Problem again.

1.6K 151 0
                                    

AuthorPOV

Seperti biasa mereka -Zyan, Cara, Cam, Ana, dan Justin- berjalan di koridor sekolah dengan beriringan. Banyak yg melihat nya dengan tatapan kagum pada Cam Zyan ataupun Justin dan laki laki pun sama menatap Cara dan Ana dengan kagum. Tapi sayangnya antara dua diantara mereka sudah menjadi kekasih. Justin dan Ana. Sekarang mereka sangat serasi. Gank mereka pun bertambah satu yaitu justin, dan gank ini sangat terkenal disekolah ini.

"Lihat laki laki itu melihatmu dengan mulut terbuka." ucap Cara kepada Ana diiringi oleh kekehan kecil.

"Ana milik ku Cara." ucap justin dan mempererat rangkulan di pinggang Ana.

Cara hanya memutar mata jengkel. "Terserah kau saja lah." ucapnya dan melihat ke arah depan.

Justin dan Ana berpisah dengan sahabat sahabatnya. Justin ada latihan basket dan Ana disuruh oleh justin untuk menemaninya.

"Semangat latihannya." ucap Ana sambil tersenyum. Justin pun tersenyum dan mengecup singkat kning Ana. Justin berjalan ketengah lapangan dan mulai bermain basket bersama temannya.

Aku mengambil handphone justin karna berbunyi tanda telfon masuk.
"Haloo..?" ucapku saat mengangkat telfon dari Cam.

"Justin dimn Ana?" ucap Cam di seberang sana. Mengerut kening.

"Bukan nya tadi kau tau kalau justin latihan?" ucapku bingung.

"Iyaaa aku tap--"

Aku mendengar suara seseorang yg sedang berantem.

"Egh.." aku mendengar suara kesakitan. Aku mencari dimana asal suara itu. Dan..

DEG!

Aku melihat justin.. Dan ryan.. Aku buru buru mematikan telfon tidak peduli Cam menyerukan namaku di sana dan menghampiri mereka. Saat aku berlari aku melihat justin tersungkur.

"JUSTINNN!!!" Teriak ku. Aku melihat justin melirik ku dan aku melihat di matanya kalau dia terkejut. Saat aku akan sampai dihadapan justin, ryan berkesempatan untuk menendeng justin.

"STOP!!! CUKUP!!!" ucapku histeris saat justin tersungkur dan ryan terus menendang perut justin sampai justin mengeluarkan darah dari mulutnya dan air matapun turun membasahi pipiku dengan sendirinya.

"APA MAU MU!!!???" ucapku membentak ryan. Aku berlutut dihadapan justin yg sudah babak belur. Aku mengusap darahnya yg mengalir di bagian hidungnya.

"Aku mau dirimu! Aku mau kau jadi milikku! Aku kau menjauh dari dia! Tapi saat aku menjauhi mu dengannya kau malah makin dekat dengan dia!! Dan apa yg aku mau sekarang? MEMBUNUH DIA DAN KAU MENJADI MILIKKU!" ucap ryan yg tak kalah babak belurnya dari justin. Aku menatapnya tidak percaya. Apa maksudnya? Percuma dia melakukan itu untukku, aku tidak akan menjadi milikknyaa.

"PERCUMA RYAN! PERCUMA!!!" ucapku tak kalah membentak. Aku memeluk justin dengan erat dan menengok kearah ryan yg sedang berdiri dihadapanku.

"Kalau dia mati, Kau tahu apa yg akan aku lakukan?" ucapku menatap ryan dan memeluk justin dengan erat seerat mungkin. Ryan terdiam menatapku.

"Aku tidak akan menjadi milikmu. Tapi aku akan IKUT. MATI. BERSAMANYA. Karna apa? Aku mencintainya! AKU MENCINTAINYA!!! PERCUMA KAU MELAKUKAN ITU UNTUK MENJADI BERSAMAMU! KARNA ITU PERCUMA! KAU MELAKUKAN INI SAMA SAJA KAU MENYAKITI DIRIKU! MENYAKITI ORANG YG KAU CINTAI DAN KAU HARUS TAU ITU!" ucapku berteriak dengan isakkan tangisku.

"Sayng.." aku menengok kearah justin. Tangan justin menyentuh pipikku dan menghapus air mataku.
"Ssstt jangan nangiss." ucap justin. Dan mempermakin air mata ini turun.

"Jangan. Tinggalin. Aku. Okey?" ucapku menekan setiap kalimat. Aku melihat justin mengangguk.

"Aku janji. Aku tidak akan meninggalkan mu. Aku baik baik saja." ucap justin dan di berusahan untuk bangun. Aku membantunya. Kita pun berdiri dengan tangan justin melikar di pinggangku dengan erat. Aku pun sama untuk tidak terjatuh. Aku melihat Ryan masih mematung dihadapanku.

"Kau boleh membunuhku. Tapi tidak dengan menyakiti Ana. Kau tau? Aku sebenarnya menganggapmu sahabat dari dulu." ucap justin berusaha tersenyum karna bibirnya aku rasa itu sakit. Hal itu membuatku merasa lebih mencintai nya dan tidak mau kehilanganya. 

Kita berjalan menjauh dari ryan. Sekolah ini memang boleh masuk siapapun. Dan ryan pun pasti diizinin oleh satpan disekolah ini pasti.

Aku menempatkan justin di tempat duduk penonton dengan perlahan, Aku pun ikut duduk disampingnya. Aku melihat justin menutup mata sambil berseder di senderan. Dia membuka matanya dan menengok kearahku dengan senyuman lemahnya. Aku mengusap pipinya dan beralih kebibirnya yg dipenuhi oleh darah, dengan perlahan aku mengusapnya untuk menghilangkan darah di bibirnya.

"Justin minum ini." ucapku sambil membuka tutup botol air putih itu. Justin mengambil dan meminumnya dengan perlahan. Aku mengelap tanganku yg dipenuhi darah justin dwngan tissu.
"Aku mohon.. Jangan tinggalin aku dengan alasan apapun itu. Aku sangat mencintai mu justin.. Sangat." ucapku pelan. Justin menengok kearahku dan dia menarikku kedekapannya. Air mataku turun lagi. Aku memeluknya dengan seerat erat mungkin. Aku tidak ingin kehilangannya.

"Sayang ssttt jangan nangiss.. Aku tidak akan meninggalkamu. Never. Believe me.. I love you my beloved." ucapnya yg membuat hatiku menghangat.


Vote okeyy..
Thxx..

Back to first but different [J.B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang