"Argghh." terdengar geraman dari makhluk-makhluk tersebut.
"Apa itu?" ujar Alana.
"Aku juga tidak tahu, kita harus cepat pergi dari sini." ujar Sean.
Sebelum masuk ke dalam tempat itu, Alana melirik layar yang sekarang sudah berada di atas pintu tersebut.
"Ayo cepat." ujar Sean yang menyadarkan Alana.
Sean menarik pergelangan tangan Alana untuk berlari masuk kedalam gedung pemerintahan. Ketika mereka baru masuk ke dalam tempat itu, mereka disambut dengan kegelapan, makhluk-makhluk aneh itu semakin mendekat, karena panik mereka semua terpisah, mereka tidak tahu keberadaan satu dengan yang lain. Karena tidak ada penerangan satupun di tempat itu, mereka juga tidak sadar bahwa makhluk-makhluk itu juga ikut masuk kedalam gedung pemerintahan.
Ketika Alana dan Sean merasa keadaan sudah aman, mereka sudah tidak berlari, Alana kemudian melepaskan genggaman tangan Sean, Sean hanya menatap Alana, ketika dia melakukan itu.
"Sean, di tempat ini sangat gelap, apakah ini benar-benar gedung pemerintahan?" ujar Alana setengah berbisik yang memecah keheningan.
"Aku juga berpikiran sama denganmu Alana, aku juga bingung kenapa tidak ada penerangan sedikitpun disini." ujar Sean menanggapi perkataan Alana."Alana dimana tabletku?" Sean yang teringat dengan tabletnya.
"Ada di dalam tasku, tunggu sebentar aku akan mengambilnya." ujar Alana.
Alana mengambil tablet Sean dari dalam tasnya.
"Kau mau apa dengan ini?" Tanya Alana, sambil menyerahkan tablet itu kepada Sean.
"Kau lihat saja sendiri." ujar Sean.
Sean menyalakan tabletnya, dan dia mengatur layarnya dengan penerangan yang paling tinggi, dia bertujuan agar tabletnya itu dapat menjadi alat penerangan bagi dia dan Alana."Pintar." ujar Alana sambil mengangkat kedua jempolnya dan tersenyum menatap Sean.
"Aku tahu." ujar Sean yang tersenyum menanggapi tingkah Alana.Sean tersenyum sambil mencolek dagu Alana, sontak hal itu membuat Alana salah tingkah.
"Jangan bercanda Sean." ujar Alana.
"Baiklah - baiklah." ujar Sean sambil mengangkat tangannya.
"Ohiya dimana yang lainnya?" tanya Alana.
Sean yang mendengar hal itu, langsung teringat pada lainnya."Kirimkan pesan, tanyakan mereka ada dimana." ujar Alana.
"Alana kau ini benar-benar."
"Aku benar - benar apa?" tanya Alana."Meski kita bertanya keadaan mereka, kita tidak akan tahu mereka dimana."
"Kenapa?" tanya Alana lagi pada Sean.
"Kau ini benar-benar, pertama ; kita ada di tempat yang sangat gelap, tidak ada penerangan sedkitpun, apa mereka bisa mengatakan sekarang mereka ada dimana, yang kedua ; kita tidak tahu apapun tentang ruang pemerintahan, ini pertama kalinya kita masuk ke tempat ini, kau ingin kita mencari mereka supaya kita berdua lebih tersesat, apa sekarang kau sudah mengerti?"
"Ohiya, kau benar, jadi, apa yang bisa kita lakukan agar kita bisa menemukan mereka?"
"Mungkin keberuntungan dan takdir yang akan menolong."
Alana memiliki perasaan yang tidak enak, dia teringat pada Sally dan lainnya, dimana mereka, apa mereka selamat dari makhluk-makhluk tadi.
"Jangan khawatir, mereka pasti baik-baik saja." ujar Sean yang mengerti dengan pikiran Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST
Science Fiction•1• "Mereka yang tersisa dan mereka yang harus tersiksa" Alana Freeds seorang remaja perempuan berusia 16 tahun yang tinggal dan hidup dengan kedua orang tuanya yaitu Mark Freeds dan Angela Freeds. mereka tinggal dan hidup di kota yang bernama Fale...