Menu 14: Moving Up

50.9K 4.2K 30
                                    

Sudah hampir seminggu kami tidak berbicara, rasanya sangat menyiksa sekaligus menjengkelkan. Semenjak kejadian itu hubungan kami jadi canggung, jika sudah ingat begitu aku hanya bisa merengek sambil memakan es krim langsung dari wadahnya sendirian.

Hari ini restoran tidak sepenuh biasanya, tapi pesanan untuk dessert lumayan banyak. Aku sedang menunggu macaron untuk matang sambil mencuci spatula dan loyang-loyang.

"Aleksey, menurut kamu sausnya enak pakai peanut butter apa karamel ya?"

Tapi orang yang kutanya hanya diam, ia bahkan tidak mendengarkan. Aleksey sering melamun akhir-akhir ini, pekerjaannya tetap bagus tapi ia jadi sering menjatuhkan pisau ataupun loyang-loyang.

"Aleksey", kupegang lengannya.

"Oh iya maaf, bisa tolong cek macaron di oven?, udah kamu bikin kan?", tanya Aleksey sedikit kewalahan.

Kupandangi ia dengan aneh, aleksey kembali melelehkan cokelat untuk menghindari tatapanku.

Ia seharusnya sudah akan berhenti bekerja besok, karena Aleksey akan pulang ke Russia lusa untuk mempersiapkan pernikahannya disana.

Perhatianku teralih saat melihat loyang-loyang berisi macaron, hatiku mencelos saat melihat macaron itu tidak berkaki sama sekali, apakah aku melakukan kesalahan?.

Ini gawat karena permintaan magic chocolate flower dessert yang berisi macaron dan buah-buahan segar dan disiram saus anglaise sangat meningkat akhir-akhir ini. Stok macaron sudah hampir menipis jika ini gagal berarti kami harus lembur untuk membuatnya lagi.

Dengan tangan bergetar kuambil loyang panas itu menggunakan kitchen towel. Benar saja, macaronnya lebih terlihat seperti dot-dot bulat besar yang aneh, sama sekali tidak menggiurkan.

Dengan hubunganku dan Dewa yang sedang memburuk dan kesalahan seperti ini, kakiku sudah terasa lemas membayangkan sangsi apa yang akan ia berikan padaku.

"Apa ini?!"

Teriakan Dewa dibelakang telingaku membuatku sedikit terlonjak, jantungku berdegup kencang. Aku merasa amat bersalah.

"Kamu yang buat?, bisa buat meringue nggak sih?!, ini pasti salah waktu kamu kocok putih telurnya!, harus sampai mengkilat!", Dewa berteriak tepat didepan mukaku.

"Aleksey!!"

Badanku terasa menegang saat Dewa memanggil Aleksey, memang semua yang kulakukan harusnya dibawa pengawasan dia. Aku merasa tidak enak karena kesalahanku Aleksey jadi ikut terkena imbasnya.

"Yes chef", jawab Aleksey cepat.

Dewa meraih kasar macaron langsung dari loyang dan menunjukkannya didepan mata Aleksey.

"Apa ini?, kamu jelas tahu popularitas dessert ini lagi naik, hampir semua customer ke Gold Feather cuma untuk pesan ini sekarang, dan kamu nggak mampu untuk supervise Maia buat macaron yang benar??", Ucapan dingin Dewa terasa menusuk.

Aleksey masih diam menunduk, aku tidak bisa melakukan apa-apa karena memang aku yang salah. Aku tidak bisa tiba-tiba jadi pahlawan kesiangan.

Mata kami semua membelalak saat Dewa menarik kerah double brested jacket Aleksey dan mendesis didepan mukanya.

"I told you to supervise her"

Setelah itu Dewa melempar Aleksey dengan mudah kelantai, punggungnya menabrak kitchen counter cukup keras.

Aku sudah hampir ingin bergerak menolongnya tapi Aleksey sudah terbangun lebih dulu dan malah merapihkan apronnya.

"Yes chef!", jawab Aleksey lantang.

Sweet BlackoutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang