Prologue

523 28 2
                                    

Dua kakiku melangkah keluar dari ruangan gelap itu lalu berlari sekencang mungkin untuk menghindarinya. Napasku sudah tak karuan, tapi aku tidak peduli. Aku tidak mau mati konyol di sini.


Tubuhku bersembunyi di balik tembok kamar, tepat di samping pintu yang biasa aku lewati setiap aku akan masuk. Aku dapat mendengar suara-suara mengerikan itu sekarang. Mataku melihat ke arah pintu dan benar saja, benda tajam berbahan stainless tadi berhasil menembus pintu kayuku. Sialan, apa yang membuat pisau itu begitu kuat?


Otakku berpikir lebih keras. Aku harus keluar dari tempat ini hidup-hidup. Perlahan, aku membuka lemari besarku dan menyingkirkan beberapa gantungan di sana. Ada pintu lain. Dan kupikir, aku harus masuk ke dalamnya agar aku bisa selamat.


Betapa tercengangnya aku saat masuk ke mari. Kukira tempatnya begitu bagus sampai-sampai dad membuatkanku pintu rahasia. Ini gudang. Dan di sini banyak sekali barang kuno dan tak berguna, kau tahu? Aku melompat melewati figura bekas, foto lusuh, dan lain sebagainya untuk meraih pintu 'yang sebenarnya'.


Telapak tanganku mengepal dan memukul pintu itu keras. Berkali-kali aku meminta seseorang untuk membukakan pintu, tapi hasilnya nihil. Tak ada seorang pun yang menggubris. Bodoh, dad sedang melakoni kegiatannya sebagai pendeta dan Kenya ikut bersama dad sekarang ini. Dad tak mungkin pulang pukul 1 malam karena ia pasti berpikir jika aku sedang tidur.


Mataku terbelalak saat aku melihat pisau tadi menancap di pintu gudang. Benda ini selalu menusuk-nusukan ujung stainlessnya yang tajam dan terus mencabik-cabik pintunya. Tumitku berbalik, aku akan kembali ke kamarku dan keluar dari sana.


Keringat dingin sudah bercucuran di seluruh tubuhku. Aku sudah lelah bergerak dan berpikir, tapi aku tidak mau mati. Aku segera membuka kenop pintu kamarku begitu aku sampai dan dengan cepat melesat menuju ruangan gelap yang tadi kutinggalkan--kamar mandi.


Sebenarnya aku sangat tidak ingin menoleh ke belakang, tapi kepala sialanku ini tetap melakukannnya. Kornea mataku menangkap pisau yang tadi kupakai untuk melakukan permainan bodoh ini sedang melayang ke arahku sekarang. Keadaan di rumahku sudah amat mencekam. Oh Tuhan, percepatlah langkahku!


"Ah, persetan!" aku memekik saat ujung pisau itu menggores kaus putihku sampai robek dan mengenai kulit tan-ku perlahan. Ini perih. Tubuhku terduduk di lantai, sementara pisau itu tetap bergerak lurus ke arah meja pantry dan tertancap di sana. Tapi setelah beberapa detik, aku melihat benda itu terlepas dari tancapannya tersebut dengan sendirinya lalu berbalik ke arahku seolah ia memang belum puas menggoreskan ujung tajamnya di kulitku.


Belum sempat aku berdiri, pisau itu spontan menikam perutku. Mataku terbelalak dan mulutku sedikit menganga, sialan. Tubuhku ambruk seketika. Kedua tanganku pun memegangi pisau tersebut. Aku mencoba menghentikan geraknya, namun ini terlalu sulit untukku. Pisau ini terus menghujamkan sisi tajamnya ke tubuhku sampai bagian perut dan dadaku tak berbentuk lagi.


Aku mati. Aku sudah mati. Persetan dengan permaianan keparat itu! Aku tidak akan mati semengenaskan ini jika aku tidak memulai permainannya! Ini adalah sebuah kejadian memilukan untuk keluargaku. Pisau bedebah. Kau yang menyebabkan aku menjadi seperti ini. Kau yang menyebabkan Evan--dad tinggal sendirian hanya bersama si blonde sialan yang bernama Kenya. Aku benci anak pungut itu. Seharusnya aku membiarkan Kenya tetap tinggal, agar dia yang menjadi korban dan aku tidak mati sia-sia seperti ini. Aku tidak rela dad memberikan semuanya untuk dia. Tapi aku sudah mati, lalu apa yang harus kulakukan?















Heeeey, gak mood nulis Recovery lagi nih gara2 abis baca cerita yang genrenya horror wkwk. Aku dapet inspirasi kaya gni dr note facebook siapa gitu, aku lupa. Tapi aku nulis pake bahasa sendiri kok hehe.

Note; your vote/comment is really needed. Help me to get a rich knowledge about how to make a better story. Thanks for your vote/comment! Its mean a lot for me.

A picture of Dakota Fanning as Daniella Darlene Morris is available on multimedia. Maaf ga bisa nulis casting, lagi on di hp hehe.

[Budayakan Vote/Comment Setelah Baca Sebagai Penghargaan Bagi Author] THANK YOU, MY HONEY PIE READERS!

She TroubledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang