2

24.9K 1.9K 77
                                    

Kendaraan mereka telah sampai di depan gerbang, bersamaan dengan itu Alana terbangun dari tidurnya dan segera menyusul murid-murid yang turun mendahului dia.

"Yang baru tiba, segera berkumpul di aula sayap kiri!" seperti itu pengumuman yang disampaikan lewat pengeras suara secara berkala.

Para siswa berbaris dengan tertib menuju aula sayap kiri. Sesampainya di sana, sudah ada murid-murid yang telah mendahului mereka.
Gadis itu tidak menghiraukannya dan langsung duduk di bangku sesuai urutan.

Dia  mendongakkan kepalanya kedepan untuk mendengar penjelasan yang akan diberikan oleh para pemimpin sekolah.

Seorang wanita berpostur tegap bangkit dari kursinya dan berjalan menuju ke depan untuk menyampaikan sambutan singkat.

"Selamat datang, perkenalkan nama saya Melanie Carts, Kepala sekolah disini dan saya berdiri disini dengan tujuan untuk menjelaskan sesuatu yang menurut saya, kalian semua telah mengetahuinya. Meskipun begitu, hal tersebut sangat penting untuk diingatkan kembali! Seperti yang kalian tahu, bahwa ; kota kita Falen, adalah salah satu kota yang berhasil didirikan dari ledakan dan seperti yang kalian tahu juga bahwa, hanya sedikit yang dapat membangun kembali sebuah kota, apalagi dengan semua fasilitas yang kita punya disini, maka perlu saya ingatkan, semua itu didapatkan dengan kerja keras tentunya."
"Hal tersebut dapat dilakukan karena semua orang yang berhasil hidup bekerja keras dan saling mengemukakan pendapat mereka masing-masing. Dimasa itu ilmu pengetahuan menjadi hal yang paling penting dari lainnya dan oleh sebab itu pemerintah sangat memperhatikan sistem pendidikan di tempat ini dan institusi ini membantu para murid mendapatkan pendidikan yang terbaik dan dapat membantu perkembangan kota Falen, sekian dari saya, terima kasih."

Akhir pidato yang disampaikan wakil kepala sekolah itu, disambut dengan tepuk tangan oleh para murid.

Setelah menutup penjelasan dari Mrs. Melanie, kemudian muncul sosok yang tak disangka-sangka, yaitu Bernard, pemimpin kota Falen.

'Apa yang dia lakukan disini?' Batin Alana.

Alana heran dengan kedatangan pemimpin kota mereka. Setelah bercakap-cakap dengan wakil kepala sekolah, semua murid disuruh pergi ke kelas masing-masing secepatnya, meninggalkan Bernard dan Melanie.

Ketika akan keluar dari aula, Alana yang didorong rasa ingin tahunya menengok kebelakang, tampak disana Melanie dan Bernard mendiskusikan sesuatu yang menurutnya kelihatan begitu penting.

Tapi menurut Alana, itu bukan urusannya dan tidak ada sangkut pautnya dengan dia.

A-1
Melihat tanda yang berada di depan pintu, Alana langsung menunjukan identitasnya lewat kartu yang dimilikinya. Kartu tersebut diwajibkan untuk dimiliki semua siswa di sekolah itu. Kartu kecil tersebut di hadapkan kedepan layar kecil di sebelah pintu masuk, dan pintu akan terbuka dengan sendirinya. Cukup canggih bukan untuk sebuah kelas.

Ternyata sudah ada beberapa siswa yang berada di dalam kelas.

Ia langsung masuk kedalam ruangan dan memilih tempat duduknya, di meja yang di tempatinya terdapat sebuah layar. Alana langsung duduk mengisi identitasnya pada meja yang merupakan layar besar dengan menyentuhnya.

Setelah selesai mengisi identitasnya, layar pun dengan sendirinya diinstall dengan berbagai macam pelajaran.
Hal ini sudah tidak asing lagi bagi mereka, semenjak ledakan, manusia dipaksakan untuk meningkatkan perkembangan teknologi.

Beberapa detik setelah itu pada salah satu sisi meja, ada laci yang otomatis keluar. Di dalam laci tersebut, ada tablet kecil yang digunakan untuk menscan semua pelajaran yang ada di layar meja. Dengan otomatis semua pelajaran tersalin didalamnya, agar para siswa dapat belajar kembali dirumah tanpa menggunakan buku, melainkan dari tablet tersebut.

Tablet itu juga bukan cuma untuk menscan pelajaran, tablet itu dapat di gunakan menjadi kamera, untuk menghubungi dengan jarak yang tidak terlalu jauh, menunjukan waktu, tempat, suhu, cuaca.

Semua fasilitas tersebut gratis didapatkan oleh semua murid, termasuk Alana. Semuanya diharuskan memiliki itu semua.

Alana langsung mengambil tablet tersebut dan memindai semua data yang ada di layar mejanya.

Setelah selesai dengan berbagai macam hal tersebut, ia langsung mengatur tablet sesuai keinginannya, Alana mengatur waktu, suhu, tempat di layar utama.

Layar kedua adalah semua pelajarannya, didalam tablet tersebut sudah ada seluruh kontak para murid, tapi tidak dengan orang dewasa, meskipun dengan orang tua Alana sendiri dan seluruh kontak tersebut ada di layar ketiga, kapasitas yang dimiliki tablet tersebut tidak terbatas.

15 menit kemudian
semua siswa telah ada di kelas, karena semua bangku telah diduduki. Tak lama berselang seorang guru masuk, dia mungkin tidak terlihat seperti guru tapi terlihat seperti mayat hidup.

Bayangkan saja jika guru yang mengajar berbicara dengan nada yang datar, wajah tanpa ekspresi, dan masih banyak hal membosankan lainnya.

Pelajaran pertama telah berakhir dengan baik, tugas yang diberikan oleh gurunya yaitu, menyuruh para murid membuka sebuah pelajaran dan membuka halaman tertentu dan mengerjakan essai yang ada di halaman tablet tersebut.

Segera ketika guru tersebut keluar, ruangan tersebut menjadi gaduh, para penggosip dan berandalan, yang membentuk geng tak wajar, berkumpul di tempat paling belakang.

Alana sulit bergaul, dia hanya duduk sendirian. Karena guru yang akan masuk tak kunjung datang, Alana bersandar pada dinding disebelahnya, karena terlalu lama akhirnya dia tertidur.

"Jangan! argghh..."
Alana terbangun dari tidurnya, mimpi itu lagi.

Tanpa Alana sadari seisi kelas memperhatikannya, kemudian tertawa terbahak-bahak karena tingkah Alana.

"Dasar Aneh!" ujar mereka serentak.

Tapi dia tidak pusing, dia masih takut sekaligus penasaran dengan mimpi yang sering didapatinya ketika menutup mata.

Setelah selesai dengan kegiatan sekolahnya Alana kembali ke rumah menggunakan kendaraan sekolahnya.
Sepanjang perjalanan, Alana terus menerus dihantui dengan mimpi-mimpi anehnya.

THE LASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang