Negative thinking about Satriya

1.5K 39 5
                                    

Maaf ya kalau masih banyak kekurangan dalam hal penulisan atau lainnya. Maklumlah baru belajar hehe. Sekali lagi mohon maaf :) :) ..
================================

"Nih gue kasih edaran dari guru, katanya kita harus mengikuti salah satu ekskul disekolah, langsung daftarin diri aja ya". Satriya berjalan keliling sambil membagikan surat edaran yang di perintahkan guru.

Aku melihat dan membaca surat edaran nya. Ternyata aku tertarik untuk mengikuti ekskul bela diri (silat), dan aku putuskan untuk segera mendaftarkan diri ke kantor.

Aku berjalan dikoridor sekolah menuju kelas ku kembali. Saat aku sedang berjalan santai tiba-tiba ada seseorang yang menabrakku. Aku bingung padahal aku berjalan dengan sangat hati-hati tapi kenapa masih ada aja orang yang menabrakku, apa dia tidak melihatku.

"Aduh sory-sory gue gak sengaja". Ucapnya padaku.

Aku masih menunduk menatap tangan yang sedang memegang bahuku. Lalu aku mengangkat kepalaku untuk melihatnya. "satriya". Ucapku dalam hati. Inilah pertama kali nya aku melihat jelas dia ada dihadapanku, pertama kali nya aku menatapnya dan dia pun sama menatapku. Ada sesuatu yang berdesir di hatiku, lalu aku menepis semua perasaan yang tak jelas itu dan membuangnya jauh-jauh.

"Hati-hati makannya kalo jalan". Jawabku ketus sambil menutupi rasa gugup ku. Apa tadi, gugup? Mungkin ada yang salah sama aku, inget Ri dia hanya cowok nakal yang bukan tipe cowok idaman kamu. Jangan terlalu bawa perasaan ok. Aku mencoba menenangkan diri aku sendiri.

"Iya sory tadi gue buru-buru". Jawabnya tenang.
Lalu aku pergi meninggalkan dia yang masih mematung di tempat. Menurut ku berlama-lama bicara dengan nya hanya membuang-buang waktu saja.

"Dasar cewek aneh".

Aku membalikkan badan ku dan melihat dia sudah beranjak pergi.
Apa tadi?cewek aneh? menurutku lebih tepat nya dia yang aneh. Cowok yang selalu tebar pesona biar banyak yang mengagumi. Huh,, kenapa aku jadi sewot sendiri ya, padahal bukan urusanku. Lalu aku berjalan lagi menuju ke kelas.

Aku duduk di kursi ku seorang diri karena Dewi tidak masuk hari ini, dia tadi menelpon ku katanya sedang ada acara penting keluarga.

Tiba-tiba bu Atikah guru akuntansi kami memasuki kelas, bersiap untuk mengajar.

"Hari ini ibu akan membagi kelompok dan ibu akan mencatat nama kelompok nya di papan tulis. Siapa pun kelompok kalian tidak boleh ada yang tidak setuju. "Jelas bu Atikah.

Mata ku tak lepas melihat ke arah papan tulis untuk mencari namaku dan memastikan kelompok ku. Tak butuh waktu lama aku sudah menemukan nama ku tertulis di papan tulis beserta anggota yang akan sekelompok denganku.bLalu aku membaca tanpa suara.

"Aku

Yuni

Mala

Ardin dan..". Aku terdiam sejenak,"Satriya". Jawabku dalam hati. Lalu aku melihat ke arah Satriya yang juga tak sengaja mata kami saling berpandangan. Dengan cepat aku mengalihkan pandanganku karena entah perasaan apa, setiap melihatnya ada perasaan yang sulit aku jelas. Kenapa ahir-ahir ini Satriya yang selalu memenuhi pikiranku. Gak boleh pokoknya aku gak boleh terbawa perasaan sama bad boy seperti Satriya.

"Sekarang kalian duduk bersama kelompoknya masing-masing nanti ibu akan bagi kan tugas nya". Ucap bu Atikah pada kami.

Kami sudah duduk dengan kelompok kami masing-masing. Kemudian bu atikah memberikan kertas ke masing-masing kelompok.

"Kalian kerjakan dan diskusikan tugas nya dengan kelompok kalian masin-masing dan jangan ada yang berisik. Ibu akan rapat dulu sebentar". Bu Atikah sudah beranjak pergi meninggalkan kelas.

Aku melirik ke arah kertas yang tadi dibagikan oleh bu Atikah yang sedang di pegang oleh Yuni.

"Itu kan pelajaran yang kemarin baru dijelasin, aku sama sekali belum mengerti, gimana kalo di kelompok ini gak ada satu pun yang ngerti". Lirih ku dalam hati. Lalu aku menatap ke arah Satriya yang sedang menatap cuek ke arah yang lain."Apalagi cowok nakal kaya dia,mana bisa dia ngerjain ini." Ucapku dalam hati.

