13.Serangan Kupu-Kupu

7.2K 772 39
                                    


Alan melempar pandangannya keluar jendela, menggeliat dan menguap lebar. Bosan. Jam setengah tiga sore, berarti sudah 3 jam dia nongkrong di sini, seperti anak ayam kehilangan induk. Si kacrut masih lama ya? Alan menumpu kepalanya dengan kedua tangan di atas meja, sembari menatap kendaraan yang berlalu lalang di luar kafe.

Ting.

Suara bel yang terdengar otomatis membuat Alan mengangkat ujung bibirnya, dia masih setia di posisi, namun telinganya berdiri, mendengar setiap suara yang ada.

Satu.

Ting.

Bel berbunyi lagi, Alan menghitung dalam hati. Dua.

Ting.

Tiga.

....

"Bukain ga!!!"

Suara teriakan, Alan cekikikan di tempatnya.

"Woi bukain ga! Gue hancurin ni kafe!"

Lalu suara tawa menggelegar, senyum Alan bertambah lebar. Tanpa sadar, dia ikut cekikikan sendiri.

"Peteeer, Danaaa bukain ga!! Alaaaaaaaaaaaaaaaaan!"

Lalu, Ting. Suara bel ke-empat terdengar. Alan akhirnya memutar kepalanya ke arah cowok-cowok yang baru saja memasuki kafe. Dia tersenyum lebar, menampilkan giginya yang rapi.

Ada Agil di barisan depan, cowok itu menutup wajahnya dengan sebelah tangan sementara tawa kekanak-kanakkan terdengar dari celah bibirnya, rambutnya panjang menyentuh telinga. Sementara di bagian belakang, Dana dan Peter tengah menggoda Tanu yang menyumpahi mereka dengan semua bahasa umpatan yang ia kuasai.

"Gue bilangin Alan lo berdua!" Ujar Tanu lalu berderap ke arah Alan yang menyengir lebar.

"Al ..." Tanu menghambur ke arah Alan, mengoceh tentang betapa menyebalkannya ketiga temannya yang lain. Dia bahkan menyeruput jus jeruk milik Alan hingga tandas.

"Kok jus jeruk aja sih, mana brownies? Lu ga mesan apapun ya? Ah!" Tanu menyerocos, dia lalu bangkit dari tempatnya. Berjalan ke arah Mbak Amy, wanita berbadan tambul yang selalu melayani pesanan mereka.

"Oi Al. Asik banget ya, bolos sekolah nongkrong di kafe!" Peter memiting leher Alan lalu duduk disebelahnya, Alan memukul-mukul lengan sahabatnya sambil tertawa kecil.

"Yadong. My life my adventure!" Ujarnya, entah apa hubungannya.

Agil dengan kalem mengambil tempat di single sofa di samping meja, sedangkan Dana di depan Alan dan Peter.

"Udah dua hari bolos sekolah, lo masih belum pulang kerumah ya?"

Alan menggeleng. "Males." Ujarnya, lalu membuang pandangan ke arah luar.

"Lo beneran nginep tempatnya Agil?"

"Ho'oh."

"Berarti tidur seranjang dong?" Kini Tanu yang baru datang bersuara, dia menendang kaki Dana meminta sepupunya itu memberi jalan, Dana mendelik namun tetap bergeser.

"Al, Gil ... gue cemburu nih!" Ujar cowok itu mendapat toyoran dari Dana di sebelahnya.

Tanu mendelik sewot ke arah Dana, menjambak rambut cowok itu kesal. "Lo seneng banget ya nyentuh kepala gue, gimana gue ga begok kalau dapat kekerasan kayak begini terus!?" Ujarnya mengguncang kepala Dana yang berteriak kesakitan.

Alan tertawa. "Lo emang udah begok dari orok kali Nu, si George aja lebih pinter dari lo!"

Tiga kepala berputar ke arah Alan. "George?" Tanu, Dana dan Peter serentak bertanya.

TBS [1] Alan & AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang