"Penemuan bagian tubuh yang diyakini adalah bagian tubuh GH hasil mutilasi di dalam tumpukan sampah di pinggiran kota Toronto." aku meneguk kopiku tanpa mengalihkan mataku dari televisi. Otakku berusaha mencerna apa kata reporter itu. Aku hanya memutar bola mataku, polisi itu bahkan belum mengambil DNA Gerald. Mereka gegabah dalam mengambil keputusan. Tapi bila aku yang menculiknya malam itu, aku memang mungkin sudah membunuhnya. Percuma saja jika dijual, ia tidak berharga mahal.
Kini aku beralih dengan donatku. Dengan cepat, aku menggigitnya sedikit lalu fokus lagi pada televisi. "Omong-omong, aku sedikit kasihan pada keluarga Gerald." ucap Rachel tiba-tiba. Sialan, dia membuatku tersedak. Buru-buru aku meminum kopiku dan menelannya bersamaan dengan potongan donatku yang belum begitu terkunyah. Sejurus denganku, Aidan malah memperhatikanku dan wajahnya terlihat cemas, mungkin? Aku hanya menatapnya dingin, sialan dan super sialan.
Hatiku merasa senang jika itu adalah Gerald. Persetan dengan motif pembunuh laki-laki bodoh itu. Aku hanya ingin dia lenyap dan sekaranglah waktunya. Good fucking bye, you pretty shit! Merasa telah terlalu lama di cafè, aku segera bangkit dan menuju kasir. "Yael? Ini bahkan baru 20 menit." tahan Aidan. Hey, siapa peduli dengan ucapannya? "Satu cappucinno coffee latte dan donat?" aku benar-benar tidak mempedulikan Aidan. Aku hanya berbicara pada kassa di depanku. "CAD$5,75." jawab kassa perempuan itu. Aku merogoh saku mantelku dan mengeluarkan 6 dollar Kanada. Ia pun meraih uang itu dan memberiku beberapa sen sebagai kembaliannya. Aku pergi tanpa berpamitan.
Setelah berjalan beberapa meter, aku baru ingat jika aku harus pergi ke mini market untuk membeli persediaan makanan. Musim dingin yang merepotkan.
***
Aku telah sampai di rumah setelah pergi dari cafè Fahrenheit dan mini market. Aku bingung harus apa sekarang. Kumainkan ponselku lalu merebahkan diriku ke kursi panjang depan televisi. Aku membuka beberapa media sosial yang kupunya, tapi semuanya garing. Tidak ada yang baru. Kemudian aku melempar ponselku ke samping dan menatap langit-langit. Aku benar-benar bosan. Huh, mengapa Kenya harus mati?
Kini aku beranjak pergi ke kamar. Aku merebahkan diriku di kasur lalu berguling ke sana ke mari, sampai akhirnya mataku menatap langit-langit (lagi). Gez, mungkin aku harus menambahkan 'menatap langit-langit' sebagai salah satu hobiku. Ck, aku mendengus. Dunia begitu membuatku bosan. Lantas aku menatap bantal di atas kepalaku, aku meraihnya dan menggesek-gesekan kuku jempolku di salah satu ujung kain bantal. Ini hobiku yang lain, bung. Aku selalu melakukannya sejak entahlah, aku lupa.
***
Derth's Point of View
5 days later...
Ini malam natal dan siapa peduli? Aku bukan Kristen yang baik kurasa, jadi aku pikir Tuhan pun tidak akan membutuhkan diriku untuk datang ke gereja pada malam sebelum kelahiran-Nya. Baik, aku hanya akan sedikit bersenang-senang dengan pisau dapurku yang tempo lalu aku pakai untuk membunuh Connor. Untuk sekedar informasi, kemarin-kemarin aku tidak jadi membunuh karena tidak menemukan korban yang pas untukku. Tapi aku tidak tahu, mengapa di kota ini ada pembunuh lain selain aku? Ia membunuh Gerald, kau tahu? Well, lupakan.Tangaku bergerak, mempererat balutan mantel super tebalku agar bisa bertahan dalam suhu rendah saat keluar dari rumah. Sialan, dinginnya seakan menusuk jantungku! Ah, jangan khawatir. Aku akan membuat korbanku merasakan sedikit keseruan dalam sebuah permainan yang telah aku buat. Aku membawa 2 bilah pisau, kain, alkohol, senter, dan well, hanya itu.
Tadi siang aku sudah mencari berbagai cara jitu untuk membunuh dan guess what? Aku menemukannya dengan sangat mudah. Aku mungkin saja akan menggunakan cara Hannibal Lecter untuk membunuh korbanku tapi aku tidak akan mungkin memakan daging korbanku. Lagi, lupakan ocehanku.
Berbuat dosa di malam natal? Aku hanya menyunggingkan senyum miringku lalu melihat jalanan. Otakku juga sedang sibuk berhalusinasi dengan darah korbanku nanti. Kau harus tahu, caraku membunuh Connor tidaklah istimewa. Itu kali pertama aku membunuh dan caranya begitu abal. (A/n: padahal mah ya emg s authornya aja gbs buat suasana mencekam jd ew gtlah) Entahlah, setelah aku membunuh laki-laki payah itu, kurasa aku menjadi kencanduan. Aku malah begitu gila jika aku tidak menemukan pisauku di dapur.
Omong-omong soal pisau, mungkin aku perlu membeli yang baru di toko perkakas setelah melihat nama korbanku di acara Canada AM besok pagi. Lantas aku hanya terkekeh dengan imajinasiku tadi. Mungkin sudah banyak orang yang melihatku terkekeh atau tersenyum sendiri dan mungkin juga mereka mengiraku sudah gila? Whatever you bad ass. Aku memang gila dan itu sama sekali bukan suatu masalah.
Tiba-tiba kakiku terkilir dan bruk. Pemirsa semuanya, seorang pembunuh dengan pisau di balik mantelnya terjatuh. Untung saja tidak ada yang tahu jika aku itu pembunuh, jadi tidak akan ada yang menertawakanku. "Perlu kubantu?" ucap seseorang berkostum merah dan plat putih juga jenggot putihnya yang mengganggu. Oh sialan, dan suara tertawanya yang hohoho itu. Dia mengulurkan tangan kanannya padaku. "Ini---bukan masalah. Aku bisa sendiri." kataku lalu bangkit. Well, aku hanya memperhatikan santa klaus jelek ini. Heh, biasanyakan santa berperut gendut. Tapi lihat pria ini? Ia bahkan nyaris kurus kering, bung.
Santa klaus itu hanya tersenyum padaku. Aku hanya menyeringai. Aku sangat ingin membunuhnya. Kenapa? Karena santa itu berperut gendut. Tidak seperti dia. Aku mengulum bibirku. Dan itu menimbulkan suara emmm... (A/n: dah edan ni gais) "Aku mempunyai beberapa sen---tunggu, 3 dollar 45 sen untukmu. Aku tahu ini tidak banyak tapi ini malam natal. Kupikir uang jajanku akan berbuah banyak berkah jika aku menyumbang padamu." ucapku hanya untuk berbasa-basi. Ia terkekeh dan suara yang ia keluarkan tidak hohoho. Aku jadi semakin membencinya. "Terima kasih, anak muda. Happy christmas eve." balas pria tua bangka itu dan jangan lupakan senyuman sialan yang ia miliki.
Ingat, aku hanya menyeringai. Bukan tersenyum pada bapak santa klaus bodoh itu. Aku mengedarkan pandangan mataku dan terima kasih dewi fortuna! Aku melihat satu gang kecil, tidak terlalu gelap, tapi aku ingat betul itu adalah jalan menuju perkebunan cemara milik salah satu toko penjual barang untuk natalan. "Kau kenapa? Ada yang bisa kubantu?" tanya si bodoh itu padaku. Heleh, dari tadi dia tidak menyadari kalau aku adalah Derth, hah? Pembunuh berdarah dingin yang sebentar lagi akan terkenal?
"Adikku menangis karena belum mendapatkan pohon natalnya. Aku sendiri bingung harus mencari bantuan ke mana. Kau tahu, orangtuaku sudah meninggal dan aku dibiayai oleh paman Orlando untuk hidup tapi mereka tinggal di Montreal." ocehku. Aku menunjukkan wajah sedihku agar dapat membuatnya iba. Lalu si santa klaus hanya membuang napasnya lembut. "Kau tidak perlu cemas. Aku akan meminta izin pemilik toko itu untuk menebang salah satu pohonnya karena lihat saja, ini terlalu terlambat untuk membeli pohon yang ada di dalam toko. Sudah habis." jelasnya. Aku pun mengangguk.
Pria ini mulai berjalan, "Kemarilah, kita tidak mempunyai waktu banyak. Ini sudah hampir pukul 10." aku menyeringai. Hey, kuulangi, aku menyeringai (lagi). Dia benar, kita tidak mempunyai waktu banyak.
Apakah dia sebodoh itu, hah? Seharusnya dia malah mencurigaiku, kan? Pikir saja, aku membutuhkan pohon natal saat pukul 10 malam? Apalagi yang meminta adikku? Padahal mungkin jika aku mempunyai adik, ia sudah tidur malam-malam begini.
Bonuslah, gara2 emg yaaaa pgn next aja hahah. Cerita ini bakalan di tuntasin tanpa privat, bodo amat sm mirror web. Toh d cover udh ada nama authornya koggg huahah. Well, mks buat yg suka vote...sm nadya shylva yg komen g jls d preview part tp dia baik bgttt men suka ngomenin cerita ini langsung dpn muka wkwkwk. Mks jg buat silent readers!! klo mau baca, baca aja. Ga vote gpp, suka suka kalian aja tp pls stay tune ya ampe ceritanya selesai. Makasihhhhhhh!

KAMU SEDANG MEMBACA
She Troubled
Misterio / SuspensoShe loves walking in the dark. She loves playing with blood. She loves lying to other human because she life to be a faker. She is a psychopath and she loves killing. Be careful, she is around you. Hai peeps! Jangan diliat covernya aja, baca dulu la...