3. New Faces

6.1K 530 23
                                    

Seperti halnya kebanyakan manusia yang terkenal akan ketidak sempurnaannya, Alana pun begitu. Tidak peduli dengan titel-titel yang menyangkut di pribadinya, Alana tetap memiliki sebuah kekurangan, yaitunya malas mandi. Seperti pagi ini, Alana masih tidur-tiduran di ranjangnya, di saat seharusnya dia sudah mandi dan bersih-bersih, setelah semalaman suntuk mengerjakan Pr si jin iprit, yang empunya malah ngacir pergi malam mingguan. Padahal Alana tau, si Alan 'kan jomblo. Selain jomblo, Alan pun masih nge-stuck di masa lalu. Duh, miris.

Alana berbalik melihat weker di samping kepalanya. Dia tersenyum manis Udah jam setengah delapan dan gue baru bangun, batinnya. Sedetik kemudian dia tersentak. Jam berapa!? Alana buru-buru bangun dan mencoba mengecek angka yang tertera di wekernya. Masih sama, tidak berubah, dan sekarang jarum panjang jam weker itu bergeser ke arah angka tujuh. Alana panik, dengan tergesa-gesa, dia bangkit dari tidurnya.

Setiap minggu pagi, rutinitas Alana adalah ikut senam pagi dengan Rila. Ralat, lebih tepatnya, menemani si Gorila pergi ke tempat berkupulnya tante-tante dan ibu-ibu berduit untuk senam pagi. Walaupun menyebalkan, terkadang, acara senam pagi Rila, menjadi hiburan tersendiri bagi Alana. Pasalnya, melihat wanita berumur berjoget-joget di tanah lapang itu kocak banget. Apalagi yang berbadan besar seperti Bu Sari, Alana tidak tahan untuk tidak ngakak ketika gerakan senamnya memasuki gerakan klimaks, Bu Sari akan menjadi point of view.

Alana baru saja keluar dari kamar mandi saat teriakan Rila terdengar seperti terompet sangkakala. Dia hampir saja terpleset karena kaget. Rila berteriak lagi, memanggil Alana yang belum juga turun, padahal acara senam paginya sudah di mulai semenjak 5 menit yang lalu.

"Alaanaaaa, buruan! Saya udah telaaat!"

"Iya Buuuu, tunggu!" Alana keluar dari kamarnya yang terpisah dari rumah utama sambil berlari, tangannya mengikat rambut secara cepat, sementara tali sepatunya belum sempat diikat, sehingga dalam hitungan detik Alana tumbang, nyungsep, wajahnya mendarat, mencium tanah.

Kamfreto.

"Aduuuuuh!" Alana mengerang, sedikit mengangkat wajahnya dan seketika melihat sepasang kaki, ditutupi sepatu hitam tepat di depan wajahnya. "Eh?"

Alana mendongak mencoba melihat siapa pemilik kaki. Dirinyaa langsung dongkol melihat Alan yang senyum-senyum penuh maksud. Alan sudah rapi dan wangi, rambutnya masih setengah basah. Matanya mengerjap jenaka dan bibirnya berkedut menahan tawa saat melihat posisi Alana yang tengkurap dilantai.

"BUAHAHAHAHAHAH, si kebo jatuh! Badabum ces!" Akhirnya tawanya lepas juga. Alan ngakak dan ngacir melewati Alana yang masih setey tiarap di tanah—tanpa ada niat untuk menolong sama sekali. Samar-samar Alana mendengar Alan berteriak "Kalo jalan tu pake mata, dasar kebo. Wkwkw!"

Idiot! Dimana-mana orang itu jalan pake kaki kali, ga waras emang.

Alana sangat sebal kepada Alan yang selalu memanggilnya dengan sebutan Kebo. Panggilan itu di berikan Alan saat mereka masih di bangku TK, dulu badan Alana bongsor sekali, pipi tembam, pendek, gendut, kulitnya kecoklatan, giginya ompong, dan rambut panjang sepinggang. Kalau dia di berfoto di sebelah Alan, Alana ga keliatan karena kulitnya kontras sekali dengan kulit Alan yang putih bak porselen.

Ngomong-ngomon tentang foto, Alana jadi teringat foto Rapornya saat taman kanak-kanak dulu. Saat itu, Alan kembali mengejek Alana, dan untuk pertama kalinya Alana menangis setelah sekian lama diejek. Semenjak saat itu, hubungan mereka semakin meretak. Alan dan Alana tidak lagi menjadi sepasang ranger pembela kebenaran. Keduanya lebih sering berperang satu sama lain, sampai sekarang.

Tapi sekarang, Alana yang dulu, bukanlah Alana yang sekarang. Puberty hit her so damn hard! Tidak ada lagi Alana yang gendut, dengan gigi ompong, rambut pendek dan kulit coklatnya. Alana tumbuh dengan cantik, kalau dulu dia cebol sekarang dia tinggidan kulitnya yang coklat sekarang lebih terlihat seperti sawo matang. Alana cantik, kelewat cantik malahan.

TBS [1] Alan & AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang