CAAPA || 16

7.2K 503 14
                                    

****

Apa dia ngigau? Kayaknya Dia masih tidur. Aku melirik kebawah untuk menangkap lebih jelas wajahnya, dalam mata yang terpejam rapat aku bisa melihat kedua alisnya yang menaut dan rautnya yang berubah cemas. Kurasa.

Aku harus membangunkannya. "Prilly...." panggilku sembari menggerakkan sedikit tangan ku yang ia gunakan untuk bantalan kepalanya. "Prill....."

Ia mulai mengerjap dan tak lama ia mengangkat kepalanya saat ia berhasil membuka mata dan duduk tegak ketika melihatku. "Ali? Kamu udah sadar??" Ujar nya dengan mata berbinar. Senyum nya mengembang saat ia bangkit untuk memencet tombol darurat semata untuk memanggil dokter.

"Alhamdulilah...." ujarnya lagi yang kemudian membawa tangan ku yang ia genggam dan menempelkan ke bibir serta hidungnya. dia menangis? Apa dia khawatir sama aku?

"Sumpah aku takut banget, maafin aku ya? Aku kemaren tu cuma becanda aja sebenernya. Tapi aku malah bikin kamu kayak gini!!"

Diam. Hanya itu yang bisa ku lakukan sekarang. Aku tidak tau harus menjawab apa, ucapan dan kata - katanya seolah menggambarkan kalo aku dan dia sudah kenal lama. Dan lagi ia menggenggam tangan ku sangat erat seolah tidak ingin melepasnya.

"Maafin aku ya..." ujar nya lagi.

Aku menghela nafas kemudian mengangguk. "Iya, gak papa! Aku juga udah gak papa kok.. jangan nangis!!"

Tak lama kemudian dokter dan beberapa suster datang, pun Prilly langsung melepaskan genggaman tangannya terhadapku. Membiarkan dokter memeriksaku dengan bebas.

"Bagaimana keadaannya mas?" Tanya dokter padaku setelah memeriksa ku.

"Sudah enakan dok..." jawabku.

"Apa masih ada yang sakit di sekitar dada??"

Aku menggeleng.

"Sudah tidak ya? Nyeri - nyeri mungkin di sekitar dada??"

"Udah enggak dok.. cuma buat nafas aja masih agak sesak!"

Dokter mengangguk kembali. "Okey, jangan lepas selang oksigennya dulu sus. Kita tunggu sampai nanti sore, kalo nanti sudah gak sesak, berarti sudah bisa di lepas!"

"Baik dok!" Balas salah satu suster yang berada di samping dokter itu.

"Yasudah, setelah ini sarapan terus minum obatnya ya? Saya permisi dulu... cepat sembuh mas Ali..."

"Makasih dok.."

Prilly terlihat ikut keluar menemani dokter tapi beberapa saat kemudian dia kembali lagi. Aku memberikan tatapan ramah ku padanya. Dia gadis yang manis, lihat saja cara dia menghawatirkan ku tadi. Rasanya aku sudah kayak orang terdekatnya aja.

"Permisi!!! Mau antar sarapannya pak Ali, ibu..."

Aku menyipitkan mata menatap seorang perawat yang mendorong rak yang berisi sarapan pasien. Apa dia sedang mengira kalo kami suami - istri?

"Iya... terimakasih sus!!" Balas prilly yang membuatku sedikit heran. Dia kelihatan fine - fine aja dengan sebutan itu. Aku tersenyum tipis menatap keduanya.

"Sama - sama!! Sebelum makan, minum obat ini dulu ya ibuk, dan yang lain diminum setelah makan.."

"Yang ini ya?"

"Iya, sisanya setelah makan.."

Prilly terlihat mengangguk mengerti. "Terimakasih..."

"Kembali, saya permisi dulu. Cepet sembuh ya bapak..."

Aku mengangguk tersenyum padanya. Setelah suster itu pergi, prilly membawa senampan sarapanku ke meja. "Sarapan dulu ya?" Ia menekan salah satu tombol pada ranjang otomatis ini dan menata posisiku sampai sedikit duduk dan menyandar.

Cinta Antara  "Ali, Prilly dan Ando"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang