Dia menarik membawa Alana ke lorong yang ada disebelah Alana, bersembunyi dari para murid yang dikendalikan itu.
Alana mencoba melepaskan diri dari bekapan tersebut, tapi orang yang membekapnya sangat kuat, Alana berhasil membuka mulutnya dan menggigit pemilik tangan tersebut.
"Arghh, kau gila!"
Alana yang hendak melarikan diri, langsung membalikan badan karena mendengar suara pemilik tangan tadi, dia mengenalkan suara itu.
"Sean, kaukah itu?"
"Iya bodoh, apa perlu kau menggigit tanganku?"
"aku tidak tahu kalau itu kau." Setelah Alana berkata begitu, Sean tidak merasakan sakit di tangannya karena gigitan Alana, dia malah tersenyum karena ingin menggoda Alana.
"Jadi kalau itu aku, apa yang akan kau lakukan?" sambil menaikkan Alis dan tersenyum manis menatap Alana. Alana sudah tahu tujuan Sean, dan dia tidak ingin termakan dengan hal tersebut.
"Aku akan..." kata Alana yang menggantungkan kalimatnya sambil tersenyum manis menatap Sean.
"Akan apa?"
"Mematahkan tanganmu."
"Dasar, kau memang tidak bisa diajak bercanda." Alana kemudian tertawa menanggapi kekesalan Sean, Sean kemudian juga ikut, kekesalannya hilang entah kemana ketika dia melihat Alana tertawa lepas, dan alasannya itu karena dia. Sehabis tertawa Alana langsung menetralkan nafasnya, dan menatap lurus Sean. Dan dia akan bertanya kenapa Sean membekapnya.
"Ada apa denganmu, pakai acara tutup mulut? Aku jadi tidak bisa bernafas." belum selesai Alana berbicara, Sean langsung membekap mulutnya.
Sean membekap mulut Alana, karena dia yang sedikit menaikkan volume suaranya, Sean menjadi kalang kabut karena itu, dalam pikirannya hanyalah apa akibat jika mereka ketahuan.
"Jangan kuat-kuat bicaranya, kalau kita sampai ketahuan?, kau mau tanggung jawab, marahnya di tunda dulu ya." Alana menggumam di balik tangan Sean.
"Apa aku tidak dengar?" ujar Sean.
Alana kemudian memutar bola matanya, jelas Sean tidak mendengar perkataannya, secara mulutnya sedang ditutup dengan tangan Sean. Alana kemudian menarik tangan Sean menjauh dari mulutnya, dan langsung menatap sinis pada Sean."Jelas kau kau tidak mendengar perkataanku, kau tadi menutup mulut aku."
"Lupa" Kata Sean sambil tertawa.
"Dasar, kau itu mempunyai wajah yang tampan tapi bodoh.". Alana yang spontan berbicara.
"Aku tampan?" kata Sean sambil tersenyum dan menaikkan salah satu Alisnya. Alana menjadi Salah tingkah dia salah bicara tadi.
'Apa yang aku katakan?, dasar bodoh' batin Alana.
"Aku tampan sekali bukan?" ujar Sean yang membanggakan dirinya.
"Biasa saja." jawab Alana.
"Tapi tadi kamu bilang aku tampan, kenapa kau tidak berpendirian Alana? Akuilah!" Sean menatap Alana yang semakin salah tingkah."
"Wajahmu tidak perlu memerah seperti itu." kata Sean sambil mencolek bahu Alana, Sean kemudian hampir tertawa tapi dia menahannya karena tidak ingin kedengaran.
"Dasar" Alana menjadi kesal, dan memutuskan untuk berjalan menjauh dari Sean.
Sean masih sibuk dengan menahan tawanya sampai dia melihat Alana yang berjalan menjauh, Sean kemudian mengikutinya dari belakang.
'Kenapa dia? apa dia marah?' Batin Sean.
"Alana kau mau kemana?" tapi tidak ada jawaban dari Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST
Science Fiction•1• "Mereka yang tersisa dan mereka yang harus tersiksa" Alana Freeds seorang remaja perempuan berusia 16 tahun yang tinggal dan hidup dengan kedua orang tuanya yaitu Mark Freeds dan Angela Freeds. mereka tinggal dan hidup di kota yang bernama Fale...