Ketika mereka mendengar perkataan Sean, mereka langsung masuk dan mengambil senjata kemudian mempersiapkan segalanya, Alana dan Sean telah siap, jadi mereka sudah keluar dari ruangan yang berpintu kayu itu.
"Apakah semua sudah ada disini?, apakah kita semua sudah lengkap?" ujar Sean tanpa memandang Alex dan lainnya yang sedang nemepersiapkan senjata mereka, perkataan itu membuat semua yang berada di dalam ruangan berpintu kayu berhenti.
"Sean." ujar Alex.
"Ada apa?" tanya Sean.
"3 tidak berhasil." ujar Alex dengan suara yang terdengar seperti penyesalan.
"Apa maksudmu?" ujar Sean yang tidak mengerti.
"3 dari kita tidak berhasil, mereka berhasil ditangkap murid-murid aneh itu"
"Bagaimana bisa?" tanya Sean yang langsung berbalik melihat ke tempat Alex.
"Kami terlihat oleh murid-murid aneh itu, dan ketika mencoba untuk melarikan diri, mereka bertiga berhenti dan mencoba menahan murid-murid aneh tersebut dengan tangan kosong, mereka mengorbankan diri demi kami, agar kami bisa lolos." ujar Alex.
"Dan kalian meninggalkan mereka?" ujar Alana.
"Mereka tidak akan selamat, itu kebodohan mereka sendiri, kenapa mereka berhenti dan menahan murid-murid aneh itu, padahal mereka lemah." ujar Sally dengan nada cuek dan tidak berperasaan.
"Tapi mereka menahannya untuk kalian Sally." ujar Alana.
"Diamlah, kau terlalu banyak ikut campur dari tadi." ujar Sally dengan suara tinggi seperti sedang marah. Semua yang berada di ruangan itu diam dan tercengang dengan perkataan Sally, Alana yang mendengar hal itu juga merasa kaget, tapi tidak menunjukan kekagetannya dalam ekspresinya. Tangan Sean terkepal dengan kuat ketika mendengar perkataan Sally, karena terlalu kuat, kepalannya sampai berwarna putih, wajahnya merah padam tanda bahwa ia menahan amarah, tatapannya dingin dan beku.
"Kau!" ujar Sean yang terdengar seperti geraman."Berani-beraninya kau berkata begitu!" ujar Sean.
"Jangan.." ujar Alana yang berada di belakang Sean dengan suara pelan yang hanya bisa didengarkan Sean.
"Jangan Sean, jangan, kita keluar saja dari sini." ujar Alana dengan nada suara yang tidak bisa dijelaskan.
"Tapi.."
"Ayo!" ujar Alana yang menyentuh kepalan tangan Sean yang kencang, perlahan kepalan tangan Sean sudah melemas, Alana langsung menarik tangan Sean untuk keluar dari ruangan tersebut.Ketika Alana berjalan keluar, dari ekor matanya, Sally sedang memandangnya dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan, bahkan oleh Alana sendiri, ketika mereka sampai diluar ruangan mereka mengecek keadaan diluar tidak ada Vary ditempat itu.
"Kenapa kau menahanku tadi."
"Sean, ayolah jangan seperti itu kau sangat menakutkan tadi." ujar Alana.
"Aku tidak suka.""Kau ini jangan seperti anak kecil." ujar Alana yang seperti menahan senyum.
"Kenapa kau tersenyum seperti itu, tidak ada hal yang lucu disini."
"Sean, kenapa kau jadi marah-marah seperti ini, memangnya kenapa?""Aku tidak suka dengan yang dikatakannya."
"Apa maksudmu Sean, aku tidak mengerti."
"Aku tidak suka dengan Sally yang berkata seperti tidak perduli pada 3 teman kita yang berkorban demi mereka termasuk dia, dan.." Sean menggantungkan kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST
Science Fiction•1• "Mereka yang tersisa dan mereka yang harus tersiksa" Alana Freeds seorang remaja perempuan berusia 16 tahun yang tinggal dan hidup dengan kedua orang tuanya yaitu Mark Freeds dan Angela Freeds. mereka tinggal dan hidup di kota yang bernama Fale...