"Ini kan baru dijelasin kemarin,gue belum ngerti banget lagi". Ucap Yuni sambil masih menatap kertas nya.

"Coba gue liat yun." Kemudian Mala mengambil kertasnya."haha ini gue merem dah yun". Ucap Mala dengan percaya diri.

"Lu bisa emangnya?". Tanya Yuni.

"Kagak". Jawab Mala dengan kekehan.

"Pulang sana Mal, gw kira lu bisa". Ucap Yuni sambil tertawa.Kemudian mereka berdua tertawa bersama.

Tanpa ku sadari aku ikut tertawa melihat kelakuan mereka berdua. Aku bisa melihat dan menilai mereka berdua punya sifat humoris yang tinggi dan teman yang asik. Lalu terbesit dalam hatiku ingin menjadi teman mereka, ingin mengenal mereka lebih dekat, entah kenapa aku seperti nyaman. Nyaman bukan artian dalam cinta, aku masih normal kok, tapi nyaman dalam artian persahabatan.

"Satriya tuh bisa kayanya, dia kan pinter dari pas kita SMP aja dapet peringkat terus". Ucap Mala.

"Oh jadi mala dan Yuni temen SMP nya". Ucapku dalam hati."Mala bilang apa tadi? dapet peringkat? sulit untuk dipercaya". Batin ku dalam hati.

Lalu aku melihat kertas itu sudah ada ditangan Satriya.

"Oh ini yang baru kemarin di jelasin sama bu Atikah, bentar ya gue coba kerjain dulu siapa tahu gue ngerti. Baru nanti gue jelasin sama kalian".Ucap Satriya.

Lalu aku, Yuni dan Mala menunggu Satriya yang sedang mengerjakan tugas kelompok kita, sambil sesekali kita hanya mengobrol-ngobrol dan bercanda. Ternyata benar Yuni dan Mala adalah teman yang asik, aku senang bisa dekat dengan mereka.

Terkadang sesekali aku melihat ke arah Satriya yang sedang mengerjakan tugas nya dengan serius. Entah lah kenapa aku jadi mempunyai hobbi baru yaitu mencuri-curi pandang.

"Udah selesai nih insyaAllah betul jawabannya. Gue jelasin ya caranya". Ucap Satriya.

Lalu Satriya menjelaskan kepada kami semua, tentang soal-soal yang belum kami mengerti. Aku dan yang lainnya dengan serius mendengarkan penjelasan Satriya. Satriya begitu lancar menjelaskannya seperti guru yang sedang menerangkan kepada murid-murid nya.

"Ternyata aku sudah menemukan sisi baru dari Satriya yang pandai dalam pelajaran. Mungkin kemarin aku hanya melihat dia sebatas cowok nakal yang gak bisa apa-apa". Ucapku dalam hati.

"Kumpulkan tugasnya sekarang ya, kemudian kalian istirahat dulu untuk shalat dzuhur". Ucap bu Atikah.Entah berapa lama aku melamun yang jelas aku tak menyadari kehadiran bu Atikah.

Aku, Mala, dan Yuni sama-sama mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat dzuhur bersama. Sejak berkelompok tadi aku jadi dekat dengan mereka berdua, mereka memang teman yang asik dan baik. Aku sangat senang menjadi teman mereka. Oh ya Mala dan Yuni adalah salah satu anggota genk yang selalu berempat dari semenjak MOS. Tapi mereka sudah menceritakan bahwa meraka tidak bergenk hanya saja kebetulan mereka berempat itu satu sekolah sewaktu di SMP mereka.

"Yah, kebiasaan si Satriya kalo mau ngimamin gak pernah nungguin anak cewek nya". Ucap Yuni tampak kesal.

"Emang yun Satriya dari SMP begitu, gue kan pengen bareng biar banyak pahala nya gitu".Jawab Mala menimpali.

Aku melihat ke arah Satriya yang sedang menjadi Imam antara percaya dan gak percaya. "Emangnya dia sering jadi imam ya?". Tanya ku sedikit ingin tau.

"Sering dia di SMP juga malah dia sering ngebimbing kita baca Qur'an. Karna cuman dia yang baca nya paling lancar, suaranya bagus lagi". Ucap Mala panjang lebar.

Lagi-lagi aku dibuat tercengang tak percaya dengan sisi lain dari seorang Satriya.

***


Mungkin aku terlalu terpaku pada sikapnya yang hanya sekali baru ku lihat. Mungkin aku terlalu cepat menyimpulkan dan menilai seseorang. Sehingga aku tak melihat sisi yang lain darinya.
Jujur hati kecil ku berkata
Aku mengaguminya...
Hanya mengagumi tak lebih..

Mungkin ini terlalu cepat..







Journey Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang