11. Stalker (1)

3.8K 411 29
                                    


BERULANGKALI Alana melirik jam di dinding bergantian dengan ponsel butut, lalu beberapa helai baju yang berserakan di atas kasurnya. Gila! Gue harus nelpon Nathan dan bipang kalo malam ini ada acara, iya! Alana membatin, di raihnya telepon butut itu dan mencari nomor Nathan di sana, namun belum sempat memencet tombol hijau, Alana kembali melempar benda itu menjauh dan membenamkan wajahnya di kedua telapak tangan. Pipinya terasa memanas, wajah dan senyuman Nathan muncul menari-nari di benaknya.

Alana mengangkat wajahnya, lalu menggeleng menghapus rasa tidak percaya diri. Kamu bisa Lan! Alana menyemangati diri, Dia bangkit dari lantai lalu mengikat rambutnya menjadi messy bun, Alana menepukkan kedua tangannya, membangun kepercayaan diri. It's just a date, jangan lebay...

Cewek itu meraih sebuah dress putih selutut lalu mepaskannya ke badan. Ah terlalu girly. Ganti. Alana meraih baju yang lain, monkey pants, nope, totally No. Lalu dia meraih ripped jeans yang terletak paling bawah, menelitinya sebentar lalu menoleh untuk mencari kaus hitam favoritnya. Senyum Alana mengembang saat dia menemukan kaus yang ia cari, this is the perfect oufit! Pikirnya girang, lalu segera mengganti sweatpants dan tanktop putih yang kini dipakainya.

Jam tujuh kurang lima belas menit saat Alana meraih ikat rambutnya dan membiarkan rambutnya tergerai, gadis itu menyapukan lipgloss tipis dan bedak bayi di wajah mulusnya. Jantung Alana berdetak beberapa kali lebih cepat saat di dengarnya ponsel butut yang tergeletak tak berdaya itu mengembik pelan, dengan bunyi bip bip yang Alan bilang seperti embekkan kambing minta kawin, mengingat itu mood Alana sedikit anjlok. Alan selalu berhasil menjadi moodbreaker-nya.

Alana meraih benda itu lalu tersenyum tipis saat melihat nama Nathan tertera di layarnya yang berkedip-kedip.

Saya udah di luar.

Tulis cowok itu di pesannya membuat Alana meraih tas selempangnya lalu melemparkan ponselnya ke dalam, cewek itu meraih sneakers-nya lalu berlari keluar dari kamar. Karena letak kamar Alana yang berada di belakang dapur, dia harus mengambil jalan memotong lewat dapur lalu menuju pintu belakang rumah. Mungkin karena terburu-buru, cewek itu tidak menyadari seseorang yang tengah berada di depannya, sebagian tubuhnya berada di dalam lemari es, dia merunduk menggapai sesuatu, saat cowok itu berdiri tegap seutuhnya, tubuh Alana menerjang tubuhnya, kepala mereka terantuk keras.

"Kebo, kurang kerjaan banget ya lo! Udah kayak banteng aja nyeruduk-nyeruduk." Alan mengusap jidatnya yang nyeri, sementara Alana meringis kesakitan.

Alana mendelik, menatap Alana sengit. "Kok gue yang di salahin? 'Kan lo ya berdiri di tengah jalan!" Ujarnya tak terima.

"Malah nyalahin gue, lo ga liat gue lagi ngadem?"

Alan menunjuk lemari es yang terbuka, wajahnya memerah, begitupula jidatnya. Dan saat itulah Alana menyadari Alan tidak mengenakan apapun selain sweatpants abu-abu yang menggantung apik di pinggulnya, wajah cowok itu memerah dan dia berkeringat banyak, rambutnya acak-acakan dan setengah basah seperti baru mandi. Wajah Alana seketika memerah,

"Lo-lo-lo-lo kok g-ga pakai baju sih!" Ujar Alana gelagaban, menutup matanya seketika, "ga sopan!" Dengusnya.

Alan menaikkan alisnya sebelah. "Gue gerah, lo ga tau Ac pada mati semua, rusak masal, di kamar gue juga, makanya gue ngadem di kulkas." Curhat Alan, dia tersadar lalu mendecak pelan. "Kenapa juga gue cerita sama lo?"

Alana masih menutup wajahnya dan membuang pandangan dari Alan, walau sesekali, cewek itu melirik Alan dari celah jarinya, cowok itu mengipasi tubuh dengan kipas pink milik ibunya. Saat Alana tak bersuara, Alan melirik gadis itu. Alana rapi banget malam ini, cantik juga, pikirnya, mau kemana si Kebo?

TBS [1] Alan & AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang