Chapter 10

56 11 1
                                    

Pada akhirnya Kurt mau untuk diajak berbicara dengan Jericho. Walaupun kau tahu, butuh 20 menit untuk memberinya penjelasan. Aku, Jayden, dan Griffen tidak berbicara saat Jericho mulai bertanya pada Kurt. "Santai sedikit, kawan. Buatlah ini mudah dan cepat." kata Jericho sambil memutar bola mata. "Apa warna kesukaanmu bila aku hanya mempunyai merah, putih, dan hitam sebagai jawabannya?" Jericho menopang dagunya di punggung tangan besar yang ia miliki. Kurt diam untuk beberapa saat. "Merah." jawabnya begitu polos setelah otaknya panas karena ia terlalu lama menimbang-nimbang jawabannya. Jericho berdisis pelan, sementara aku, Jayden, dan Griffen hanya diam memperhatikan.



"Kau sering menonton youtube, kan? Well, aku penasaran, apa yang kau lihat di sana?" sekarang Jericho terkekeh sendiri. Ia terlihat begitu geli dengan pertanyaan itu. Kurt tampak berpikir lagi. Ia sedang merangkai kata-kata, kurasa. "Aku sering melihat video Abigail Ratchford. Kadang aku merasa horny." jawab laki-laki ini seraya tergelak. Kupikir ia terlalu jujur dengan kata hornynya. Jericho pun mengernyit, ia terlihat sedikit jijik. "Sekarang, jika aku memperhatikanmu terus menerus, apa yang bisa kau tebak dari otakku?" laki-laki yang sedikit mirip dengan Justin Bieber ini menatap Kurt begitu dalam. Detik selanjutnya, Kurt tertawa terbahak-bahak.



Kelopak mata Kurt sudah mengeluarkan air mata sekarang, sementara Jericho, aku, Jayden, dan tak terkecuali Griffen hanya menatapnya heran. "Kau pasti berpikir kalau mengapa Kurt begitu tampan sedangkan aku tidak? Ya Tuhan, itu mudah." kata Kurt sambil mencoba menahan tawanya. Jericho terlihat kesal. "Aku lebih tampan darimu. Lihat saja, dia menyukaiku." Jericho menunjuk Griffen asal. Perempuan ini merona seketika, kedua tirusnya berwarna merah muda dan ini adalah kali pertama kami bercanda. "Pertanyaan selanjutnya. Jika kau sedang berpikiran untuk membunuh, maka kau akan membunuh seseorang itu dengan pisau dapur atau pisau kecil pemotong pudding?" aku yang mendengar pertanyaan ini langsung menegang. Ini mengerikan.



Kurt menghela napas lagi. "Pisau kecil. Lol, aku bercanda. Aku bahkan tidak pernah berpikiran untuk membunuh. Tapi jika aku harus, maka aku akan memilih pisau yang kecil." jelas Kurt serius. "Kau suka menyiksa binatang?" tanya Jericho. Air mukanya seperti orang kaget. "Tidak juga. Aku hanya pernah memutilasi semut dan aku mual begitu melihat kaki kecilnya terpisah dengan badannya." kami terkekeh mendengar penjelasan Kurt. Untuk sekedar informasi, Kurt adalah orang yang sangat sensitif, kekanak-kanakan, penakut, dan jijikan di balik sifat dinginnya.

***





Sudah hampir pukul setengah 7pm, aku pun berpamitan pulang. "Hey, kupikir aku harus pulang sekarang." aku mengambil mantelku di kursi dan langsung memakai benda itu. Jericho melirik jam tangannya, ia juga tampak sangat kaget dengan jarum jamnya yang begitu cepat bergerak. "Oh, ternyata ini sudah malam?" Jericho melihat keadaan di sekitar. Kau tahu, ini musim dingin dan matahari cepat sekali tenggelam. "Kalian payah. Ini bahkan baru pukul setengah 7." kata Jayden lalu ia mengerucutkan bibirnya. "Sebaiknya kalian pulang. Uangku akan habis bila terus membeli takis." perempuan pirang ini membuang wajahnya, ia seperti tak mau menatap kami.



Aku menatap Jayden dan Jericho sedikit canggung. Mereka lalu memakai mantelnya masing-masing untuk pergi. "Kurt, aku akan datang lagi besok untuk memeriksamu." ucap Jericho canggung dan menekan kata memeriksa. Kurt mendengus keras, "Apa yang kita lakukan selama 3 jam tadi, hah?" Kurt mengangkat dua tangannya ke atas. "Aku lelah dicurigai sebagai psikopat." lanjut Kurt lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa. "Itu hanya pertanyaan, tuan tampan. Aku belum memberimu cerita-cerita menarik. Ayolah, jika kau bukan psikopat mengapa harus takut?" ucapan Jericho rupanya membuahkan hasil yang baik. Kurt pun menyilangkan dua tangannya di dada, "Baiklah. Kau tahu? Aku tak sepengecut yang kau bayangkan."



Bibir Jericho merekah sedikit, ia sengaja memberikan seringaiannya. "Kau akan terkena rehabilitasi di rumah sakit jiwa jika esok salah menjawab." aku melihat Kurt sedang cemas dengan ucapan Jericho. Namun tiba-tiba mulut Jericho menganga lebar, ia tertawa dan menurutku tidak ada yang bisa menghentikannya. "Well, aku tidak benar-benar serius. Aku juga harus konsultasi pada kedua orangtuaku." katanya masih sambil tertawa. "Untuk apa?" tanya Kurt, alisnya mengkerut bagaikan jadi satu. "Untuk mengetahui jika kau psikopat atau bukan, bodoh." lalu Jericho menutup mantelnya. Sialan, Kurt membuatku pulang terlambat.



Sejurus dengan omong kosong mereka, ibu Griffen keluar. Keadaannya jauh lebih bersih dari pada tadi. Ia menggunakan blouse putih dan celana seperempat yang berwarna krem. Rambutnya yang hanya sebahu dan berwarna pirang dibiarkan terurai. "Kalian sudah selesai? Padahal aku baru saja menyiapkan makan malam." katanya, namun sekarang ia mengulas senyumannya itu padaku. "Ya. Kami pergi, bibi Harmony. Sampai jumpa." ucap Jericho sambil tersenyum, diikuti olehku dan Jayden. "Oke. Eh? Panggil saja Herm." ibu Griffen pun mengantar kami ke teras.



Kakiku merangkak masuk ke dalam mobil Jericho, begitu pun mereka. Laki-laki ini sempat membunyikan klaksonnya sebagai tanda pamit pada keluarga Griffen. Ini adalah perjalanan yang tak kalah membosankan.



Namun tiba-tiba saat mobil Jericho keluar dari halaman rumah Griffen, Jayden memekik keras. "Berhenti!" sontak aku dan Jericho memalingkan wajah kami padanya. Ia hanya tersenyum, perempuan ini begitu watados. (A/n: wajah tanpa dosa wkwk) "Demi Tuhan, kau kenapa?" bentak Jericho. Kau tahu? Dia menyeramkan juga jika marah. "Bisakah aku yang mengemudi?" spontan Jayden menunjukkan wajah memelasnya. Jericho hanya memutar bola matanya lalu, "Oke." Karena Jayden yang menyetir, laki-laki kurus-tinggi ini mempersilakanku untuk duduk di depan. Aku pun tak menolaknya.




Sembilan menit berlalu, awalnya ini memang tidak begitu canggung. Aku dapat berinteraksi dengan mereka layaknya seorang sahabat. Namun tanpa sengaja, aku melihat benda kecil yang hidup sedang berada di tengah jalan. Aku melihatnya dengan jelas karena lampu mobil Jericho cukup terang di Lombars Street yang sedang sepi hari ini. Kupikir binatang itu hendak menyebrang. Tiba-tiba saja Jayden membanting stir ke arah binatang tersebut. Brengsek, apa-apaan dia? Mobil ini sedikit terguncang akibat menggilas sesuatu. "Strike, dude!" sorak Jayden penuh kemenangan. Binatang tadi mati. Itu adalah satu-satu kemungkinannya. Aku terlonjak kaget, jika ini siang hari maka aku dapat melihat banyak organ-organ tubuh binatang itu berceceran.



"Apa yang kau lakukan, Jayden? Kau gila, untung saja jalanan belum begitu licin." jelas Jericho sangat kaget. Tak kalah kaget dariku. Sementara Jayden tertawa sangat lepas, ia seperti tidak merasa geli atau pun jijik benda yang tadi ia gilas. Apa itu hanya halusinasiku saja? Bisa saja itu hanyalah buah delima yang hancur setelah digilas?





























Jodoh Bryson comebackkkk!! Who's excited? (A/n: no one) well, baiklah. Pict yg ada d chap kemaren itu Connie Talbot as Caitlin Thompson.

VOTE
VOTE
VOTE
VOTE
VOTE
GUYS LAMA-LAMA AKI JUGA SAKIT LOH GA DI VOTE....INGET HATI AUTHOR IS NOT MADE OUT OF STEEL. DONT FORGET THAT I'M HUMAN, DONT FORGET THAT I'M REAL (A/n: gila knp malah nyanyi.-.)

VOMMENT YA GUYS. MA KA SIH.

She TroubledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang