Aku & Satriya

1.2K 37 0
                                    

Aku hanya bisa memandangimu dari kejauhan, aku hanya bisa mengagumimu dari kejauhan.. Karena aku sudah terkalahkan dengan mereka yang sempurna tepat di depan mu. Mengharapkan mu bagai kan punduk merindukan bulan.. Aku tak ingin berharap terlalu jauh karena akan menyakitkan bila ku terhempas ke dasar jurang.. Aku mengagumi,,Hanya mengagumi tak lebih...

###

Alarm di ponsel ku berbunyi menunjukan pukul 14.00. Aku terbangun dengan mata masih tertutup karena masih mengantuk. Ketika aku hendak tertidur kembali, kemudian ponsel ku berbunyi kembali, kali ini bukan dari alarm akan tetapi ada panggilan masuk nomer yang tak ku kenal.

"Halo.." Ucapku dengan suara has orang yang baru bangun tidur.

"Assalamualaikum Sari.." Jawab seseorang di seberang sana.

"Eh iya..Wa'alaikumussalam".

"Ini aku Wulan. Jangan lupa ya jam tiga kita ekskul silat. Hanya mengingatkan takutnya kamu lupa." Jelas wulan.

"Iya ini aku mau siap-siap.Makasih ya udah ngingetin aku".

"Iya sama-sama Sari. Sampai ketemu di sekolah ya. Assalamualaikum."

"Iya Waalaikumussalam". Lalu aku memutuskan telpon nya.

Aku beranjak dari tempat tidur ku untuk membersihkan badan dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Hanya cukup setengah jam aku bersiap. Kemudian aku keluar dari kamar dan melihat mamah sedang menonton televisi diruang keluarga sedangkan adik ku sedang sibuk menggambar tugas di sekolahnya.

"Mah aku berangkat ya". Aku pamit sambil mencium tangan mamahku.

"Hati-hati ya kak, kalo udah selesai langsung pulang, Jangan kemana-mana. Inget kalau ada apa-apa telepon mamah atau ayah ya." Perintah mamah padaku, lalu aku mengangguk patuh.

Itulah yang selalu di ucapkan oleh mamah ketika aku akan pergi kemana pun. Dia selalu memperhatikan anak-anak nya dalam hal apa pun, dia tidak pernah lengah walau pun aku sudah beranjak remaja, dia masih saja sangat menghawatirkanku. Terima kasih ya Allah telah memberikan seorang bidadari seperti mamah untuk ku.

***

Aku sudah sampai sekolah akan tetapi masih sepi hanya baru sebagian saja yang sudah datang. Aku mencari sosok Wulan ternyata tidak ada, mungkin dia belum datang pikirku. Lalu mata ku tertuju kepada ruang perpustakaan dan kakiku tergoda untuk memasuki ruang perpustakaan itu, yang sepertinya tidak dikunci.

Aku memilih-milih buku yang akan ku baca. Lalu mataku terpaku tepat di sebuah buku yang bertulisan "kumpulan puisi dan cara untuk membuat puisi." Entah kenapa aku sangat tergoda ingin membacanya, lalu aku mulai membuka dan membacanya.

"Suka puisi juga". Aku terperanjat kaget karena tiba-tiba ada suara dari arah belakangku. Lalu aku membalikkan badan ku dan melihat siapa yang ada dihadapan ku sekarang. "Satriya? Ngapain dia ada disini". Tanya ku dalam hati.

"Ngapai lu disini?". Tiba-tiba pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut ku.
Satriya terkekeh,entahlah..mungkin ada yang lucu menurut dia.

"Gue kesini mau ekskul silatlah. Harus nya gue yang nanya sama lu, kenapa lu ada di perpus?". Jawab Satriya.

"Gue juga lagi mau ekskul silat. Tadi dilapangan masih sepi jadi gue kesini." Ucapku sambil menyimpan buku yang tadi ku pegang ke tempat nya semula.

"Oh ya tadi lu belum jawab pertanyaan gue, lu suka puisi?" Tanya Satriya mengulang pertanyaan yang tadi tak sempat ku jawab dan terabaikan.

"Gue..suka. Suka banget malah". Jawabku. Aduhh kenapa setiap berhadapan dengan Satriya harus gugup sih. Aku mencoba sekeras mungkin menghilangkan kegugupan aku yang mungkin terbaca oleh Satriya yang sedari tadi menatapku.

"Kalau gitu kita sama. Gue juga suka banget sama puisi, gini-gini gue juga jago bikin puisi". Satriya terkekeh dan membanggakan diri.

"Oh ya? Boleh dong kapan-kapan gue baca puisi hasil karya lo". Jawabku antusias. Entah kenapa rasa gugup yang tadi aku rasakan menghilang begitu saja digantikan dengan rasa senang karena bisa bicara seakrab ini dengan Satriya.

"Boleh kok. Tapi gue juga mau baca puisi hasil karya lo." Ucap Satriya tak kalah antusias.

Bicara dengan Satriya sangat menyenangkan hingga ingin rasanya waktu berhenti sekarang juga agar aku dan Satriya bisa lebih berlama-lama untuk berbincang-bincang. Tapi sepertinya keberuntungan belum berpihak kepadaku.

"Sari, Satriya cepetan turun ke lapangan udah mau dimulai tuh silatnya". Ucap seseorang dari balik pintu yang tak lain adalah Wulan. Lalu aku menghampiri Wulan.

"Kalian duluan aja gue mau ngunci perpus nya dulu." Ucap Satriya.

Kemudian aku dan Wulan beranjak turun ke lapangan. Ternyata sudah pada kumpul semua dan aku bergabung dengan mereka.

Dua jam sudah waktu berlalu dan kami pun memutuskan latihan cukup sampai disini dulu mungkin minggu depan akan dilanjutkan lagi. Ekskul silat tidak semudah yang ku kira, dan ternyata lumayan melelahkan bagiku tapi sangat menyenangkan juga, karena aku dan satriya kebetulan memilih ekskul yang sama. Jadi kita bisa lebih dekat lagi. "Duhh..apaan sih aku ini. Aku harus ingat kalau aku hanya sebatas mengagumi gak lebih". Batinku meyakinkan.

Aku dan Wulan bergegas ke ruang ganti untuk mengganti pakaian. Sedangkan yang lainnya sedang beristirahat di kantin, kebetulan kantinnya masih buka.

"Tadi kamu ngapain di perpus sama Satriya?". Tanya Wulan mengejutkan ku.

"Aku hanya mengobrol biasa, lagian aku tadi lagi nungguin kamu." Jawabku jujur.

"Oh kirain kalian ada apa-apa hehe. Aku takut salah paham aja sama kalian, soalnya aku tadi juga abis kepoin ka Skar. Ternyata Satriya sama ka Skar lagi pedekate gitu deh. Kamu tau ka Skar kan?". Ucap Wulan panjang lebar.

Ada rasa sakit sedikit mendengar pernyataan dari Wulan. Apa tadi pedekate? Apa Satriya memang begitu. Ke semua wanita selalu bersikap menyenangkan agar tertarik pada nya, sehingga aku pun tidak tau kalau dia juga sedang dekat dengan wanita lain, mungkin aku yang terlalu berharap. Yasudahlah apa hak ku, dia bukan siapa-siapa aku.

"Aku tau kok, dia kan juga bagian dari senior kita di silat ini". Jawabku sambil tersenyum.

Tiba-tiba aku terbayang sosok ka Skar yang menurutku cantik, manis dan baik. Menurutku dia beda dari kakak-kakak kelas yang lainnya yang selalu banyak tingkah. Kalo dilihat ka Skar dan Satriya memang cocok.

Ketika sedang melamun aku dikagetkan oleh suara yang berasal dari dalam tas ku.

Ponsel ku berdering. Aku melihat layar ponsel ku, nama Ayah yang tertera di situ.

"Halo Assalamualaikum".

"(...)".

"Iya-iya aku kebawah sekarang ini lagi siap-siap. Tunggu sebentar ya yah".

"(...)".

"Ok deh ayah. Assalamualaikum". Lalu aku menutup telpon ku.

"Wulan aku duluan ya,udah di jemput soalnya". Ucapku pada wulan sambil bersiap dan merapikan pakaian silat ku dan melipatnya ke tas.

"Iya Ri, hati-hati ya". Ucap Wulan sambil tersenyum pada ku dan dengan senang hati ku balas senyumannya. Kemudian aku bergegas meninggalkan wulan yang masih ada diruang ganti.

Ketika aku melewati koridor sekolah, aku melihat pemandangan yang tadi sedang di bicarakan oleh Wulan. Aku melihat Satriya yang sedang berbicang-bincang dengan ka Skar sesekali mereka tertawa bersama. Ada perasaan yang sulit aku jelaskan. Entahlah..Aku harus menepis perasaan itu jau-jauh. Lalu aku berjalan lebih cepat untuk menemui Ayahku yang sudah menunggu ku di dekat gerbang sekolah.

Aku harus ingat hanya mengagumi tak lebih dari itu..

Journey Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang