Uh.

1.4K 144 1
                                    

JustinPOV

"Anaa.." panggilku. Ana tiba tiba ngilang.

Ana menginap disini itupun momnya yg menyuruh. Dia sudah 5 hari disini dari hari aku berantem dengan ryan.

"Apa?" ucap Ana yg sudah berada di depanku

"Dari mana?" ucapku sambil merapikan rambutnya yg sedikit berantakan.

"Dari taman belakang rumah." ucapnya.

"Ke taman? Kok bisa bikin rambut berantakkan?" ucapku.

"Tadi aku lari. Kan kamu manggil aku, dikira aku, kamu kenapa kenapa. Padahal enggak." ucap Ana.

"Khawatir hhmm?" ucapku sambil mencubit kedua pipinya gemes.

"Yaiyalah kamu kan pacar aku! Mana ada perempuan yg gak pernah khawatir sama pacarnya dan itupun si cowoknya lagi sakit." ucapnya. Aku tersenyum lebar.

"Ada ada in aja Bae." ucapku.

"Dan aku udah sembuh." sambungku. Ana menaruh tangan kirinya di pipiku.

"Tapi masih ada tanda biru di pipimu." ucapnya sambil mengelus pipiku. Aku tersenyum, mengambil tangannya yg ada dipipiku dan mengecupnya.

"Itu akan hilang." ucapku dan menarik dia kedalam dekapanku.

"I love you. Makasih buat khawatir sama aku, makasih buat ngerawat aku kalau aku lagi sakit. Pokoknya makasih.. Aku sangat sangat menyayangimu dan mencintaimu." ucapku mengecup pucuk kepalanya. Aku mendengar ana tertawa kecil.

"I love you too. Itu tugas pasangannya bukan?" ucapnya. Aku terkekeh dan terus mengecup kepala Ana.

Aku melepas pelukannya dan langung menarik tengkuknya. Aku mecium bibirnya dengan lembut dan di balas dengan lumutan lembut dari Ana.

Ana menghentikan ciumannya dan itu sedikit membuatku kecewa.

"Kenapa?" ucapku kecewa.

"Bodoh! Aku kehabisan nafas!" ucapnya dan mengecup singkat bibirku sangat singkat.

Aku mengecup keningnya lama.

'Oh tuhan.. Aku sangat mencintainya. Jangan pisahkan aku dengannya. Aku mohon.' batinku dalam hati sambil melepas bibirku dari kening Ana.

"Woy! Jangan bermesraan didepan kita!" celutuk seseorang. Aku dan ana menengok dan melebar mataku.

"Dari kapan kau dis--"

"Dari tadi." ketus Cara memotong ucapanku.

"Kenapa tidak Ketuk pin--"

"Pintunya tidak di kunci." ucapZyan. Lagi lagi di potong.

"Kalian mau nga--"

"Kita hanya ingin main." ucap Cam. Aku berdeck kesal. Aku mendengar ana menahan tawa.

"Kanapa kalian terus memo--"

"Karna kita sedang marah pada mu. Karna kau bermesraan dengan Ana didepan kami." ketus Cara. Aku mengepal tanganku.

"HARUSNYA AKU YG MARAH!! KARNA KALIAN TERUS MEMOTONG UCAPANKU!" bentakku menggema di dalam rumahku. Aku melihat semuanya diam. Cara cam dan zyan menunduk.

"Sayang.." ucap ana sambil mengusap tanganku yg tadi aku kepal. Dadaku naik turun tak beraturan.

"Ssstt aku gak suka kamu marah marah kaya gini." ucap Ana dan menarikku kedalam pelukan. Aku menghela nafasku perlahan.

"Mereka yg membuatku marah." ucapku.

"Maafkan kami justin." ucap mereka barengan dengan nada pelan. Aku menghembuskan nafasku lagi dan melepas pelukannya dan menengok kearah Cam zyan dan Cara.

"Yaya. Aku juga minta maaf." ucapku di susul anggukan dari mereka.

"Kalian ke sofa dulu aja, aku akan bikin minum sama cemilan mungkin." ucap Ana. Yg lain mengangguk dan pergi.

"Ngapain kamu disini? Aku juga menyuruhmu ke sana." ucap Ana. Aku memutar bola mataku.

"Terserahlah." ucapku kesal. Sebelum berjalan meninggalkan Ana di dapur, aku mendengar tawa kecil milik Ana. Uh.

****


Vote yaa..
Jangan jadi silent readers pliese..
Oke?

Back to first but different [J.B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang