12. Stalker (2)

7.9K 698 40
                                    


"Lo yakin kita bakalan ngekorin si Kebo sama si anak baru?"

ALAN mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruang antri lalu kembali pada Dana yang kini menyodorkan sekotak popcorn karamel kesukaannya. Alan tersenyum sumringah.

"Yep." Jawab Dana lalu menarik Alan untuk bersembunyi saat melihat Alana melintas dengan si anak baru. "Lagian kita cuman ngelanjutin apa yang lo mulai." Ujarnya, kembali menarik Alan untuk mengikuti Alana.

Alan meringis, menutup sebagian wajahnya yang memerah dengan hoodie.

"Bentar." Dana menahan langkah Alan saat ponsel di dalam saku celananya bergetar. Cowok itu mengeluarkan ponselnya dan membaca pesan yang masuk, senyumnya mengembang membuat Alan ngeri.

"Pacar..." beritahu Dana saat Alan menatapnya dengan sebelah alis terangkat.

"Lo ngga kapok-kapoknya ya, udah berapa cewe si yang ngasih lo julukan 'The Bajingan Dana McGaren'?"

Alan tidak habis pikir dengan sifat sahabatnya yang satu ini. Bagi Dana, berganti pacar sama halnya dengan berganti kolor. Playboy kelas kakap yang punya target setiap bulannya.

"Apaan sih?" Dana sewot. "Ini Monggu kok, dia bilang bakalan pindah sekolah, lagi galau dianya..." ujar cowok itu sambil terkekeh kecil.

Alan terdiam sebentar. "Gue pikir lo pacaran sama dia di dunia game aja."

"I need her Man, sedetik setelah gue dapat taktik jitunya, Booom! Dia akan bernasib sama dengan cewek-cewek lainnya. Tempat mereka emang di situ sih, dan mereka emang pantas digituin."

Alan menggeleng tak habis pikir. Dana boleh di bilang; cowok yang paling sabar dan baik, tidak banyak membuat onar, dan di senangi banyak cewek, itu pada awalnya ... setelah cowok itu memenuhi targetnya, mereka akan menyesal karena pernah kenal dengan Dana.

"Liat deh." Dana menunjuk ke arah Alana dan Nathan, lalu tergelak kecil. "Mereka nonton horor, lo berani?" Tanya Dana menaik turunkan alisnya. Tau benar kalau sahabatnya itu paling tidak berani nonton film horor.

Alan mematung di tempatnya, bersusah payah menelan ludah yang tersangkut di tenggorokan. Belum sempat dia mengatakan sesuatu, Dana telah menariknya mendekat, ikut mengantri untuk mendapat tiket.

...

"Gue ga berani."

Alan sudah bangkit, hendak kabur dari tempat duduknya, namun Dana menahan tangannya kuat-kuat, memaksanya untuk kembali duduk. Tampang menderita Alan membuatnya terkekeh geli.

"Ini cuma pilem pe'a, lagian kita udah nonton ini berkali-kali." Ucap Dana menyilangkan kakinya, membelit Alan agar tidak bisa bergerak.

"Lo! Itu elo! Sama si bocah-bocah sialan yang maksa gue nonton!" Alan berteriak tertahan, ingin cepat-cepat pergi dari bioskop terkutuk ini.

Dana tertawa, "jangan lebay deh, liat tuh, Nathan mulai cari-cari kesempatan."

Alan seperti tersentak, dengan cepat dia mengalihkan pandangannya ke arah depan. Nathan duduk tepat di samping Alana. Tangannya berada di punggung kursi cewek itu.

"Bodo ah, serah deh gue mau pulang!" Alan kembali bangkit namun Dana menatapnya dengan satu alis terangkat.

"Yakin?"

Dana menggoda, senyum najongnya terselip di bibir. Alan yang gondok kembali menghempaskan badannya ke kursi. Di depan sana, film sudah di mulai, film bergenre horor thriller tentang seorang anak yang membunuh seluruh keluarganya karena di rasuki setan, yang sebelumnya sudah pernah di tonton oleh Alan and the boys. Untuk kasus Alan, sebenarnya dia di paksa menonton oleh temannya yang usil bukan main itu.

TBS [1] Alan & AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang