Dua tiket mini konser Stripe Noodles masih tersimpan rapih diantara buku notesku. Rencananya aku ingin mengajak Dewa, tapi karena ia sibuk tentu saja ia jadi tidak bisa datang.
Stripe Noodles adalah band indie dengan spesialisasi mengcover lagu-lagu terkenal. Aku mengidolakan mereka sejak jaman SMA, konsep yang mereka usung sangat unik-selalu memakai topeng masquerade bergaris-garis biru. Sampai sekarang tidak ada yang tahu bagaimana wajah mereka sesungguhnya.
Mungkin aku akan melewatkan konser ini, bisa saja sih aku pergi sendirian, toh tempatnya di sebuah cafe kecil dipinggiran kota.
Bisa jadi keputusanku salah, atau tidak. Karena sekarang aku sedang duduk dipojokan sambil memakan potato wedges dengan wajah malu-malu. Sneakers yang kupakai terus berdecit saat aku menggesekkan kakiku dengan lantai, aku sedikit ragu jika ingin membuka jaket kulitku karena hanya memakai kaus souvenir bertuliskan Stripe Noodles dengan topeng masqueradenya yang khas itu-kudapat saat dapat menjawab pertanyaan dengan benar di mini konser mereka beberapa tahun yang lalu.
Seharusnya konser akan dimulai lima menit lagi. Aku sudah tidak sabar mendengar suara Blue-vokalis Stripe Noodles, yang sangat seksi itu.
Lampu cafe yang meredup pertanda konser akan segera dimulai. Hampir mustahil menonton Stripe Noodles dengan hanya duduk manis.
Aku langsung berteriak girang saat Blue dan anggota band yang lain naik keatas panggung. Blue memakai celana jeans belel dan kaos hitam dengan aksen tribal yang keren, ia setia dengan topeng masqueradenya. Tapi hal yang paling menarik perhatian adalah kali ini ia mencat rambutnya menjadi warna silver.
Semua langsung berjingkrak saat mereka mulai memainkan lagu bohemian rhapsody yang fenomenal itu, mereka kemas menjadi lebih nge-pop dengan sentuhan EDM yang ciamik. Aku hampir-hampir lupa aku tadi hanya gadis-pemalu-yang-hanya-duduk-dipojokan.
Suasana sedikit melembut saat suara seksi Blue mengalunkan lirik sugar milik band fenomenal Maroon 5 yang romantis itu. Petikan gitar Blue larut sempurna dikeheningan malam.
Sebagai penutup Mereka memainkan lagu Rude milik Magic!, dengan nada groove. Aku sampai berdiri untuk ikut bergoyang kecil seperti yang lain.
Teriakan makin liar saat Blue turun dari panggung dan masuk kekerumunan penonton. Semua orang berusaha menyalaminya dan ia tetap menyanyi tanpa henti.
Hatiku berdetak keras karena Blue berjalan menghampiriku. Sebisa mungkin kututupi rasa grogiku dengan pura-pura membereskan rambutku yang sebenarnya masih rapih.
"Can i have you baby for the rest of my life?, say yes, say yes 'cause i need to know", Blue meraih tanganku dan menggenggamnya.
Perhatian seisi cafe langsung tertuju pada kami, teriakan riuh terdengar dimana-dimana.
Badanku langsung menegang, aku tidak percaya Blue bahkan mengganti liriknya sedikit dan memegang tanganku saat menyanyikannya. Aku bersumpah suara Blue jadi lebih seksi dari biasanya.
"You say i'll never get your love till the day i die.."
Semua langsung bergumam tidak jelas karena Blue tiba-tiba berhenti sebelum dapat menyelesaikan liriknya.
Ia menatapku lurus dari balik topengnya, Blue menyunggingkan senyum kecil dan membungkukkan badannya padaku.
"Dia udah ngelamar kamu?", suaranya lebih rendah dari bisikan.
Otakku seperti langsung error, apa dan siapa yang sedang ia bicarakan?. Aku tidak mengerti sama sekali.
"Hahh??", responku bodoh.
"Though luck my friend, but 'No!' Still means 'No!'", ia melanjutkan liriknya tiba-tiba dan mencium pipiku singkat.
Mataku langsung membelalak karena tindakannya barusan. Riuh penonton makin liar dan aku masih diam mematung. Satu hal lagi yang masih belum bisa kumengerti, ia menyelipkan gelangnya ditanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Blackout
ChickLitMaia Herra, Food blogger terkenal, terpaksa harus mengikuti keinginan Papinya untuk bekerja di Restoran terkenal milik teman ayahnya, Head Chef yang sangat galak. Dewa santoso, Head Chef sekaligus pemilik restoran Gold Feather, tidak pernah percaya...