Sebisa mungkin tidak kuperdulikan tanganku yang mulai gemetar karena terlalu lelah. Aku menyesal tidak memakan sesuatu yang lebih mengenyangkan tadi-padahal risottonya enak sekali. Bisa saja aku pura-pura ijin ketoilet sekali lagi, jika saja hal itu tidak kulakukan sekitar sepuluh menit yang lalu. Entah kenapa aku merasa gampang sekali cepat lelah akhir-akhir ini, padahal biasanya aku tergolong orang yang memiliki stamina cukup bagus.
Magic chocolate heart buatanku ternyata sangat digemari pengunjung. Jujur aku sangat senang, tapi itu berarti aku harus bekerja ekstra keras juga. Dan sungguh aku mengerti kenapa tidak ada staf Gold Feather yang benar-benar menyukai hari kasih sayang. Simpel, semua meja penuh karena reservasi sejak sebulan yang lalu dan tiket menumpuk didapur, suaranya sungguh membuatku jadi gelisah.
"Maia, muka kamu pucet", ujar Aleksey sembari memotong Chocolate Fudge Cake.
"Eh, iya?, aku gapapa kok", semoga senyumanku tidak terlihat aneh.
"Perlu aku bilang Chef?", duh, Aleksey jelas tahu kalau aku berbohong.
"Jangan!, sebentar lagi juga kita tutup kan?, aku gapapa beneran", kilahku cepat, harusnya sih aku masih bisa bertahan untuk tiga jam kedepan.
Well, mari kita anggap saja aku bisa.
Jadi sebisa mungkin tidak begitu kuperdulikan rasa sakitku dan tetap berusaha seceria biasanya. Dalam kondisi normal bukan hal yang sulit bagiku untuk terus tersenyum sepanjang hari, aku berbohong jika kubilang aku tidak kesulitan untuk menunjukan afeksi simple macam itu hari ini.
"Nanti malem nonton Deadpool aja ya?"
Suara Baritone Dewa mengagetkanku, kupandang ia tidak setuju. Ini giliranku untuk memilih film apa yang akan kami tonton nanti malam sembari bermalas-malasan. Pilihanku telah jatuh pada zootopia dan Dewa tidak bisa mengintervensinya untuk kali ini.
"Zootopia Dewaa", rengekku manja.
"Deadpool seru", jelas ia masih mencoba bernegosiasi.
"Ahh, kamu mah ihhh..", kugembungkan pipiku karena kesal.
"Yaudah iya"
Kusunggingkan senyum kemenangan pada Dewa.
"Hehehe", dengan sengaja Dewa mengejekku dengan tawa palsunya itu. Tapi ia tetap bisa tersenyum cukup lebar karenanya.
Fokusku kembali teralih pada cream brulee yang sedang kubuat, percakapan kecilku dengan Dewa tadi cukup membuatku sedikit lupa pada rasa pening yang menderaku semenjak tadi.
"Maia", Dapat kudengar Mala berbisik.
"Kenapa?"
"Kok kamu gampang banget sih bikin Chef senyum?, didapur lagi?!", tanyanya antusias.
Untuk sesaat aku merasa seperti punya kekuatan super. Tentu saja aku bisa, kan aku istrinya Dewa dan dia juga mencintaiku seperti aku mencintainya.
"Kalo aku bisa bikin Chef senyum lagi tanpa ngomong satu kata pun, kira-kira bisa jadi bahan taruhan nggak?", kunaikkan salah satu alisku penuh percaya diri.
"Seliter Ben and Jerry's!!", jawabnya bersemangat.
Kuanggukkan kepalaku dengan cepat, Ben and Jerry's merupakan tawaran yang sangat berharga untuk dilewatkan begitu saja.
"Dewa", kupanggil ia yang kebetulan lewat disampingku."Apa?", ia menjawab tanpa menoleh.
Karena aku tidak merespon apa-apa, ia mengangkat kepalanya dengan malas, dan saat itu juga langsung kutampilkan senyuman termanis yang bisa kubayangkan pada Dewa. Awalnya ia bingung dan malah mengkerutkan keningnya, tapi karena aku masih terus tersenyum ia jadi mulai tersenyum lebar juga. Kutepukkan kedua tanganku pelan saat ia melakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Blackout
ChickLitMaia Herra, Food blogger terkenal, terpaksa harus mengikuti keinginan Papinya untuk bekerja di Restoran terkenal milik teman ayahnya, Head Chef yang sangat galak. Dewa santoso, Head Chef sekaligus pemilik restoran Gold Feather, tidak pernah percaya...