8. He is in Love

4.8K 484 26
                                    

'Cause you can hear in the silence
You can feel it on the way home
You can see it with the lights out
You're in love. True love. --Taylor Swift, You're in Love


*

CANGGUNG. Ah, harusnya tidak seperti ini! Alan menggerutu dalam hati. Tangannya tersalip di saku celana, sementara dia melangkah dengan pelan, kalem, berusaha untuk tetap keren, walaupun pada kenyataannya dia sedang berusaha untuk mendengar semua pembicaraan Alana dan Nathan yang berjalan tepat di belakangnya. Berbagi Es krim dan tertawa bersama. Taik kan?

Tadi, setelah inside 'kepergok', Alana berusaha meninggalkannya, namun Alan mengikuti langkah gadis itu,karena menurut Alan, Nathan lah yang harus pergi dan meninggalkannya berdua dengan Alana, karena sudah jelas-jelas sinyal yang ia berikan. Dia tak ingin siapapun berdekatan dengan Alana-nya.

Tunggu, apa? Alananya?!

Alan tercekat, terhenti di tempatnya. Jantungnya berdegup alay dan tenggerokannya terasa kering. Apa dia baru saja menyatakan kepemilikannya terhadap si Kebo? Apa dia sudah gila? Astaga! Alan semakin kalut saat di dengarnya Alana memanggil, menawarkan sesuatu yang tidak begitu jelas di telinganya, karena dia sudah melesat, kali ini benar-benar berlari meninggalkan Alana dan Nathan yang terpaku. Bingung.

***

"Nah, sekarang lo bisa bayangin 'kan betapa menderitanya hidup gue selama ini?" Alana menggeram kesal, di tatapnya es krim rasa pisang kesukaan Alan yang tadi sengaja ia belikan untuk cowok itu.

Nathan menatapnya sambil mengulum senyum. "kedengerannya ga seburuk itu." Ujarnya menenangkan, membuat Alana mendelik, sepertinya kelewat kesal, karena di tinggal begitu saja oleh Alan.

"Gue benci Alan! Dia cowok egois, jahat dan sukanya nyiksa orang! Sombong, ga tau malu!" Alana berucap sambil tangannya membuka bungkus es krim pisang itu, melahapnya dengan bernafsu, seolah dia tengah menggila, menggigit kepala Alan saat ini.

"Pokoknyaa gueee benciiiii!" Alana berteriak kecil, nafasnya ngos-ngosan, dia menguyah es krim di mulutnya seperti orang kelaparan, membuat Nathan ngilu.

"Kamu ga lagi mencoba mengelak dari kenyataan 'kan?" Pertanyaan Nathan membuat Alana menoleh, alisnya mengerut tak mengerti.

"Maksud lo?"

Nathan hanya tersenyum manis, lesung pipinya timbul, dia menggeleng pelan. Tanpa Alan sadari, jari-jari panjang indah milik Nathan menyentuh ujung bibirnya. Alana terpaku.

"Ada es krim." Ujar Nathan terkekeh. Alana masih diam. Melihat Alana yang terpaku di tempatnya, Nathan bangkit, meraih semua kantong belanjaan Alana lalu menarik gadis itu berdiri. Menyelipkan jemarinya di jemari Alana.

"Yuk, aku antar pulang!"

Alana menurut saja saat Nathan menarik tangannya. Mencoba mengisi kekosongannya. Terasa benar.

***

Alan mengerang lalu berbalik mengubah posisi tidurnya. Kaos yang di pakainya basah oleh keringat, wajahnya mengerut menahan nyeri. Sudah setengah dua belas malam, namun sedetikpun dia tidak bisa memejamkan matanya.

"Rnggg.."

Itu bukan suara gajah main lompat tali atau desahan cicak kawin. Itu adalah suara perutnya yang menggerung, bukan karena lapar namun karena mulas tak tertahan. Membuat Alan tidak bisa tidur sedari tadi. Tak terhitung sudah belasan kali dia bolak-balik masuk kamar mandi.

Alan terduduk, menghapus keringat di dahinya. Gara-gara lemonade sialan tadi, perutnya meggerung mulas dan tak nyaman. Dengan tergesa, cowok itu bangkit dari ranjangnya dan berlari ke kamar mandi. Lagi.

TBS [1] Alan & AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang