Chapter 19

77 6 2
                                    

Late update, filenya ke delete dan plotnya malah lupa. Mikirin doi juga sih duh, eh lupa gw kan jomblo. Cekidot aja!


     #
Karena penasaran, aku beranjak menuju nakas tersebut dan mendapati sebuah buku setebal 4 senti tergeletak di lantai. Sungguh naif jika aku berpikir bahwa buku itu jatuh karena perbuatan angin. Oh kawan, kamar ini sudah hampir tidak ada penghuninya. Jendela selalu tertutup rapat dan persetan! Imajinasiku mulai liar!

Tak. Aku menoleh ke sumber suara, cepat. Sialan, apa yang setan ini lakukan? Aku melihat figura dengan foto orang yang tak aku kenal di dalamnya itu terjatuh. Itu Daniella mungkin? Aku tidak begitu yakin karena foto itu sepertinya baru dipasang Evan. Wajahnya asing di otakku.

"Kau tidak perlu bersusah payah untuk tak membunuh lagi, Yael." kepalaku bergerak, melihat keadaan di sekitarku. "Membunuh bukanlah sebuah perbuatan yang perlu kau takutkan untuk dosamu. Percuma saja, bocah! Semua orang di dunia ini pendosa!" lanjut suara itu lagi menggema sampai ke sudut ruangan. Mataku terbelalak, aku tak dapat berkata lagi. Persetan dengan semua ucapannya!

Karena masih penasaran dengan suara itu, aku berteriak, "Kau bahkan menuduhku, setan!" kemudian orang tersebut menyahut dengan suara tawanya yang melengking. "Kau berkeliaran hampir setiap malam, sialan! Kau bahkan membohongi kawan perempuanmu mengenai warna rambut." jelasnya mampu membuatku terdiam beberapa saat, memikirkan jawaban yang tepat untuk tetap menyamarkan identitasku. Tapi siapa peduli? Dia setan, kan? (A/N: duh kok ngomongin setan si wk maafkan)

Akhirnya kepalaku sengaja kudongkakkan dan menyunggingkan sebuah senyuman miring. "Typical satan. Lalu apa maumu?" aku mulai berjalan, mengitari kasur besar tapi bukan queensize, milik Kenya. "Bunuhlah semua orang yang menghalangimu! Tidak peduli mereka pendosa atau bahkan bukan." kalimat itu berdengung di kedua telinga. Imajinasiku kembali liar dengan bayangan cairan kental berwarna merah menyala dan teriakan-teriakan korbanku yang memekkan telinga.

Aku tergelak lalu duduk di bibir kasur. "Ya, dengan senang hati." setelahnya aku tertawa beriringan dengan suara tersebut. Well, akulah pembunuh misterius berciri ukiran Derth itu. Aku yang membunuh Connor, bapak Santa Klaus kurus itu dan jalang tua bernama Giselle.

Tentang keluargaku? Oh, Katniss dan juga Orlando hanyalah bibi-pamanku. Mereka yang memaksaku untuk tinggal bersama dan mengangkatku menjadi anak sejak mom dan dad mati dibunuh secara brutal oleh perampok. Itu yang menyebabkan Kian tidak kembali dari New York. Ia membenciku. Aku merebut perhatian kedua orangtuanya semenjak aku tinggal di rumah mereka. Soal Kian yang mengirimiku pesan? Itu tidak pernah terjadi, kawan. Aku mengucapkannya asal.

Merasa puas, aku kembali ke rumah tanpa mengunci pintu utama rumah Evan. Jangankan mengunci rumah, menyimpan buku yang tadi jatuh saja tidak.

Kurang lebih pukul 12 siang aku sampai di rumah. Tidak ada lagi rencana untukku bersenang-senang. Aku hanya akan memesan pizza dan menonton tv. Jika perlu aku akan tidur, karena malam hari nanti, perburuan akan segera dimulai kembali.

*****


Mataku kembali terbuka, aku tidur selama matahari sedang terik dan orang-orang sesusiaku pasti akan lebih memilih untuk berjalan-jalan dengan temannya. Siapa peduli? Hari sudah mulai gelap, mereka pasti masih mengira bahwa ini masih siang mengingat liburan hanya tinggal menghitung jam. Kupikir mereka akan pergi lebih lama dari biasanya dan aku akan mendapatkan mangsa yang mungkin banyak malam ini.

Terlalu membosankan menunggu waktu di depan televisi. Tidak ada program yang membuat spekulasiku salah mengenai alat elektronik satu itu---membosankan. Ting! Aku mendengar suara kecil di balik bantal sofaku. Oh, ponselku. Ternyata masih ada yang peduli denganku, eh?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

She TroubledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang