Mataku terpaku pada chocolate mousse yang baru saja kubuat, mencoba mengabaikan rasa kantuk yang sudah menyiksaku sedari tadi.
Aku begadang semalaman untuk membuat postingan blog terbaru, harusnya aku bangga karena terpilih dari sekian banyak food blogger untuk me-recook salah satu resep food blogger senior-Rosie Nelson, yang memutuskan pensiun akhir bulan ini.
Sialnya akhir-akhir ini Gold Feather selalu penuh, setiap pulang aku selalu langsung tidur karena lelah. Sementara deadline post terakhir adalah besok, dengan waktu yang sangat sempit aku sangat bersyukur bisa mere-cook resep lasagna terkenal milik Rosie dengan hasil yang cukup enak.
Harusnya sekarang sudah tidak apa-apa, aku telah meminta Audrey untuk mengecek draft postinganku sebelum benar-benar aku publish besok.
Aku menguap cukup lebar saat memotong wortel, mataku terasa sangat berat. Dengan hati-hati aku menyisir keadaan dapur, hari ini cukup sepi dan restoran akan tutup satu jam lagi, mungkin jika aku memejamkan mataku sebentar tidak akan ada yang benar-benar tahu.
Kupejamkan mataku perlahan, mencoba mengabaikan panasnya dapur. Aku tidak berbaring sama sekali tapi rasanya ini sangat nyaman.
"..Maya.."
Samar-samar kudengar suara Alfi yang lebih pelan dari bisikan.
"May.."
"Aaawwww!!"
Kubuka mataku dengan cepat karena merasakan benda keras menabrak kepalaku. Melihat sendok yang tergeletak disamping tempatku berdiri pasti sendok yang dilempar kekepalaku tadi.
"Cuci muka!!, disini bukan tempat tidur!!", teriakan Dewa membuatku terlonjak.
"Yes chef!"
Pasti Dewa yang melempar sendok tadi. Kuusap bagian kepalaku yang masih terasa nyeri sambil melangkah cepat menuju toilet.
Pemandangan yang kulihat dikaca sangat menyeramkan, mukaku terlihat pucat dengan lingkar hitam yang cukup kentara dimataku.
Aku mendengus kesal dan mencuci mukaku dengan kasar. Tanganku merogoh kotak tic-tac dari saku celana dan memasukkan butir-butir permen rasa spearmint itu kedalam mulutku-aku butuh sesuatu untuk dikunyah agar tetap bangun.
Saat aku keluar dari toilet Alfi langsung berbisik meminta maaf, aku tahu ia telah mencoba membangunkanku tadi.
Aku bersumpah akan bangun siang besok, aku off dan mungkin akan ke Gold Feather sebentar untuk membantu saat jam makan siang dan pergi bersama Dewa ke flower festival.
Sengaja aku mencuci wajan dan perabotan lainnya dengan cepat, aku hanya ingin cepat-cepat pulang dan tidur dikasurku yang nyaman.
Sudah beberapa hari ini aku langsung pulang tanpa menunggu Dewa, ia selalu pulang lebih larut karena kritikus makanan, Violet krauss, akan datang minggu depan. Dewa selalu sibuk menyiapkan semuanya bersama Erwin.
Kalau saja Alfi tidak menegurku, aku pasti sudah ketiduran di loker tadi, ia tersenyum lebar yang diikuti oleh kekehan Adam dan Jaka.
"Gimana kepala kamu?", tanya Mala yang sudah rapih dengan ransel dipunggungnya.
"Gapapa sih, cuma nyeri doang, itu juga udah nggak ada rasanya", jawabku sambil tersenyum.
"Make sure you have enough sleep sweetie", saran Tiya yang lewat didepanku.
"Thank you, im gonna remember that", jawabku sedikit bergumam.
"Enough with that fake responses, jadi Maia, what happen?", Tanya Jaka dengan lantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Blackout
ChickLitMaia Herra, Food blogger terkenal, terpaksa harus mengikuti keinginan Papinya untuk bekerja di Restoran terkenal milik teman ayahnya, Head Chef yang sangat galak. Dewa santoso, Head Chef sekaligus pemilik restoran Gold Feather, tidak pernah percaya...