18

11.1K 1K 54
                                    

"Andrew, kamu harus mengingat semua jalan, lorong, pintu dan ruangan di gedung ini." ujar Sean.

"Baiklah." ujar Andrew.

"Sekarang, ayo kita pergi ke lorong utama." ujar Sean, seperti perintah bagi yang lainnya.

Mereka semua berjalan pelan, berhati-hati dan memperhatikan sekitar mereka, barisan mereka teratur dan arah mereka jelas menuju ke lorong utama. Barisan terdiri dari Andrew yang berdiri sendiri didepan, Alana dan Sean di barisan kedua, dibelakang mereka yaitu Alex dan Sally, kemudian ada 2 teman mereka yang lainnya dan paling belakang ada Jack dan Petra dan dibelakang mereka adalah yang tersisa. Diperjalanan Alana teringat bahwa dia dan Sean belum sepenuhnya menyusuri bagian kanan lantai ini.

"Sean, kita belum menyusuri seluruh bagian kanan di lantai ini." ujar Alana.

"Tenang, aku sudah melakukannya." ujar Sean dengan santai.

"Kapan, dengan siapa?" tanya Alana.

"Tadi, waktu kita beristirahat, hanya aku sendiri." ujar Sean.

"Kau ini, seharusnya kau beritahu aku." ujar Alana yang kesal.

"Tidak akan terjadi apa-apa padaku jangan khawatir." ujar Sean dengan senyuman yang menghias diwajahnya.

"Aku tidak khawatir denganmu." ujar Alana cuek.

"Benarkah?" ujar Sean dengan menaikkan salah satu alisnya.

"Iya." ujar Alana.

"Sally.." ujar Sean tiba-tiba.

"Kenapa Sean?" tanya Sally dengan.. antusias?

"Bisakah kau bertukar posisi dengan Alana" ujar Sean santai.

"Dengan senang hati.." ujar Sally.

"Kau pindah kebelakang." ujar Sean dingin.

"Minggir." ujar Sally yang sudah berada disebelah Sean. Alana kemudian berpindah ke samping Alex, sementara Sally berpindah ke sebelah Sean.

"Hai Sean."

Sean tidak menggubris sama sekali perkataan Sally.

"Hai Alana."

"Oh hai, Alex." ujar Alana dengan senyum.



Mereka hampir sampai di lorong utama, mereka mendengar geraman dan kertak gigi.

"Itu pasti mereka, hati-hati jangan sampai kalian lengah." ujar Sean.


Belum berapa detik mereka menginjakan kaki di lorong utama, meskipun keadaan gelap, para Vary dapat melihat mereka, mata mereka yang sangat terang seperti bercahaya, adalah satu-satunya hal yang dapat dilihat Alana dan lainnya.

"Andrew sebelah kirimu." ujar Sally.


*dor* bunyi suara tembakan.

Alana yang berlari ke sebelah Andrew dan menembak salah satu Vary yang mendekat, membuat semua tercengang, Alana dapat menembak dan membidik Vary tersebut dengan tepat, meskipun keadaan di tempat itu sangat gelap.

"Kamu tidak apa-apa?" ujar Andrew.

"Tidak." ujar Alana singkat.

"Biar aku saja yang didepan bersama Andrew." ujar Alana tanpa menoleh kebelakang dan menunggu persetujuan mereka.

Alana bergerak ke tempat Vary yang dia tembak tadi, meskipun dengan penerangan minim yang hanya didapatkan dari tabletnya sendiri, dia melihat di bagian mana Vary tersebut tertembak, dan ternyata di leher.

*dor* bunyi suara tembakan.

Ketika Alana berdiri dia mendengar suara tembakan, refleks dia langsung menengok dan melihat kearah tembakan, ternyata ada Vary dibelakangnya, Vary tersebut terjatuh, Alana kaget karena Vary itu sangat dekat dengannya, dia menoleh dan mencari asal tembakan tadi, ternyata tembakan tersebut berasal dari Sean


"Kau tidak apa-apa?" tanya Sean pada Alana.

"Tidak, aku tidak apa-apa." ujar Alana tanpa menatap Sean, dia kembali melihat Vary tersebut tepatnya dibagian yang terkena tembakan, tembakan Sean juga tepat di leher Vary tersebut.

Alana kemudian berdiri dan menyesuaikan dengan barisan, mereka berjalan kembali di lorong utama, tanpa ada tanda atau apapun, terdengar suara larian dan geraman yang datang mendekat ke arah mereka.

"Semua awasi sekitar kalian, para Vary mungkin sudah melihat kita!" ujar Sean.

THE LASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang