"Kau tahu ini adalah pintu?" tanya Sean.
"Bentuknya hampir sama dengan pintu dirumahku, yang berbeda adalah pintu ini terbuat dari kayu, dan di rumahku terbuat dari baja." ujar Alana lagi. Sean dan Alana berjalan mendekat ke arah pintu tersebut.
"Kau tidak tahu pintu apa ini?" ujar Sean.
"Iya, aku tidak tahu, aku saja belum pernah melihatnya." ujar Alana.
"Ini pintu yang digunakan sebelum terjadinya ledakan" jelas Sean lepada Alana.
"Pintu seperti ini?" tanya Alana.
"Iya." ujar Sean.
"kau tahu darimana?" ujar Alana.
"Ada beberapa buku yang menarik di ruang kerja ayahku, aku mengambilnya diam-diam." ujar Sean dengan santai."Anak nakal." ujar Alana sambil terkekeh pelan. Alana kemudian mencoba membuka pintu tersebut, tapi tidak berhasil.
"Bagaimana cara membuka pintu ini?" tanya Alana yang mencoba membuka pintu didepannya.
"Tidak ada layar atau tombol untuk membukanya, dan untuk apa besi panjang yang menempel ini?" ujar Alana kembali.
"Memang tidak ada layar atau tombol, dan besi panjang ini digunakan untuk membuka pintu ini, ini adalah gagang pintu." ujar Sean sambil terkekeh melihat Alana yang bersusah payah membuka pintu tersebut. Sean mengambil kendali, mencoba untuk menarik gagang pintu agar terbuka, tapi sia-sia karena pintu itu terkunci.
"Pintu ini terkunci" ujar Sean.
"Jadi bagaimana?" tanya Alana.
Sean berpikir sejenak, dan kemudian dia teringat salah satu halaman pada buku yang menjelaskan tentang membuka pintu yang terkunci, yaitu dengan menggunakan klip kertas, dia kemudian teringat dengan pesan yang didapatkannya, ada klip kertas yang disebutkan disitu.
"Kau mau apa?" ujar Alana.
"Mengambil klip kertas" balas Sean.
"Klip kertas, maksudmu yang ada dalam pesan waktu itu?"
"Iya, kau membawanya?"
"Tidak, aku tidak tahu apa klip kertas itu, aku hanya membawa tali berukuran 2m, pisau lipat, dan jepitan hitam kecil milik ibuku." ujar Alana.
"Waktu itu, ketika kau melihat tasku, kenapa kau tahu dengan yang kubawa sama dengan isi pesan tersebut?" tanya Sean kepada Alana.
"Karena aku melihat tali dan pisau lipat, menurutku itu cukup mewakili semua barang yang harus dibawa menurut isi pesan tersebut." ujar Alana.
"Begitu ya!" ujar Sean setelah mendengarkan pernyataan Alana. Sean mengambil klip kertas yang dibawanya, ada 1 klip ukuran besar yang dibawanya, yang digunakan sebagai pencungkil.
Sean perlu memastikan bahwa lebar klip tidak terlalu kecil sehingga Klip itu bisa masuk ke dalam lubang kunci, dan memiliki panjang yang cukup agar dapat dengan mudah dipegangnya saat memutarnya. 'Klek' bunyi pintu yang terbuka.
"Terbuka, ayo masuk" ujar Sean.
"Kau yakin?" Tanya Alana.
"Tenang saja, aku akan menjagamu" ujar Sean.
"Dasar!" ujar Alana yang jengkel.
Sean hanya tertawa kecil mendengar kekesalan Alana. Sean kemudian mengambil tablet yang berada didalam tasnya, untuk digunakan sebagai alat penerangan. Dia berjalan didepan untuk memimpin jalan."Kalau kau takut, remas saja bajuku." ujar Sean.
"Siapa bilang aku takut!" tanya Alana.
"Napasmu yang tidak beraturan menjelaskan semuanya." ujar Sean sambil terkekeh, karena sedari tadi nafas Alana tidak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST
Science Fiction•1• "Mereka yang tersisa dan mereka yang harus tersiksa" Alana Freeds seorang remaja perempuan berusia 16 tahun yang tinggal dan hidup dengan kedua orang tuanya yaitu Mark Freeds dan Angela Freeds. mereka tinggal dan hidup di kota yang bernama Fale...