Chapter 11

63 11 0
                                    

Kulambaikan tanganku begitu aku sampai di halaman rumah. Jayden dan Jericho pun mengubah posisinya, Jericho sebagai pengemudi dan Jayden sebagai penumpang.



Mengingat benda yang tergilas tadi, sebenarnya aku tidak mempunyai urusan dengan benda tersebut. Tapi sungguh, jika benda itu hidup, apa Jayden tidak merasa kasihan atau pun geli? Sejurus dengan pikiranku, aku langsung memasuki rumah dan segera memasak poutine. Ini adalah camilan paling aku sukai.



Selesai memakan poutine, lantas aku pergi tidur. Ini masih pukul 8 tapi kupikir tidur sore-sore tidak ada salahnya. Apa lagi aku jarang tidur sore karena biasanya aku masih berjalan-jalan di perpustakaan kota untuk mencari jawaban dari semua tugas sekolah. Persetan.


Aku merangkak naik ke atas kasur lalu merebahkan diriku perlahan. Aku mendesah lega, betapa nyamannya tempat ini. Mataku melirik ke kaki, oh sialan. Di mana selimutku? Terpaksa, akupun beranjak dan segera mengambil benda itu di loker besar yang terdapat di nakas kamarku. Kau tahu, aku terlalu malas untuk melipat selimutku. Jadi, aku selalu menyembunyikannya di sana. Alih-alih temanku masuk tiba-tiba, ia takkan mengetahui jika sebenarnya aku adalah pemalas.



Lalu aku bersembunyi di balik selimut itu, suhunya masih di bawah 10 derajat. Cukup dingin untukku, mengingat aku pernah tinggal di negara tropis untuk 11 tahun. Maka dari itu, aku belum bisa begitu beradaptasi dengan cuaca seperti ini. Detik selanjutnya, kupejamkan mataku. Oh well, jangan lupakan bantal gulingku. Aku tidak akan pernah bisa tidur tanpanya. Dan selamat datang di mimpiku.

***




Author's POV

Di sisi lain, seorang gadis berambut dirty blonde terlihat baru sampai ke dalam kamarnya setelah ia memakan kentang coklat kejunya. Ia hanya tinggal sendirian. Kedua orangtuanya mati dibunuh saat ia masih 12 tahun. Mereka dibunuh karena saat itu rumah mereka kerampokan. Ia terlihat begitu frustasi ketika ia mengingat hal ini lagi. Namun matanya berubah menjadi begitu berbinar ketika melihat sebilah pisau yang berada di atas nakas. Bibirnya yang tertarik menjadi satu buah garis lurus pun berubah menjadi seringaian.



Lantas gadis ini mengambil benda itu dan berlari kecil ke kamarnya untuk mencari hoodie coklat gelapnya, beanie abu-abu, sarung tangan, dan kain sebagai masker penutup wajahnya. Perempuan 15 tahun ini ketagihan membunuh setelah kemarin ia tak sengaja menusukkan pisaunya di perut Connor.



Ketika itu, ia sedang memotong sesuatu di dapur menggunakan pisau, namun tiba-tiba seorang laki-laki sekitar 16 atau 17 tahun itu memeluknya dari belakang. Perempuan berambut dirty blonde ini sontak kaget dan tak sengaja menghujamkan pisaunya tepat di perut laki-laki itu--Connor. Awalnya ia terkejut karena ia langsung berpikir bahwa Connor akan langsung mati. Ternyata tidak, Connor masih bisa bernapas, walaupun iramanya tak beraturan. Laki-laki ini mulai mengumpat dengan kata-kata kasar. Untuk siapa lagi jika bukan si dirty blonde? Well, mari kita panggil perempuan itu sebagai Derth.



Connor memang menyukai Derth tapi tidak sebaliknya. Derth sama sekali tidak menyukai laki-laki itu. Entah mengapa, ia terlalu menganggap kalau berpacaran adalah omong kosong. Sesaat setelah Connor pingsan, Derth memukulinya dengan marmer dari gudang lalu menginjak mulutnya berkali-kali hingga mengeluarkan darah. "Kau bilang kau ingin menciumku, eh?" tanya Derth sarkastik. Connor masih terkulai, matanya terbuka namun pandangannya mulai kabur dan samar-samar. "Bibirmu berdarah, Connor. Kau mau aku mengusapnya, kan?" lagi, Derth mengeluarkan nada sarkasmenya. "Lalu biarkan aku menciummu." Derth pun melumat bibir Connor tanpa membersihkannya dahulu dari darah.



"Oh sialan, darahmu begitu nikmat, bodoh. Aku akan membuat luka lagi dan menghirup darahmu yang begitu memabukkan." Derth mengambil pisaunya lalu menusukkan benda itu ke dada Connor. Laki-laki itu berteriak namun Derth lebih cepat menyumpal mulutnya dengan lap di sekitar. Perempuan ini lantas menggoreskan pisaunya lagi di leher Connor. Urat lehernya sudah benar-benar putus sekarang. Mata hazel Connor pun terbuka lebar, ia berusaha keras menahan sakitnya namun ia tak bisa.



Seketika itu Connor mulai kehabisan napas dan darah. Namun Derth seolah tak kehabisan akal untuk menyiksa laki-laki itu. Ia kemudian mengambil pemukul baseball, lalu memukulkan benda itu ke kepala Connor. Sekarang ia sudah mulai lemas, benar-benar lemas. Derth pun mulai menyeret Connor ke dalam mobilnya, lalu membawanya ke kediaman Connor yang hanya terletak beberapa blok dari rumahnya. Perempuan ini juga tak melupakan alkohol dan sarung tangan untuk tidak meninggalkan jejak.

***




Ini adalah Kamis malam yang sangat sepi. Orang-orang lebih suka berdiam diri di dekat perapian dan menonton tv di home theater yang mereka miliki. Itu bagus. Derth jadi bisa menyeret mayat Connor dengan tenang. Apa lagi orangtua Connor yang sedang pergi. "Kau berat juga, ya?" umpat Derth saat menyeret Connor. Well, jika kau membalikkan tubuh Connor, punggungnya mungkin sudah luka-luka karena ia seret dari aspal ke tanah dan begitu pun sebaliknya.



Betapa bahagianya hati Derth saat itu. Ia pun berkali-kali menghujamkan pisaunya di tubuh Connor yang telah menjadi mayat. Tiba-tiba seekor anjing labrador coklat menyalak dan menghampiri Derth. Perempuan ini hanya mengangkat satu alisnya dan berkata, "Makan!" perintahnya sambil menunjuk ke arah mayat Connor. Anjing itu pun memakannya sementara Derth malah tertawa terbahak-bahak. Ia lalu menuliskan Derth di kening laki-laki itu. Setelah menghapus jejaknya dengan alkohol, ia kemudian pergi dan pulang.



Hari ini juga, ia berniat untuk membunuh. Derth bukanlah seorang pembunuh orang-orang pendosa. Ia membunuh siapa pun yang ia temui malam hari.


























Maaf gaje, maaf bgt gajago buat beginian si dari awal juga:( tp srius kalo kalian vote/komen pst bakal jd lbh bagus :v

VOTE
VOTE
VOTE
VOTE
VOTE

THANK YOU.

She TroubledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang