Sally belum menyelesaikan perkataannya dan kemudian, muncul bunyi lagi dan diikuti dengan munculnya penerangan di tempat itu. Mereka yang berada di ruangan itu sangat kebingungan dengan apa yang terjadi, mereka semua mengedarkan pandangan ke sekeliling mereka masing-masing.
Tiba-tiba Petra memecah keheningan. "Apa ada yang menyalakan lampu ditempat ini?" ujar Petra.
"Apa mungkin yang lainnya telah menemukan ruang kendali di gedung ini?" ujar Andrew.
"Mungkin saja." ujar Alex.
"Ayo kita keluar dan mencari tahu." ujar Andrew.
"Tapi.." ujar Sally.
"Tapi apa?" ujar Alex.
"Bagaimana kalau kita bertemu dengan makhluk-makhluk tadi?" tanya Sally.
"Kita punya pisau." ujar Petra.
"Tapi ini hanya pisau kecil, kita juga tidak tahu dimana kelemahan mereka, bagaimana kita akan membunuh makhluk-makhluk itu." ujar Sally.
"Siapa bilang kita akan membunuh, ini hanya untuk berjaga-jaga" ujar Alex.
"Baiklah." ujar Sally yang mengalah. Sean dan Alana hanya mendengar perbincangan mereka berempat.
Mereka berenam lalu keluar dari ruangan tersebut, mereka berjalan menyusuri lorong tempat itu, lampu ditempat itu juga menyala, tempat yang tadinya gelap, sekarang menjadi terang. Sally hampir berteriak jika Alex tidak segera menutup mulutnya, Sally hampir berteriak karena melihat makhluk-makhluk itu sekarang berada di sebelahnya, jika saja tidak ada kaca yang menghalangi. Untung saja Alex tepat waktu dan mereka tidak ketahuan. Sean dan Alana berjalan didepan, karena mereka hanya berfokus memandang kedepan, jadi tidak melihat apa yang terjadi, ketika Sean ingin melihat Alana yang berada disamping kaca, Sean langsung menarik Alana untuk menunduk dan bersembunyi di belakang tembok.
"Ada apa?"
"Diam."
Alana berhadapan dengan dada Sean dan Sean terus melihat kearah jendela, dia melihat kesamping, dan mendapatkan Sally yang duduk dan didepannya ada Alex, Petra dan Andrew yang juga mengawasi makhluk-makhluk tersebut, mereka tidak dapat melihat dengan jelas karena kaca tersebut berembun, meskipun begitu, mereka yakin bahwa yang berada di balik kaca adalah makhluk-makhluk tadi.
"Andrew!"
"Iya, kenapa?"
"Kau dapat melihat apa yang sedang mereka lakukan?"
"Tidak jelas, tapi mereka hanya berdiam diri."
Sean terus mencoba untuk melihat apa yang dilakukan makhluk-makhluk tersebut.
"Sean."
"Diam Alana!"
"Sean.."
"Kenapa?"
"Aku tidak bisa bernafas!"
"Oh maaf." Sean memundurkan sedikit badannya, tapi tetap melihat gera-gerik makhluk tersebut.
"Alex!" ujar Sean.
"Alex!" ujar Sean kedua kalinya.
"Iya?" jawab Alex.
"Mendekatlah kemari, bawa Sally juga." ujar Sean.
"Andrew, Petra kemari!" ujar Sean.
"Ada apa?" tanya Andrew.
"Aku punya rencana." ujar Sean.
"Apa rencanamu?" tanya Alex.
"Cari semua benda yang dapat berdenting, kita akan melakukan pengalihan ketika kita lewat, semoga ketika kita melewati mereka, mereka tidak akan sadar, karena pengalihan yang kita buat." ujar Sean yang mantap dengan rencananya. Mereka berenam kemudian pergi ke ruangan sebelumnya, ruangan itu seperti ruangan kerja biasanya, di ruangan tersebut terdapat hiasan meja dari besi, tapi tidak terlalu berat, masing-masing membawa satu untuk dilemparkan, Sean membawa 2, untuk melakukan uji coba.
Setelah mereka mengambil semua yang mereka perlukan, mereka bergegas ke jalan untuk menuju lorong utama, mereka melewati jalan tadi, yang dibatasi dengan dinding yang setengah dan dilanjutkan dengan kaca yang sangat besar. Mereka merangkak, dan sesekali melihat makhluk-makhluk tersebut. Sekarang Sally sudah tidak takut lagi sehabis bicara dengan Alex, dia sudah berani sekarang. Entah apa yang dilihatnya ketika masuk kedalam gedung pemerintahan, hanya dia yang tahu.
"Tunggu, aku akan mencoba lebih dulu." ujar Sean.
Sean mengisyaratkan teman-temannya untuk berhenti, Alana ada di posisi paling belakang, juga berhenti.
Sean melemparkan hiasan meja, makhluk-makhluk itu berlari sambil bertabrakan seperti tidak melihat satu sama lain, Sean bisa melihat gerak mereka, meskipun wajah mereka tidak terlalu jelas.
"Berhasil!" ujar Sean.
Mereka kemudian berbelok melewati lorong yang memiliki kaca, dan ke lorong utama yang terdapat makhluk tadi, mereka ingin pergi ke lantai 2, untuk mencari ruang kendali, sekaligus teman-teman mereka yang lainnya. Sean dan lainnya sudah melemparkan hiasan meja mereka ke dinding baja, karena dentingan yang ditimbulkan, makhluk-makhluk tersebut langsung berlarian menuju ke suara dentingan tersebut, Sean dan lainnya sudah berlari menuju tangga ke lantai 2 sedangkan Alana masih diam ditempatnya dan mengawasi setiap gerak dari makhluk-makhluk itu.
'Kenapa mereka saling bertabrakan apa mereka tidak bisa melihat satu sama lain?' batin Alana.
Ada yang aneh menurut Alana, rasa keingintahuannya mendorong dia untuk mendekati makhluk-makhluk itu, sedangkan Sean dan lainnya sudah berada jauh didepan. 'Mereka tidak dapat melihat satu sama lain, mereka hanya bisa mendengar, apa ini ada hubungannya dengan cahaya' batin Alana.
Ketika bunyi dentingan berhenti, makhluk-makhluk tadi juga pelan pelan berhenti berlarian, Alana tidak dapat melihat rupa atau wajah makhluk-makhluk tersebut, dia terus mendekati makhluk-makhluk dengan langkah pelan yang tidak menimbulkan suara, tapi kemudian dia mengurungkan niatnya. Menurut Alana dia tidak usah berhati-hati, karena makhluk-makhluk tersebut tidak dapat melihatnya, dia pun berjalan, karena tidak hati-hati dia tersandung dengan tempat duduk yang ada di lorong tersebut, dan kemudian muncul bunyi akibat kejadian tersebut.
Sontak ketika terdengar bunyi, makhluk-makhluk tersebut langsung berlari menuju tempat Alana. Alana yang melihat makhluk-makhluk itu mendekatinya, segera berlari, dia bingung harus kemana, suara sepatunya yang berdecit ketika bersentuhan dengan lantai, membuat makhluk-makhluk itu tetap berlari mengikutinya. Alana mencoba untuk terus berlari, salah satu makhluk berlari sangat kencang dan hampir menarik rambutnya, Alana yang menyadari hal itu, mencoba untuk berlari sekuat tenaga, tapi karena tidak memperhatikan langkahnya Alana tersandung kakinya sendiri.
*buk* bunyi suara Alana yang jatuh dengan keras.
Alana yang terjatuh menghadap kedepan, langsung membalikan badannya, makhluk itu telah berada sangat dekat dengannya, dia merangkak sedikit kebelakang, dia dapat melihat wajah makhluk tersebut, dia menjadi sangat kaget dengan apa yang dilihatnya. Alana mengingat hiasan meja tadi, dia kemudian melemparkan hiasan itu cukup jauh dan berharap hiasan itu menimbulkan bunyi dentingan yang kuat sehingga bisa mengalihkan perhatian makhluk-makhluk itu dari dirinya.
*Ting* bunyi suara dentingan
Alana tepat sasaran, dia melempar kebagian kursi besi yang berada cukup jauh dan berhasil mengalihkan perhatian makhluk-makhluk tersebut. Alana segera berlari ke lantai dua, yang dia ketahui adalah Sean dan teman-temannya berlari ke lantai dua, tapi dia tidak tahu mereka kemudian kemana.
"Ini salahku, kenapa aku selalu penasaran dengan segala sesuatu, sekarang dimana mereka." Ketika dia sampai di lantai dua, terdapat pertigaan, ada dua arah yaitu kiri dan kanan. Belum berapa detik, ia mendengar ada yang berlari dari arah kanan dia langsung mencari tempat untuk bersembunyi, tidak ada pilihan lain dia berbelok kekiri, dan segera mencari tempat untuk bersembunyi.
Dia melihat ada bayangan yang mendekat, dia mencoba menutup mulutnya karena nafas yang keluar dari mulutnya tak beraturan selalu mengeluarkan suara, bayangan itu semakin mendekat, dia menutup mulutnya dengan sangat erat agar tak ada suara yang keluar, dia melirik bayang tersebut, sekarang bayangan itu berada tepat disampingnya, Alana segera menutup matanya, langkah itu sudah tidak terdengar lagi, ketika Alana membuka matanya, Alana sudah sangat takut dengan yang akan dilihatnya.
'Apakah ini salah satu makhluk yang mengikutiku tadi?' Batin Alana.
Karena tidak ingin berspekulasi dan membuang waktu, dia langsung berbalik kemudian membuka matanya pelan-pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST
Science Fiction•1• "Mereka yang tersisa dan mereka yang harus tersiksa" Alana Freeds seorang remaja perempuan berusia 16 tahun yang tinggal dan hidup dengan kedua orang tuanya yaitu Mark Freeds dan Angela Freeds. mereka tinggal dan hidup di kota yang bernama Fale...