1

36.6K 2.3K 65
                                    


"Ayo kita masuk kedalam ruangan itu!" kata salah satu dari mereka, sambil menunjuk suatu ruangan. Tapi beberapa diantaranya memiliki perasaan mencekam tentang ruangan tersebut. Seperti ruangan itu ada karena merupakan suatu kesengajaan, seperti ada yang menunggu di balik pintu ruangan itu. Mereka terlanjur masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Berhenti!"

"Jangan masuk kedalam sana!"

Mereka tetap tidak mendengarkan peringatan itu dan tetap masuk ke dalam ruangan itu. Tiba-tiba terdengar suara geraman dan teriakan yang mencekam, siapapun yang mendengarnya seperti dapat merasakan bahaya di dalam ruangan tersebut.

"Tolong!!!"

"arghhh..!!!"

Alana terbangun dengan keringat dingin yang jatuh di pelipisnya, napas gadis itu memburu tak beraturan, dia menekan matanya, yang tak sadar telah mengeluarkan bulir-bulir air dengan kedua tangannya.

'Ternyata hanya mimpi' batin gadis itu, sambil menghembuskan napas kelegaannya. Alana melirik jam bulat kecil berwarna hitam kebiruan disebelah tempat tidurnya.
'jam 00.15, bagus tengah malam.' bisiknya dalam hati.
Alana bingung kenapa dia bisa bermimpi tentang hal yang sama, dan selalu berakhir dengan keadaan yang sama pula. Sudah tiga hari terjadi hal yang sama, mimpi yang selalu menemaninya ketika ia memejamkan mata seperti sebuah tontonan yang diputar terus-menerus.
Kepalanya sakit.

Ia kemudian beranjak dari tempat tidur dan mendekati cermin yang terletak di pojok kamarnya, bias sinar rembulan yang menerobos masuk lewat kaca jendela yang dibiarkan terbuka, menjadi satu-satunya penerangan didalam kamarnya yang dominan dengan abu-abu. Jangan heran semua kamar begitu.

Keadaannya begitu kacau sekarang.

Alana mendekati kaca jendelanya dan duduk diatas sofa sambil menatap cahaya temaram bulan. Nyaman dan tenang. Biasnya selalu dapat menenangkan. Semakin lama cahanya semakin menghipnotis, membuatnya tertidur.

*Kring*

Alana membuka kedua matanya dengan enggan, dia tertidur dibawah jendela. Jam telah menunjukan waktu pukul 05.30, sudah saatnya mempersiapkan diri untuk pergi sekolah.

Setelah semuanya telah siap, Alana kembali melirik jamnya, waktu telah menunjuk angka 6.
Alana menghadap ke cermin untuk terakhir kalinya, pantulan dirinya di dalam cermin cukup menunjukan bahwa dia sudah siap, waktunya untuk berangkat.

Suasana rumah Alana memang terbiasa sepi, seperti tidak berpenghuni dan mungkin mungkin bukan hanya rumahnya saja tapi rumah-rumah di kota ini. Kedua orangtuanya memang malas untuk berbicara dan sekarang mereka telah menunggu di ruang makan. Alana menghabiskan sarapannya dalam diam, hanya bunyi dentingan berasal dari sendok yang tersentuh dengan permukaan piring yang sesekali terdengar.

Setelah selesai makan Alana kemudian berpamitan pada kedua orangtuanya. Tanpa menunggu jawaban Alana langsung berjalan keluar menuju tempat penjemputan. Sementara menunggu kendaraan sekolah yang akan menjemputnya, tiba-tiba seseorang yang lewat dihadapannya hampir terjatuh,  otomatis Alana segera membantu orang tersebut.

"Anda tidak apa-apa?" ujar Alana.

"Saya tidak apa-apa."

"Sebaiknya anda lebih berhati-hati."
Setelah dua langkah orang itu kembali menengok ke arah Alana. Alana hanya diam dan terpaku dengan tatapan tersebut, tiba-tiba lamunannya di kagetkan dengan suara kendaraan sekolahnya.

"aneh." kata Alana sambil memandang orang tadi yang sudah berjalan menjauh dia segera masuk ke dalam kendaraan sekolahnya.

Suasana dalam kendaraan seperti biasa, siswa-siswi ada pada kelompoknya masing-masing. Paling belakang pasti yang nakal atau mempunyai sisi pemberontakan, kedua dari belakang pasti siswi-siswi perempuan yang luar biasa dalam hal penampilan, mereka memang cantik dan menawan tapi tidak dengan pembelajaran mereka. Yang duduk di depan biasanya yang sering memakai kacamata atau para kutu buku, terakhir bangku urutan ke 7 sebelah kaca, tempat favorit Alana.

Sekolah Alana telah menyediakan semua fasilitas yang diperlukan setiap muridnya.

Sesampai di bangku favoritnya, ia langsung melihat pemandangan lewat kaca di sebelah kanannya. Hiruk pikuk kota Falen yaitu tempat tinggalnya, menjadi pemandangan sepanjang perjalanan baginya.

Tanpa disadari semakin lama Alana mengantuk, dengan cuaca mendung yang mendukung. Dia pun tertidur ditempat duduknya. Kepalanya terantuk kedepan karena kendaraan mereka berhenti mendadak. Ternyata hanya burung yang hampir menabrak kaca depan kendaraan, dan Alana tidak ambil pusing dengan itu, ia melanjutkan tidur. Perjalanan ke sekolahnya membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam dengan menggunakan kendaraan sekolah mereka. Sekolahnya terletak cukup jauh dari pemukiman warga tapi tetap dalam teritorial kota Falen.

Kendaraan mereka telah sampai di depan gerbang, bersamaan dengan itu, Alana terbangun dari tidurnya dan segera menyusul murid-murid yang turun mendahului dia.

THE LASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang