17. Ada Apa dengan Nathan?

7.1K 714 113
                                    

Hold back the river, let me look in your eyes
Hold back the river, so I
Can stop for a minute and be by your side

LANGIT yang tadi bersih dengan sinar matahari yang hangat melingkupi bumi kini perlahan berganti dengan layar ungu keorenan, awan cummulus berarak-arak mengatur posisi, di ujung sana, matahari perlahan terbenam meninggalkan Alan dan Alana yang tak bosan melempar tawa mereka ke udara. Suara jangkrik pun pelan memeriahkan suasana, suara katak yang memanggil anaknya untuk pulang bersahut-sahutan terdengar. Senja itu begitu indah, seindah senyum yang tak lepas dari wajah Alana semenjak beberapa jam yang lalu.

"Gue ingat kok, hahah! Gila, lo emang ngeselin dari dulu ya, Al!" Alana mendorong bahu Alan dengan bahunya lalu saling terkekeh geli.

Alan menyengir, menampakkan giginya yang rapi, mereka duduk bersebelahan, menatap awan yang bergulung-gulung di atas langit, tampaknya hujan akan turun malam ini, dingin mulai mengecup permukaan kulit mereka. Alan mendesah panjang, tak ingin hari ini berakhir.

"Gue ga nyangka ada cowok yang mau sama lo, Bo? Tjieeeh, lo cocok anyway. "

Cewek di sebelahnya menoleh, mengangkat sebelah alisnya heran. Saat melihat ekpresi Alan yang berbeda dia kembali mengalihkan pandangan, menatap langit, jauh di luar sana.  "Lo sama Lovi. Kalian juga masih cocok banget!"

Alan mendengus, meraih keripik di tangan Alana lalu melemparnya ke mulut. "Lovi masih sering datengin lo?" Tanyanya kemudian.

Alana menggeleng, meraih kerikil kecil dekat kakinya, dan melemparnya keluar. "Udah ngga, semenjak gue jadian sama Nathan, dia ga ganggu gue lagi. Sebernya ngga ganggu juga sih. Dia cuman ngomong hal-hal aneh setiap kali ketemu gue. Sekarang ngga lagi, mungkin dia udah tenang karena sekarang gue udah punya cowok dan, well, menurut dia mungkin gue ga gangguin lo lagi." Alana lalu tertawa geli sendiri. "Heran gue sama tu cewek, dia kayak takut banget gue bakalan ngerebut lo, padahal dia tau, kita itu lebih kayak anjing dan kucing yang berantem tiap kali ketemu, ngeheranin ga sih?"

Alan hanya bisa tertawa hambar. "Iya, emang ga jelas banget dia." Kali ini, Alan yang melempar kerikil dengan malas-malasan, menciptakan bunyi berisik saat beradu dengan seng di bagian bawah rumah pohon mereka.

"Si Nathan-Nathan itu, anak mana sih? Kok gue ga pernah liat dia sebelumnya?"

Mendengar pertanyaan Alan, Alana terdiam sebentar. Merasa canggung sebenarnya, dia tidak berharap topik dirinya dan Nathan akan mencuat ke permukaan saat dia bersama Alan. Membicarakan tentang mereka berdua saja, dan masa lalu yang menyenangkan, hanya itu yang ingin Alana kenang kembali.

"Dia pindahan," jawab Alana setelah lama terdiam, "baru tiga bulan di sini."

"Oh pantesan." Ujar Alan mangut-mangut. Pantesan songong...

"Eh, eh udah jam berapa sih?" Alana bergerak melihat jam di pergelangan tangan Alan, lalu mengerang panjang.

"Udah mau maghrib, kenapa?" Tanya Alan, "lo ada kencan ya?" Godanya menaik-turunkan alis.

Alana gelagapan seketika, di bawah pencahayaan yang tak seberapa, Alan melihat wajahnya yang merona.

"A-apan sih ga jelas. Pulang ah, udah mau hujan juga.." Alana lalu bangkit dari duduknya, melirik Alan yang masih bergeming di tempatnya, lalu mengumbar senyum. "Ayok, Al!" Ujarnya kemudian mulai menghilang di antara lingkaran besar itu, menuruni tangga dengan hati-hati.

TBS [1] Alan & AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang