Selalu serius.

1.2K 114 0
                                    

BrianaPOV

Dua bulan berlalu setelah acara ke lulusan SMA ku. Aku ingat saat justin cemburu, dia teriak, dia ngebentak, dia marah, dia berani ngomong kaya gitu, dan bikin aku nangis. Tapi sesudah itu kita gak marahan lagi.

Lusa ulang tahunku. Yang ke 20. Aku masih ngebayangin nanti gimana acaranya, atau siapa aja yg ngesuprise in nya. Justin inget gak ulang tahun aku. Btw justin juga baru ulang tahun dua hari setelah lulus SMA itu.

"Bosen, telfon justin." Gumamku dan mencari nomer dia.

"Hallo." Aku tersenyum.

"Justin.." panggil ku.

"Yes?.."

"Aku bosen." Rengek ku.

"Mau nya apa sayang?"

"Kamu lagi dimana?" Tanya ku balik.

"Lagi di mobil."

"Mau kemana?" Tanya ku.

"Gak tau."

"Eh, kamu mah aneh." Aku mendengak justin terkekeh.

"Aku mau kerumah gadisku." Aku?

"Siapa?" Tanya ku.

"Kendall." Aku melotot.

"What!!" Pekikku.

"Jangan teriak! Kuping aku sakit." Kesal justin.

"Kamu jahat."

"Kamu kenapa ngomong siapa gadis aku Anaaa.. ya pasti kamu! Ya kali kendall, ngapain." Ucap justin. Dan aku yakin dia memutar kedua bola matanya.

"Ya tapi gak usah bawa bawa kendall!"

"Yayayayayayayayaya." Ucap justin terdengar males.

"Kamu itu ya!" Kesal ku.

"Buka pintu rumah!" Aku menengok kearah pintu. Dan berjalan kearah pintu lalu membukannya. Aku melihat justin memegang hp di telinganya kirinya yg sama sepertiku.

"Ngapain kamu kesini?" Ketus ku tanpa mematikan telfonnya. Justin yg tadinya tersenyum menjadi luntur.

"Kok kamu gitu?" Tanya justin. Aku menatapnya males lalu mematikan sambungannya.

"Kata nya mau kerumah kendall, yaudah sonoh kesana." Ucapku datar. Justin menyimpan hpnya di saku celananya.

"Oke, aku pergi." Ketus justin lalu berbalik. Aku melotot.

"Ih! Kamu mah!!" Aku memeluk justin dari belakang lalu menarik dia ke dalam rumah. Aku mendorongnya ke sofa.

"Kamu itu ya!!" Kesal ku. Justin tersenyum.

"Gila!" Ucap ku. Justin menatapku kesal.

"Kamu lagi pms ya!" Ucap justin kesal. Aku melotot.

"Aku enggak lagi!!!" Bentak ku kesal.

"Gak usah ngebentak sayang!!" Justin menarik pinggangku dan menduduki di pahanya. Justin mencium pipiku gemes.

"Aku kangen." Ucap justin lalu memelukku erat.

"Kangen siapa?" Tanyaku. Justin menatapku kesal.

"Kangen kendall!" Ketusnya. Aku mencubit pipinya sedikit keras. Aku ingin ngomong tapi..

"Kamu itu yaaa!!" Ucap justin memeragakan ucapan yg tadi aku mau ngomong. Justin meleas cubitan ku yg berada di pipinya.

"Aku kangen kamu sayang!! Bukan kendall!" Kesal justin. Aku hanya ber'o' ria. Justin berdecak.

"Ana!" Panggil justin dia mengubah posisi duduk nya menjadi tiduran di paha ku. Dia membalik kearah perutku. Justin mengecup perutku sekilas lalu menatapku.

"Kenapa nyium perut aku?" Tanyaku bingung. Justin menggeleng lalu menatap perutku.

"Aku gak sabar, nanti anak aku tidur di perut kamu buat sementara." Ucap justin. Aku tersenyum. Aku menunduk mencium pipi justin.

"Emang kamu yakin nikahnya sama aku?" Ucapku. Justin mengangguk.

"Kamu mau kan?" Aku menggeleng. Justin menatapku.

"Kok kamu gitu?" Ucap justin persis nadanya waktu di depan rumah tadi.

"Kamu gak sayang ya sama aku? Oh kamu punya cowok lain?" Ucap justin sinis lalu dia bangun dan duduk menatap kedepan.

"Kalau misalnya gak mau ngelanjutin ke hal yg serius, ngapain di lanjut." Ucap justin dingin. Aku mengadah menatapnya. Dia dari dua bulan yg lalu ngomongnya langsung tanpa pikiran atau enggak sih. Aku menepuk pipinya. Tapi dia gak ngerespon.

"Justin." Panggil ku. Justin bergumam males. Aku naik keatas pahanya mengalangi dia yg dari tadi menatap ke depan. Dia sekarang menatapku. Tapi kaya kosong.

"Justin.." aku menangkup kedua pipinya. Justin tersentak lalu menatap ku.

"Apa." Jawabnya dingin. Aku menghela nafas. Jangan nangis anaa.. dia cuman lagi anggep omongan itu serius.

Aku memeluk lehernya perlahan dan menyenderkan kepalaku di bahunya menjadi menghadap ke tengkuknya.

"Jangan peluk aku, peluk aja cowok yg mau kamu nikahin." Ucap justin berusaha melepas pelukanku. Aku memeluknya erat lebih erat.

"Kamu mah.." ucap ku serak. Oh.. Ana pliese jangan nangis tahan..

"Apa? Aku benerkan? Kamu gak mau nikah sama aku kan? Nah jangan meluk aku ataupun nyentuh aku kalau gitu." Ucap justin melepas pelukanku dan menatap ku datar. Mataku memanas.

"Justin.." aku memengusap pipinya tapi di tepis oleh justin. Air mataku jatuh. Justin mengangkat ku dan mendudukiku di sofa. Justin bangkit dan berjalan kearah pintu.

"Kamu itu kenapa sih!? Aku hanya bercanda!! Aku hanya bercanda!!!! Kamu itu kenapa selalu serius dalam candaan aku!! Aku mau!! Aku mau hal ke lebih serius sama kamu!! Ak--" Aku memejam kan mataku merasa pening di kepala. Astaga pusing..

Aku merasakan pipiku di usap oleh tangan halus. Aku membuka mataku melihat justin menatapku menyesal. Dia langsung memelukku dan mengecup keningku lalu memelukku kembali dengan erat.

"Maafin aku.. aku juga gak tau, aku selalu serius hari hari ini. Sayang.. maafin aku.." ucap justin mengusap rambutku. Aku membalas pelukannya lebih erat. Pusing yg tadi menyerangku hilang.

"Aku benci kamu yg sekarang." Ucapku pelan.

"Maaf, aku janji bakal gak kaya gini lagi okey." Aku mengangguk.
Justin melepas pelukanku. Dia mengecup kedua pipiku lalu bibirku. Aku membalasnya.

"I love you." Ucap ku. Justin tersenyum.

"I love you more."

Vomment.
1 part lagi kayanya.


Back to first but different [J.B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang