2. Speak of the Devil

6.4K 564 21
                                    

Seharusnya Alan mengerti bahwa karma selalu datang untuk membalas segala perbuatannya. Kini, ia tengah duduk diruang tengah, mengolesi tangannya yang memiliki benjolan-benjolan kecil dengan air yang telah dicampur dengan garam. Racun ulat bulu tadi membuat Alan menggaruk-garuk seperti babon kutuan. Alan menggeram kesal, pandangannya terjatuh pada buku yang terkangkang di meja tempat tumpuan kakinya.

Dia melirik jam dinding, sudah setengah empat sore, Alana belum menampakkan batang hidungnya.

Bunyi pintu yang tertutup mengalihkan pandangan Alan dari tangannya ke arah pintu masuk, sedetik kemudian, tanpa Alan sendiri sadari, mulutnya mengeluarkan erangan kekecewaan. Sosok yag baru saja memasuki rumah bukan seseorang yang sedari tadi ditunggu-tunggunya, melainkan,

"Alan! Kenapa jadi loyo gitu liat Mama masuk? Kamu ga suka Mama pulang?" Seru Rila sedikit marah, dia berjalan cepat ke arah Alan, barang bawaannya di berikan kepada Bi Ratna yang sedari tadi mengekorinya dengan khidmat.

Alan mendelik, bersiap-siap pergi sebelum Rila berceramah panjang lebar.

"Eh, Eh, mau kemana kamu? Duduk, duduk ga! Bi, Bi Rila buatin saya jus mangga!" suara Rila heboh, mengisi ruangan yang tadi sepi, kelihatannya wanita baya itu sedang senang bukan main.

"Iya, Nyah!" balas Bu Rila lalu dia melempar senyum kepada Alan yang memasang wajah masam.

"Tangannya udah mendingan, Den?" tanya Bi Ratna perhatian.

Alan mengangguk kecil, mengangkat tangannya yang memerah dengan bintik-bintik kecil, "gatalnya udah berkurang, tapi masih merah." Cowok itu berhenti sebentar, mengedarkan pandangan kesekeliling, dihiraukannya teriakan Rila yang kini merecoki lengannya.

Alan kemudian melontarkan pertanyaan, "Alana mana Bi?"

Bi Ratna mengerutkan kening, tidak biasanya Alan bertanya tentang Alana. Ekspresi Bi Ratna membuat Alan berdehem tak nyaman.

"Aku ada PR yang ga ngerti, bukunya dipinjam sama Alana." Ujar Alan tak sepenuhnya berbohong.

Dia memang ada PR untuk besok siang namun, alasannya mencari Alana bukan karena bukunya dipinjam oleh cewek itu, melainkan Alan ingin Alana mengerjakan PR-nya, karena dia harus pergi malam ini.

"Ooh," Bu Ratna mengangguk paham, "waduh, Bibi kurang tau juga, Den. Mungkin masih di sekolah atau mampir main dirumah temennya." Jawab Bi Ratna, lalu dia kembali diteriaki Rila untuk membuatkannya jus, juga tidak lupa menyuruhnya mengambilkan kompres untuk Alan.

"Tangan kamu kenapa?" tanya Rila lagi, selepas kepergian Ratna.

"Kena ulat tadi di sekolah."

Alan pikir, Rila akan histeris, mengelus kepalanya dan mengutuk tentang betap kurang ajarnya si ulat bulu. Namun, yang di dapatnya adalah sebuah pukulan kecil di bahu.

"Aww, apa-apaan?"

"Kamu!" Rila menunjuk hidung Alan dengan gemas, "ke sekolah bukannya belajar, malah manjat pohon, makanya jadi begini kan?" Ujar Rila, tangannya membolak-baik lengan Alan dengan ekspresi ngeri.

Ucapan Rila membuat Alan mengangkat sebelah alisnya dan menatap sang ibu dengan tatapan tak habis pikir, "duh, Ma!" gumamnya lelah. Rila tidak peduli dia menyambari baskom kecil yang diberikan oleh Ratna dan mulai mengompres lengan Alan, lalu, wanita itu mulai berceloteh tentang pekerjaan, perusahaan Ayahnya dan apa rencana Alan setelah tamat SMA. Yang tidak begitu didengarkan oleh Alan, sampai sebuah kalimat yang diucapkan Rila membuatnya terlonjak, mata melebar.

"...katanya sih nyampe besok, kamu bisa jemput 'kan? Divo pasti tambah ganteng, duh Ma—"

"Tunggu." Alan memotong, "Mama bilang Kak Divo pulang? Serius? Kok dia ga ngomong sih?"

TBS [1] Alan & AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang