20. Make a Wish

6.9K 543 62
                                    

"Capek gila!"

Alan ikut-ikutan melenguh saat Tanu merosot di sofa panjang dekat jendela. Sore ini benar-benar melelahkan, sekolah baru selesai beberapa menit yang lalu. Setelah sekian jam menerima sosialisasi pra-UN. Dirinya, Tanu, dan Peter memutuskan untuk ngacir ke Bake Bakery. Meninggalkan Agil dan Dana yang sibuk dengan pacarnya masing-masing.

"Gue rasa gue harus cari pacar juga." Ujar Tanu sembari menyisir rambutnya dengan tangan, cowok itu membuka aplikasi instagram dan meng-update story.

"Hey gils, ada yang mau jadi cewe gue ga?" Serunya pada layar ponsel sembari tersenyum manis. Matanya menyipit dan gigi kelincinya kelihatan, Tanu terlihat imut sekali. Sampai-sampai Peter menyebrang ke arah sofanya hanya untuk mencium pipinya dengan bunyi 'muah' yang keras.

"Tai! Ngapain sun-sun!" Tanu mengelap pipinya kasar dengan lengan seragam, dia melirik peter dengan sewot, "homo sialan! Pergi sana jangan dekat-dekat gue!"

Peter tergelak, "lo sih. Imut banget gitu, gemes gue sialan!"

"Najis!" Balas Tanu lagi, dia mencibir dan menukar posisi duduk menyampingi Peter. Dari ponselnya terdengar bunyi berisik. Sepertinya Tanu sedang mengetik balasan DM-an dari para followersnya.

"Kok dari tadi diem aja, Al?"

Alan mengangkat pandangan, dia menatap Peter dengan kening berkerut. Peter mengangkat sebelah alisnya heran.

"Lagi mikir gue."

"Emang lo bisa mikir?" Kata Tanu datar, matanya tak lepas dari ponsel.

Alan tak menghiraukan.

"Mikir apaan?"

Cowok itu berhenti sebentar, jejemarinya menyisir rambut dengan asal. Wajahnya sedikit bersemu saat berujar, "apa gue harus ngasih si Kebo hadiah? Dia Ulang Tahun sekarang kan?"

"Maksud lo buat Alana?"

Wajah Alan masam, dia mengangguk sok tidak peduli.

"Yep!"

Kini Tanu benar-benar berhenti dari kegiatannya dan menatap Alan lurus-lurus.

"Lo naksir sama dia, ya kan, Al?"

"Apaan! Ya engga lah! Gue cuman mau ngasih dia hadiah, well, kan kita udah mau pisah gitu kuliah ntar."

"Alesan. Jangan boong deh lo!"

"Ngapain boong!"

Peter tertawa kecil, "Al kalau lo sendiri ga jujur sama diri lo, gimana orang mau percaya sama ucapan lo sih?" Dia menatap sahabatnya sembari tersenyum tipis, tangan terlipat di dada.

"Kalau sayang ya bilang. Jangan kaya cewek dong, atau lo lagi nunggu Alana buat nembak lo?"

"Bacot. Ya engga lah!" Dia menatap Peter dan Tanu dengan kening berkerut, "lagian dia udah punya cowok! Males gue berurusan sama yang udah punya orang. Kaya ga ada cewek lain aja." ujarnya melempar pandangan keluar jendela. Kendaraan berlalu lalang memadati sore yang ribut, pengap. Alan membuang nafas.

Peter mengulum senyum geli, "lo nyerah?" dia tertawa, "ga biasanya lo mau ngelepas sesuatu yang lo suka begitu aja."

"Cuman karena gue ga mau gangguin dia lagi ya, Pet. Lo tau kan gue sama Alana itu hampir berantem setiap hari, lo pikir dia bakalan percaya aja kalau tiba-tiba gue bilang gue naksir sama dia dan gue ga mau dia sama si Bule tolol. Yang ada dia bakalan bilang gue gila! Sekarang, dia mungkin masih benci sama gue."

"Siapa bilang, dia benci sama lo?"

Alan terdiam.

"Lo cuman beransumsi. Jangan berpikir seolah ngerti perasaan dia dong, kalo lo sendiri ga ngerti perasaan lo!"

TBS [1] Alan & AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang