasa tidak enak dengan Mrs. Tuan, aku juga tidak akan mau pergi dengan si sialan Mark. Aku tidak sudi.

Akhirnya kami memutuskan untuk bersantai sebentar di kedai es krim. Kami makan es krim dengan sedikit mengobrol santai. Tentu saja tanpa ada obrolan antara aku dan Mark. Aku melihat Mark hanya fokus pada es krimnya, tidak menoleh, tidak bicara sama sekali. Aku juga tidak banyak bicara, Mamanya mark yang banyak bertanya, tentu aku harus menjawabnya. Hingga perkataan beliau membuatku sedikit terkejut.

"Nathan mirip sekali dengan Mark, ya."

Mark tersedak begitu saja saat mendengar Mamanya bicara seperti itu. Aku agak kaget, sebenarnya. Tapi aku mencoba untuk cuek dan menenangkan diri. Ya, walaupun itu memang kenyataannya. Bocah di sampingku dengan lelaki di depannya begitu mirip. Aku tidak tahu kenapa Tuhan memberikan lebih banyak gen Mark pada Nathan, padahal dia hanya si brengsek tak tahu diri yang menginginkan tubuhku dan pergi meninggalkanku begitu saja.

"Tante kira Nathan anaknya Mark, lho."

Aku tidak mengerti dengan wanita yang duduk tepat di depanku ini. Entah perkataannya hanya bercanda atau benar-benar serius, aku tidak tahu. Mark begitu terkejut dan kembali tersedak, aku juga terkejut mendengarnya, tapi aku masih berusaha untuk santai menanggapinya, aku hanya menatap ramah Mamanya dan membalasnya dengan senyum.

Ma Babies [ MarkBam JackBam ] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang