12. Someone, help!

6.2K 473 114
                                    

Happy Reading ^^

~~~~~:*~~~~~

JACKSON POV

Melihat Bambam dengan orang lain, membuat jantungku berdetak seribu kali lebih cepat dari biasanya. Aku memejamkan mataku sejenak, kemudian membukanya kembali. Tanganku bergetar diiringi peluh yang menyelimuti tubuhku. Aku bergegas meninggalkan taman dengan sedikit berlari. Jangan. Jangan disini. Aku melihat mobilku yang terparkir di ujung dekat pohon rindang. Setelah sampai, aku segera masuk ke dalamnya.

Di mobil, aku mencari sesuatu disana. Tanganku meraih apa saja hingga membuatnya sedikit berantakan. Setelah ketemu, aku segera meminumnya. Aku menghembuskan napasku kasar. Mencoba menenangkan diriku. Mungkin kedekatan mereka hanya sebatas teman. Ya, teman. Aku tidak berniat untuk menggalinya lebih dalam. Biar Bambam yang menjelaskannya langsung. Untuk saat ini, aku hanya mencoba berpikir positif. Itu saja.

Aku masih berdiam diri di mobil. Menghirup udara dan menghembuskannya perlahan. Kegiatan itu berkali-kali kuulang. Beberapa menit kemudian setelah aku merasa tenang, aku segera mengendarai mobil menuju kantor. Meneruskan beberapa pekerjaan yang tertunda.

***

"Keluar kota?" tanyanya terkejut. Aku mengangguk seraya menaruh kemeja di tumpukan pakaian kotor lainnya. Aku juga tidak tahu kenapa perusahaan menugaskanku untuk keluar kota. Sekeras apapun aku menolak, tetap saja aku harus kesana.

Ini sudah hampir seminggu semenjak aku melihat kedekatan Bambam dengan Mark. Aku tidak berniat menanyakan dan mengungkit kembali masalah itu. Aku berharap Bambam lah yang akan menjelaskannya padaku. Namun, sampai saat ini dia masih bungkam, belum membuka suara akan hal itu.

"Berapa lama?" tanyanya lagi.

Aku duduk di tepi tempat tidur. "Sekitar seminggu."

Bambam mengerucutkan bibirnya, ia menunduk, lalu menatapku sedih. "Lama sekali. Aku pasti merindukanmu." Melihat Bambam yang bersikap seperti itu membuatku tidak tega meninggalkannya.

Aku berdiri dan berjalan menghampirinya yang sedang merapikan baju-baju di lemari. Aku melingkarkan lenganku di perut rampingnya. Menempatkan dagu di bahunya. Kuhirup dalam-dalam aroma tubuh Bambam yang seakan menjadi candu bagiku. Kemudian, aku mengecup lehernya berkali-kali. "Aku akan lebih merindukanmu, sayang."

Bambam berbalik, kami pun saling bertatapan. Aku mengelus pipinya pelan. Lalu mendekatkan wajahku padanya. Mencium kening, hidung dan pipinya singkat. Bambam tersenyum dengan sangat manis. Tanganku menarik tengkuknya mendekat. Bibirku mendarat dengan indah di bibirnya. Tidak ada gerakan disana, bibir kami hanya saling menempel. Melihat Bambam memejamkan mata, aku mencoba menggerakkan bibirku perlahan. Aku melumat bibirnya yang lembut dan kenyal. Lidahku menerobos ke dalam mulutnya. Kami saling memagut satu sama lain, menghantarkan rindu pada lelaki yang sangat aku cintai.

MARK POV

"Jangan lupakan rencana awal kita, Mark."

Jiwa keibuan seorang Jaebum mulai keluar. Dia sangat cerewet, terus menerus memperingatkanku untuk kembali ke rencana awal kami. Aku tahu. Aku ingat. Tentu saja aku tidak akan menggagalkan rencana yang sudah kami bangun sebelumnya. Dia hanya berlebihan. Terlalu rewel, membuat gendang telingaku hampir pecah berkeping-keping. Oke, mungkin itu berlebihan. Tapi, aku sungguh muak mendengar celotehannya.

"Hei, kau dengar tidak, sih?" Mataku menatap Jaebum malas. Dia melihatku tajam. Aku tidak peduli, dan kembali fokus pada layar di depanku. Jaebum berdecak sebal. Dari sudut mataku dapat kulihat dia menjauh dan duduk di sofa beberapa meter dari meja kerjaku.

Merasa tidak enak, aku berdehem dan mencoba melupakan laptop yang bertengger indah di hadapanku. Aku berdiri dan berjalan menghampinya, kemudian aku duduk di sebelahnya. "Aku dengar, Jaebum. Kau tidak usah khawatir. Aku tahu apa yang terbaik untukku."

Ma Babies [ MarkBam JackBam ] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang