post-pluvial

141 24 3
                                    

hetalia © hidekazu himaruya
no profit is gained in the making.

.

.

seborga/monaco. au.

.

.

Apa kamu begitu merindukan hujan, Fio, sehingga kamu masih tetap mendongak ketika hujan telah reda dan aku telah menurunkan payung kita?

Ralat. Payungku. Kita hanya memakainya bersama secara kebetulan karena sore yang gelap ini tidak mengizinkanmu untuk berlari lagi mencari payung yang ada di toko-toko, yang cukup jauh dari tempat pertemuan kita.

Lagi-lagi pertemuan. Tentu, secara tak sengaja, lagi. Dia dan koleganya, aku dan atasanku. Mereka semua pulang, kami bertumbukan pandangan, tak sadar sejak dua jam yang lalu mengadakan rapat kecil non-formal di tempat yang sama. Dan kami sama-sama tersenyum, untuk suatu hal yang tak kumengerti dan tidak dia permasalahkan, tetapi kita sama-sama menikmati senyuman itu. Setidaknya untukku.

"Hei, apa kauminta hujannya turun lagi?"

Fio tertawa. Titik air jatuh dari helai rambutnya yang mencuat ke depan itu. Aku menggigit bibir.

"Aku hanya memikirkan soal salju."

"Belum musim dingin, tahu."

Gelak renyah membelah sisa gerimis. "Memang. Tapi aku hanya bertanya-tanya. Hei, pernahkah kau melihat kristal salju? Heksagonal, begitu cantik, cabang-cabangnya simetris—bagaimana dia bisa terbentuk di dalam awan yang kelabu, gendut dan jelek itu?"

Aku mengembuskan napas. Cukup panjang untuk diperhatikan Fio, yang membuatnya berkata maaf lalu berjalan dan nyengir—membuatku sendiri sedikit merasa bersalah. Apa aku menyinggungnya?

Namun Fio adalah orang yang terlalu santai untuk kekhawatiran sepele dari seorang gadis yang terlalu perasa. Dengan cepat dia mengalihkan topik. "Akhir minggu ini kosong?"

Tuhan, tolong jangan biarkan aku melemparkan harapanku ke langit. Awan-awan gendut jelek yang kenyang air akan melemparkannya kembali ke bumi!

"Kosong, sepertinya. Kenapa?"

"Ada pameran tunggal seorang modernis. Aku ingin lihat struktur-struktur buatan tangannya. Sayang sekali kalau pergi sendirian, tidak seru."

"—Teman-temanmu?"

Lihatlah pertanyaan penuh harapanku! Betapa berharapnya, ha. Dan kadang-kadang aku merasa sangat kagum, betapa jatuh cinta bisa membuat seseorang jadi penuh harapan dan tetap terapung meski dia tengah berada di lautan bergejolak. Kadang-kadang juga aku bertanya-tanya, barangkali jatuh cinta bisa jadi obat atau terapi untuk seorang pesimisme. Harus dengan waktu dan tempat yang tepat, sayangnya, dan itu semua faktor yang tak sama bagi semua orang—membuat usulanku ini hanyalah bualan di dunia medis. Percayalah.

"Aku belum punya teman tetap di sini. Anak magang, mengerti masalah bersama kita, 'kan?"

"Ah, ya ... baiklah. Janji bertemu di mana?"

"Tidak usah. Kujemput di rumahmu. Aku masih ingat."

Di saat seperti ini, seringkali aku takut. Dunia ini adil, kanan dan kiri, hitam dan putih, berat dan ringan, salah dan benar—bahagia dan lara. Aku takut bayarannya akan seperti apa nantinya. Aku mencoba menghibur diriku dengan mengakali otakku sendiri, dengan berkata bahwa aku sudah cukup menderita beberapa tahun tanpa digubris dengan sepantasnya (itu juga terjadi karena aku tak pernah menunjukkan diri padanya dengan mencolok—salahku juga, sesungguhnya).

"Ba ... iklah. Pukul berapa?"

"Tujuh malam."

"Siap."

Aku sadar aku belum merapikan payungku sesudah sejauh ini kami berjalan.

Kemudian aku tersadar akan hal lain.

"Eh, iya, hari berikutnya, 'kan ...."

"Cuma lihat-lihat ekshibisi tidak akan membuat capek 'kan? Kita tidak akan berpesta semalaman juga, Monique."

Namaku renyah di lidahnya, terjemahan telingaku begitu. Aku melebih-lebihkan. Tapi perbuatan siapa ini? Tentu saja dia—walaupun itu artinya bukan dia juga yang bersalah.

"Bukan begitu," aku menahan gengsi, menggembungkan pipi sedikit dan menggeser letak kacamataku. "Kupikir kau lupa."

"Mana mungkin."

Alpen, dia, dan petualangan pertamaku. Napas, tetaplah teratur.

.

.

a/n: modernist, seni arsitektur sejak 1900—sekarang. tipe seninya yaitu keberagaman, dekonstruktivisme, formalisme, modernisme dan strukturalisme.

[ post - preposisi: setelah




masihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang