hetalia © hidekazu himaruya
no profit is gained in the making..
.
seborga/monaco. au.
.
.
Suatu waktu aku pernah bertanya-tanya, tentang dunia kita yang berseberangan. Tentang kau yang mengurusi ruangan dan rumah tinggal dan aku yang suka berburu ke luar kotakku sendiri. Tentang kau yang memperhatikan banyak detil dan aku yang mencari banyak garis besar dari peristiwa aktual. Tentang kita yang berseberangan, tentang kita yang ada di dua sisi sebuah ruangan; jika kita adalah seperangkat kursi yang menghuni sebuah lokasi berdinding empat.
Kita turun dari mobil dari sisi yang berseberangan. Aku dari kanan dan kau dari kursi pengemudi; kiri, membuatku teringat lagi konsep tentang perbedaan yang kubuat saat kau masih di Basel dan aku mencari jati diri di Roma.
"Selamat datang di Alpen," begitu kaubilang, dan bintang-gemintang mulai bermunculan. Kita tiba di saat yang tidak bagus—salahkan soal ban yang harus diganti itu—tetapi pikiranku pergi ke tempat lain.
Tentang kita dan perbedaan. Tentang perbedaan yang menjadi jarak tipis di antara kita, si jurang yang merupakan celah sempit namun begitu dalam—lalu aku memandangi Alpen dan jarak-jarak antara puncak-puncaknya yang turun dan naik, yang curam dan bersalju-berbatu ...
... semuanya adalah rupa-rupa spasi dan pemisah antara bagian-bagian yang luar biasa.
Tapi mereka tetap satu, Alpen.
Perbedaan turun dan naik, tajam dan tumpul, terjal dan datar, putih dan hitam, beningnya bintang dan kelamnya malam—balance, begitu kata ilmumu, bukankah begitu? Di perjalanan tadi kau sempat bercerita, ketika yang lain tertidur di siang yang dingin, tentang seniormu yang pernah melanggar etika ekuilibrium di rancangannya, yang menaruh terlalu banyak motif di dinding yang membuat dia diserang oleh dosennya.
Begitu, ya.
"Terima kasih," aku memandangmu, dan kita sama-sama tersenyum ketika Alpen ada di depan mata kita.
Kita memang berbeda di beberapa hal, tetapi ketika senyumanmu saja bisa membuatku bahagia—lalu apalagi yang kupersoalkan?
Perbedaan masih ada, tetapi bukankah dia tak penting?