Cinta Lama bersemi kembali

903 29 4
                                    

Semenjak putus dengan Raka. Aku memang masih selalu memikirkannya bahkan aku masih menyayanginya. Tapi aku tidak lagi terlalu memikirkan perasaanku padanya. Karena Satriya selama ini selalu ada disampingku.

Satriya benar-benar memenuhi ucapan nya. Dia benar-benar menganggapku seperti adiknya sendiri. Dia menjadi seorang kakak yang baik untukku. Bahkan terkadang perhatiannya sangat berlebihan, kehawatirannya juga sangat berlebihan.

Karena sikapnya yang berlebihan kepadaku. Ahirnya aku merasakan Satriya lebih dari seorang kakak untukku. Aku takut perasaan yang dulu pernah ku kubur dalam-dalam akan kembali lagi.

Aku tau Satriya menganggapku tak pernah lebih hanya sebatas adik. Dia memang menyayangiku, tapi sebatas kakak kepada adiknya. Jika sampai perasaanku kembali lagi, aku pasti akan terjatuh lagi karena Satriya tidak akan pernah mungkin membalas perasaanku.

***

Malam ini seperti biasa aku sedang teleponan bersama Satriya. Hanya di teleponlah kita bisa berbicara lebih leluasa lagi dan hanya di telepone lah kita bisa lebih banyak mengobrol. Karena di sekolah kita tidak mempublikkan kedekatan kita, bahkan tidak ada orang yang tau kalau aku dan Satriya mempunyai hubungan sangat dekat, walau pun bukan sepasang kekasih. Disekolah kita mempunya dunia sendiri dan di sekolah kita hanya sebatas teman biasa.

"Tidur sana de,udah malem tau". Perintahnya padaku.

"Belum ngantuk, kalo mau tidur duluan gak papa kok kak". Ucapku

"Engga! Gue gak akan tidur kalo lu belum tidur." Ucapnya tegas.

"Iya bawel gue tidur kok". Jawabku mengelak

"Tidur ade ku sayaang". Ucapnya lembut, sampai-sampai aku merinding dibuatnya (lebayyy :D) . Baru kali ini dia mengatakan sayang padaku.

"Jihaha sayang yang keberapa nih?". Aku mencoba mengelak perkataannya agar tidak terlalu terbawa perasaan.

"Emang salah ya kalo gue sayang sama lu". Ucapnya yang terdengar sangat tulus.

Aku sempat kaget di buatnya. Bahkan sempat tak percaya dia berkata seperti itu. Tapi ternyata aku salah menanggapinya setelah dia melanjutkan lagi perkataannya.

"Gue sayang sama lu, seperti kakak sayang sama adenya". Lanjutnya lagi. Harapan hanya tinggalah harapan. Aku berharap terlalu jauh.

Aku hanya bisa diam membisu harapan ku untuk meraih hati nya kini kembali lagi. Apa ini yang dinamakan cinta lama bersemi kembali. Tapi aku takut, aku takut cinta tak berpihak lagi padaku.

"Apa lu juga sayang sama gue sebatas kakak?." Tanyanya. Pertanyaan itu seperti duri yang siap menusuk hatiku.

"Iya gue juga sayang sama lu." Jawabku pelan. "Tapi bukan sebatas kakak." Batinku dalam hati.

"Makasih ya de". Ucapnya.

"Buat apa?". Tanyaku.

"Akhirnya lu nerima gue sebagai kakak buat lu dan ahirnya lu sayang sama gue, sama seperti gue yang sayang sama lu". Jelas nya.

"Jangan kan sebatas kakak lebih dari kakak juga gue nerima. Hati gue dari dulu udah terbuka buat lu, hanya lu nya aja yang gak pernah sadar." Ucapku dalam hati.

"Iya sama sama kak". Jawabku.

"Jangan nangis lagi ya." Ucapnya lagi.

Gue tersentuh dengan kata-katanya. "Emang nya kenapa?". Tanyaku penasaran.

"Karena kalo lu nangis jelek haha." Seorang Satriya mungkin tidak pernah bisa bersikap romantis. Aku sudah sempat terharu malah di bikin kesel.

"Bercanda de jangan marah ya".

"Bodo". Ucapku dengan nada marah yang dibuat-buat.

"Yaah..maaf ya de. Gue tadi cuman bercanda." Ucapnya memohon. "Sebenernya gue gak suka kalo ngeliat cewek nangis depan gue, gue suka ikutan sakit. Apalagi..apalagi pas lu nangis waktu itu." Jelasnya terdengar sangat tulus.

Aku kali ini benar-benar terharu dengan kata-katanya Satriya. Ternyata Satriya hatinya begitu lembut. Satriya memang susah untuk ku tebak dia penuh dengan rahasia. Sehingga aku pun sangat susah untuk menyentuh hatinya, entah harus dengan cara apalagi.

"De?". Panggilnya padaku.

"Iya kak?". Aku baru sadar kalau sedaritadi aku melamun dan sibuk dengan pikiranku sendiri.

"Gue sayang sama lu". Jawabnya pelan. Aku tau dia memang mengatakan sayang hanya sebatas kakak kepada adiknya.

"Gue juga sayang sama lu kak". Balasku. "Bahkan gue cinta". Ucapku lagi dalam hati.

Aku tak mudah untuk mencintai
Aku tak mudah mengaku ku cinta
Aku tak mudah mengatakan aku jatuh cinta..

Senandungku hanya untuk cinta
Tirakatku hanya untuk engkau
Tiada dusta sumpah ku cinta
Sampai ku menutup mata...

(Acha Septriansyah "Sampai Menutup Mata").

***

Aku duduk di halaman sekolah dibawah pohon rindang yang sangat menyejukkan di pagi hari. Seperti biasa aku membaca novel yang ku bawa dari rumah.

Hari masih sangat pagi sekolah pun masih terasa sepi karena baru beberapa murid yang sudah datang.

"Pagi de..". Ucap seseorang yang sudah berada di sampingku.

"Pagi juga kak.". Jawabku tersenyum.

"Baca apa de?". Tanyanya.

"Novel kak." Jawabku. "Tumben datang pagi kak? Biasanya udah kaya sekolahan sendiri haha". Candaku padanya.

"Bisa aja lu de. Sengaja de dateng pagi biar bisa ngobrol dulu sama lu, jarang-jarangkan kita ngobrol kaya gini". Jelasnya.

"Iya juga sih hehe". Ucapku.

Tidak sengaja tatapanku bertemu dengan matanya Raka yang juga sedang menatapku. Semenjak putus kami jarang sekali berbicara bahkan tidak pernah. Aku pun selalu menghindarinya, karena setiap melihatnya selalu mengingatkan pada luka yang telah dia buat.

Kemudian aku memalingkan pandanganku ke arah lain, karena berlama-lama menatapnya hanya membuatku sakit.

"Lu jahat banget Raka! Lu udah ngebuat gue cinta dan sayang sama lu. Tapi lu juga yang udah ngebuat luka buat gue". Ucapku dalam hati.

"De?". Panggil Satriya. Aku baru sadar kalau aku telah melupakan Satriya yang ada di sampingku karena terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri.

"Iya kak?". Tanyaku.

"Gak boleh terlalu lama memendam benci gak baik". Ucapnya.

Kenapa Satriya bisa tau, apa mukaku seperti buku terbuka yang mudah untuk dibaca.

"Iya kak." Jawabku lirih.

"Kalo emang masih sayang bilang sayang. Jangan terlalu membohongi perasaan sendiri". Ujarnya lagi.

"Gue..gue gak tau ka". Ucapku bingung pada diriku sendiri.

"Gue emang masih sayang sama Raka, tapi gue juga punya perasaan lebih buat lu satr bukan hanya sebatas kakak buat gue. Kalo gue boleh milih, gue pasti lebih milih lu Satriya." Batinku dalam hati.

"Ikutin kata hati lu de". Jawabnya sambil tersenyum.

"Hati gue milih lu Satriya. Coba lu sedikit aja ngebuka matalu buat bisa peka sama perasaan gue". lirihku dalam hati.

"Iya kak makasih ya". Ucapku sambil tersenyum padanya dan dia pun membalas senyumanku.

"Kalo gitu gue ke kelas duluan ya, takutnya ada yang salah paham kalo kita berduaan disini, udah rame soalnya." Ujar Satriya.

"Iya kak duluan aja entar gue nyusul."

Setelah pamit Satriya meninggalkanku. Aku masih menatapnya sampai dia tidak bisa terlihat lagi oleh mataku. Lalu aku menghembuskan nafas pelan karena terlalu lelah untuk berpikir soal perasaan.

"Kenapa sulit banget sih buat ngeraih hati lu Satriya".

***


Sampai kapanpun kau hanyalah angin yang tak pernah bisa ku gapai...



Journey Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang