CAAPA || 12

6.7K 399 60
                                    


****

"Jangan bergerak !!!"

Suara teriakan dari salah satu polisi menghentikan lariku. "Angkat tangan !"

Aku berbalik sambil mengangkat tangan ku ke atas. Salah seorang polisi berlari ke arahku, memborgol kedua tangan ku yg ia kunci kebelakang. Dan salah seorang lagi mengambil posisi berjongkok di dekat Ricky yang terbaring tepat di bawahku.

"Dia tewas pak.." ujarnya.

"Apa? Nggak, itu nggak mungkin. Rick, please, bangun Rick, jangan seperti ini.. Ricky..."

Aku berusaha berteriak memanggilnya di tengah polisi yang menyeretku masuk dan membawaku ke kantor polisi.

"Pak, saya tidak bersalah pak. Tolong, lepasin saya.." rengekku pada para polisi itu, namun mereka tidak menggubris sama sekali.

.......

Ali

"Li, apa ando belum pulang?"

"Belum dad.." balasku.

Dad mengangguk kemudian berjalan kembali ke dalam.

"kemana anak itu, seharusnya dia sudah pulang. Ini sudah terlalu larut."

"Sabar ma, tunggu sebentar lagi." ujar dad.

Ini memang sudah jam 08.00 malam. Kami semua dirumah sudah menunghu kedatangan Ando sedari sore tadi untuk merayakan kelulusan. Tapi sampai sekarang, ando belum juga pulang. Entah kemana perginya anak itu.

Tak lama, kami semua mendengar suara mobil polisi berhenti tepat di depan rumah. Dad langsung bergerak untuk membuka pintu di ikuti kami semua.

"Selamat malam.." sapa salah seorang polisi begitu pintu rumah kami terbuka.

"selamat malam, ada yang bisa saya bantu?"

"Apa benar ini rumah saudara Ando?"

Dad menatap ku yang berada di belakangnya. Kemudian kembali menatap polisi itu.

"Benar pak. Apa ada sesuatu?"

"Saudara Ando saat ini berada di kantor polisi, kami terpaksa menahannya atas tuduhan penganiayaan dan pembunuhan."

"Apa?" seru mama terkejut.

"itu nggak mungkin pak, ando nggak mungkin melakukan itu.."

"Anda saudara kembarnya? Tapi maaf, sua bukti mengarah kesana, di tempat kejadian tidak ada siapa pun lagi kecuali mereka bertiga."

"Kami terpaksa kemari karna tidak ada nomor yang bisa kamu hubungi.."

Dad mengangguk. "Terimakasih pak. Kita akan coba kesana.."

..... .......

Plakkkk

"Ma.. Kontrol emosi mu," peringat dad pada mama.

Ando memegang sebelah pipinya setelah mendapatkan tamparan dari mama.

"Apa lagi yang akan kamu lakukan untuk mempermalukan keluarga kita? Mau jadi apa kamu ndo?" histeris mama di tengah tangisnya.

"Ma.."

"Diam, jangan ada yang bela dia lagi. Mama malu punya anak seperti kamu ndo, mama malu.."

"Ma," gertakku. "Apa yang mama katakan? Kita tau mama kecewa ma, tapi tolong jangan seperti itu."

"Memang benar, mama tidak asal bicara. Sudah yang keberapa kali ini dia dibawa ke kantor polisi. Tapi sudah cukup. Jangan ada lagi yang menebus atau menolongnya. Biarkan dia menebus kesalahannya di sini. Dan jangan ada yang berani datang kesini untuk menjenguknya."

Cinta Antara  "Ali, Prilly dan Ando"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang