Sudah Saatnya!

796 26 0
                                    

Seperti biasa di pagi hari aku ingin mencari udara segar dengan duduk di bawah pohon yang ada di halaman belakang sekolah.

Ketika aku hampir sampai aku melihat seseorang yang sudah duduk mendahuluiku. Aku sangat mengenalinya, lalu aku pun menghampirinya.

"Gimana keadaan lu Fer?". Tanyaku tulus. Karena kemarin aku tidak melihatnya, mereka bilang Ferdi sakit.

"Eh..gue Alhamdulillah baik". Jawabnya disertai senyuman, aku pun membalas senyumannya.

"Emm..Syukur deh kalo gitu". Ucapku.
"Gue minta tolong ya Fer, bilangin sama cewek lu supaya lebih ngehargain gue lagi". Ucapku lagi too the point.

"Maafin Sarah ya Ri. Lagian gue juga udah putus Ri sama Sarah". Ucapnya Lirih.

"Lu putus sama Sarah? Kapan? Kenapa?". Tanyaku terkejut.

"Baru kemarin Ri. Ya mungkin udah gak cocok Ri. Lu masih sama Raka?".

"Masih Fer." Ucapku pelan.

"Lu bahagia?". Tanya Ferdi serius. Aku terkejut dengan pertanyaan Ferdi.

"Apa ferdi tahu semuanya? Atau muka ku yang sangat mudah terbaca". Ucapku dalam hati.

"Seperti yang lu liat Fer". Jawabku singkat dengan senyuman memaksa.

"Gue salut sama lu Ri, lu cewek yang kuat". Ucapnya sambil tersenyum tulus. "Tapi kalo gue boleh saran, lu pantas ngedapetin yang lebih baik lagi". Kali ini Ferdi memasang muka serius.

"Lu orang kedua yang bilang gitu setelah sahabat-sahabat gue. Gue juga bukan cewek bodoh yang terus-terusan sabar ketika di sakitin. Kesabaran gue ada batasnya, gue pasti nyusul lu Fer." Jelasku disertai anggukan Ferdi tanda mengerti.

"Gue seneng dengernya Ri. Bukan gue ikut campur pribadi lu, tapi sebagai temen gue prihatin sama lu haha". Ujar Ferdi disertai tertawaannya memecahkan keheningan.

"Haha ngeselin lu." Ucapku ikut tertawa.

Walau pun pembicaraan aku dan Ferdi tidak terlalu frontal tapi kami nyambung arah kemana kami bicara. Dan kami berada di alur yang sama.

"Cepet-cepet ngambil keputusan yang tepat ya Ri.". Ujar Ferdi serius.

"Pasti! Makasih ya Fer." Jawabku.

"Sama-sama. Gue duluan masuk kelas ya. Soalnya anak-anak udah pada kangen sama gue haha".

" haha Pede banget lu ". Ucapku.
Ferdi sudah beranjak pergi meninggalkanku.

"Ternyata nasib kita sama Fer. Semoga suatu saat nanti kita dapetin yang terbaik". Ucapku pada diriku sendiri dan mengamininya.

***

Setelah pulang sekolah aku meminta Raka untuk menyisakan sedikit waktu untukku. Aku tidak boleh memendam lagi semuanya aku harus segera menyelesaikannya.

"Sebenarnya apa arti gue di hidup lu?." Tanya ku too the point.

"Pacarlah ay." Jawabnya.

"Kalo gitu gue punya hak buat minta putus. Gue.mau .putus. sama lu!." Ucapku penuh dengan penekanan disetiap kalimatnya. Raka hanya bungkam tak mengeluarkan kata-kata. Perlu aku akui Raka memang tidak pernah kasar atau pun marah sama cewek. Kelembutannyalah yang membuat semua cewek dibutakan olehnya.

"Ini kan yang lu tunggu-tunggu? Ini kan yang lu mau?. Lu pengen putus sama gue tapi lu ngerasa kasian sama gue. Dan dengan lu nyakitin gue, lu pasti yakin gue bakalan minta putus." Jelasku dengan nada marah yang sudah kupendam sejak lama.

Journey Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang