Chapter 22

7.5K 573 81
                                    

Part ini agak ngayal n ngawur dikit maklum, aye kan gak ngerti masalah hukum. Jadi di iya iya in aja yah .. hihi

Happy reading...

****

Menghilangnya Alya sedari pagi membuat Ali akhirnya berangkat sendiri ke pengadilan. Selama perjalanan, ia menghubungi pak Agung yang ternyata telah bersiap disana.

"Ando sudah ada sama saya..."

"Irwan? Apa dia sudah disana?"

"Belum. Kami hanya berdua disini..."

Berarti kak Alya juga gak disana? Dimana dia?? Pikir Ali. "Ya udah pak agung, sebentar lagi saya sampai. Kita ketemu disana ya??" Dan dengan itu Ali menutup telfonnya. Berganti menghubungi Alya. Namun percuma, nomor Alya tidak bisa di hubungi.

Tak lama mobil Ali memasuki area parkir pengadilan, ia buru - buru turun dan segera menemui pak agung dan Ando di dalam.

"Pak...." sapa Ali begitu ia sampai.

"Li??"

"Gimana??"

"Sidang akan dimulai 10 menit lagi.." balas pak agung.

"Irwan mana Li??" Tanya Ando.

"Irwan bilang akan sedikit terlambat, kayaknya dia masih berusaha cari rekaman itu..." jelas Ali yang telah mendapat dan membaca pesan yang irwan kirim.

Ando mengangguk. Ia terlihat sangat santai seolah ia tidak takut dengan keputusan apa yang akan ia terima nantinya. Waktu berjalan cepat, kini mereka semua telah berkumpul di ruang sidang. Ketukan palu terdengar, mengartikan bahwa sidang dimulai.

"Sodara pembela, apa sodara telah membawa rekaman yang sodara janjikan??"

"Kami mohon ma'af untuk itu pak. Kami masih sedang mencarinya karna memang kejadian itu sudah sangat amat lama dan......"

"Mohon maaf menyela pak hakim, disini sudah sangat kelihatan pak hakim. Kalau pihak Ando hanya ingin mengulur waktu saja...."

"Kami tidak mengulur waktu..." seru seseorang yang tak lain adalah Alya.

Alya masuk dengan mendorong sebuah kursi roda yang diduduki seseorang. Di dampingi dengan seorang dokter, perawat dan 2 orang yang sepertinya keluarga dari orang yang Alya bawa.

"Ari??" Desah Ali.

"Itu Ari! Dia bangun??" Susul Ando tak menyangka. Ia jadi ingat ucapan ricko bahwa di sidang putusan akan ada 2 orang yang membebaskannya.

Ali langsung berdiri dan mendekati Ari yang tengah di dorong Alya. "Ari?? Lo bangun? Alhamdulilah ya Alloh..." Ali meraih tangan Ari kemudian memeluknya.

Pak agung tersenyum kemudian segera memperkenalkan Ari. Ari pun menjadi saksi kedua dalam kejadian ini. Ia menceritakan semua dengan sangat detail, bahkan ia juga bercerita perihal Ricky yang sering membuat gara - gara.

".....sebenarnya semua ucapan saya ini bisa terbukti kalau 3 teman saya yang lain yaitu Ade, Dimas dan Tegar bisa hadir disini. Mama ricky juga pasti mengenal mereka. Karna semasa Almarhum ricky masih hidup kami sering berkumpul di rumah ricky.."

"Ternyata selama ini saya salah menilai kamu Ri, tante fikir kamu teman ricky. Tapi hari ini kamu telah membuktikan kalau kamu bukanlah teman ricky.."

"Saya hanya mencoba menceritakan kejadian sebenarnya tante. Apa tante tau? Gara - gara pukulan dari ricky jugalah saya sampai koma, memperjuangkan hidup saya. Dan saya fikir, setelah Tuhan memberikan kesempatan pada saya untuk kembali menikmati dunia, kenapa saya harus memulainya dengan kesalahan?" Balas Ari. Mama ricky bungkam.

Cinta Antara  "Ali, Prilly dan Ando"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang